Membuat Fungsi Sendiri Pada EXCEL

Sering pake MS Excel? Siapa sih yang nggak kenal anggota keluarga besar MS Office yang satu itu. Apalagi sebagai manusia yang sehari-hari bergelut dengan angka, angka, dan angka, tentu MS Excel termasuk salah satu aplikasi favorit. Yaaa.. walopun sebagian kecil dari pengusung Open Source tentu ngga terlalu men"dewa"kan program yang satu ini. Saya pernah sempat terdampar di komunitas pecinta Open Source, dan tidak sedikit dari mereka yang begitu fanatik dengan konsep Open Source. Itu bagus. Cuma sayangnya "golongan fanatik" itu punya "kegiatan" lain, yaitu mencaci-maki musuh bebuyutan mereka yaitu Microsoft. Itu udah nggak sehat namanya. Itulah kalo terlalu fanatik yang berlebihan, merasa kelompoknya paling benar, paling hebat, paling super, sampai yang lain direndahkan. Harusnya fanatisme itu disalurkan dalam bentuk positif, misalnya dengan membuat website kayak website ini.. (halah... narsis!). Gan,... mau curhat atau nulis artikel, gan? Hehe.. baiklah. Kembali ke topik. Kita tentu udah kenal dengan fungsi-fungsi yang ada di MS Excel. Mulai dari fungsi-fungsi yangsering dipake asmpe fungsi-fungsi yang nggak pernah dipake sama sekali. Fungsi-fungsi di Excel itu buaanyak sekali.... ada trilyunan!! Halah.. juragan lebay! Saya mencatat cuma ada 239 fungsi default pada MS Excel Professional Edition 2003, gan! Wah... kurang kerjaan juga ya sampe mau menghitung jumlah fungsi tersebut. Hehehe :D . Oke, fungsi apa yang paling sering kita gunakan? Ada MAX, MIN, LOOKUP, SQRT, IF, dan masih banyak lagi. Tiap-tiap fungsi mempunyai tugas yang berbeda-beda. Kalo mau lihat daftar semua fungsi Excel, buka aja menu Insert->Function.
Nggak jarang juga kita menggunakan dua atau lebih fungsi Excel untuk menyelesaikan satu problem tertentu. Contoh kecil, kita mau mencari berapa nilai cosinus dari 30 derajat? Gampang, gan... tinggal ketik "=COS(30)".. enter! Heh? Trus hasilnya berapa? 0.154251.. gan Trus kalo pake kalkulator? 0.866...?? Lha...! Kok? Iya.. karena fungsi COS() pada Excel itu adalah menghitung nilai kosinus dari bilangan radian. Kalo mau menghitung kosinus bilangan dalam derajat, harus dikonversi dulu dengan fungsi RADIANS(). Jadi, fungsi lengkapnya adalah "=COS(RADIANS(30))", hasilnya... insya Allah... 0.866025. :)
Maksimum Absolute Nah, di dalam proses analisis dan desain struktur, nggak jarang kita berhadapan dengan permasalahan yang berjudul.... Maximum-Absolute... Yaitu mengambil nilai yang terbesar tanpa memperhatikan tanda positif atau negatif. Contoh kasus, sewaktu mendesain profil baja, kita harus mencari momen lentur terbesar. Dari analisis struktur, diperoleh kumpulan data momen lentur dari batang tipikal dengan berbagai kombinasi pembebanan, misalnya datanya sbb: 250, 350, 225, -354 ,-245, 349, 298, -189, 198, -79 Kalau kita gunakan fungsi MAX() maka hasilnya adalah 350 Kalau kita gunakan fungsi MIN() hasilnya -354, yang nilai absolutnya lebih besar daripada 300. Solusinya, kadang kita membuat fungsi kompleks =IF(MAX(range)>ABS(MIN(range)),MAX(range),MIN(range)) Yang artinya, jika nilai maksimum lebih besar daripada nilai minimum yang diabsolutkan, maka ambil nilai maksimum, jika tidak, ambil minimum. Bagaimana