Sipat Datar / Waterpass

Berhubung di proyek kemarin saya masih menemui pengukuran manual dengan sipat datar, saya tertarik untuk menulisnya kembali..meski sipat datar ini bisa dikatakan tergolong jadul untuk diterapkan di proyek2 skala besar. Mengapa? Selain pemakaian lebih praktis, dari segi ketelitian juga lebih akurat. Tapi untuk hal2 yg bersifat pembelajaran, biasanya masih dipakai penggunaan dengan sipat datar ini.
Dalam hal ini saya hanya menulis tentang kondisi2 pengukuran yg mungkin terjadi di lapangan dan rumus2 dasar yg digunakan pada kondisi tersebut.  Mengenai setting alat bisa dilakukan dilapangan menggunakan alatnya langsung. Sebelum itu perlu diketahui terlebih dahulu bagian2 dari sipat datar yg diperlukan dalam perhitungan rumus2 dasar tersebut.
Bagian dalam sipat datar
Gambar tersebut menunjukan bagian optik dalam sipat datar yang dilihat pada saat kita ‘membidik’ sasaran (baca: bak ukur). Benang vertikal berfungsi untuk mengontrol bak agar tetap tegak pada saat pembacaan. Benang atas untuk pembacaan ‘atas’, benang tengah untuk pembacaan ‘tengah’ dan benang bawah untuk pembacaan ‘bawah’. untuk lebih jelas kita lihat gambar dibawah ini.
contoh pembacaan :
ba =1,35 m ;    bt = 1,25 m;     bb = 1,15 m
Dari sini bisa kelihatan langsung fungsi dari masing2 benang. Benang tengah merupakan pembacaan yg digunakan untuk mencari beda tinggi dari dua buah titik pembacaan. Benang atas dan bawah berfungsi untuk mengoreksi pembacaan benang tengah. Selain itu  fungsi benang atas dan bawah juga untuk menghitung jarak optis, yaitu jarak antara pesawat (sipat datar) dan bak ukur yg diperoleh dari pembacaan sipat datar (optik).
Rumus :
1. Mengontrol pembacaan benang tengah (t).
** a = benang atas ; b = benang bawah ; t = benang tengah
2. Jarak Optis
** 100 = faktor pengali alat (dari spesifikasi alat)
Sipat datar / Waterpass

No comments:

Post a Comment