kalo kita bikin fungsi sendiri saja? Biar lebih gampang. Apalagi kalo fungsi itu sering digunakan. Bagaimana caranya? Simak.. Membuat Fungsi ABSMAX Fungsi ini kita namakan ABSMAX artinya Absolute Maximum. Perlu diingat, penamaan fungsi sifatnya bebas yang penting belum ada di dalam fungsi standar MS Excel. Mau pake nama fungsi MASBEJOKEREN juga bisa. Tapi, ada beberapa aturan penamaan, misalnya: * tidak boleh pake spasi * harus diawali oleh huruf * boleh pake angka * tidak boleh karakter lain, kecuali underscore (_) * tidak boleh pake kata kunci Visual Basic, misalnya dim, single, then, dll * Itu aja sih.. :) Next, ikuti saja step-step berikut: 1. Buka MS Excel. Buka VB Editor, dengan cara : - Tombol Alt + F11, atau - Menu Tools -> Macro -> Visual Basic Editor
2. Di sebelah kiri harusnya ada jendela Project Explorer. Kalau tidak ada coba tekan Ctrl+R atau klik menu View -> Project Explorer 3. Highlight (sorot) VBAProject (namafile.xls). Di tutorial ini saya pakai namafile Fungsi Khusus.xls. Klik kanan -> Insert -> Module
4. Module adalah tempat dimana kita menuliskan fungsi. Harus di module? Ya! Tidak ada tawar menawar. Klik ganda Module1 yang baru saja muncul di Project Explorer. Anda akan dibawa ke sebuah layar utama yang masih kosong. Untuk memastikan anda sedang aktif di Module1, perhatikan salah satu dari 4 gejala berikut ini.
5. Mari kita isi layar putih tersebut dengan kode berikut.
6. Berikut penjelasannya: 1. Function ABSMAX (R as range, param as Integer) ABSMAX adalah nama fungsi, R adalah nama variabel yang tipenya Range. Range adalah obyek pada MS Excel yang berisi satu atau lebih sel. Variabel R boleh diganti dengan yang lain misalnya Jengkol as Range. param adalah variabel integer. Ini untuk mengatur seandainya nilai yang terpilih adalah nilai negatif, maka apakah negatifnya yang diambil atau nilai absolutnya (positif). Jika 0, ambil nilai aslinya (negatif), jika 1 ambil nilai absolut (positif). 2. Deklarasi variabel. Beberapa programmer kadang mengabaikan bagian ini. Untuk aplikasi atau fungsi yang ringan, deklarasi variabel kadang tidak dilakukan. Tapi untuk code yang sangat banyak, deklarasi variabel sangat efektif untuk alokasi memori sehingga aplikasi berjalan tidak terlalu berat. 3. Vmaks untuk menyimpan nilai maksimum, Vmin untuk menyimpan nilai minimum. temp1 untuk menyimpan nilai maksimum sementara, temp2 untuk menyimpan nilai minimum sementara i dan j adalah indeks untuk looping. N adalah jumlah sel yang ada pada range R 4. temp1 dan temp2 diisi dengan nilai baris pertama kolom pertama dari range R. 5. Looping untuk mencari nilai maksimum dan minimum, masing-masing di masukkan ke variabel Vmaks dan Vmin. 6. Setelah itu kita bandingkan antara Vmaks dengan Vmin, mana yang paling besar nilainya itulah pemenangnya.. :D 7. Jangan lupa cek variabel param. Fungsinya simpel, kalo memang pemenangnya adalah Vmin, apakah tanda negatifnya mau diikutkan ato nggak.. disitulah fungsi param 7. Udah... beres.. Jangan lupa simpan. Trus tutup jendela Visual basic, dan kembali ke Excel. Mencoba Fungsi ABSMAX 1. Coba masukkan angka-angka yang akan dicari maksimum absolutnya. Lihat contoh di bawah.
2. Trus, coba ketikkan perintah atau fungsi "=ABSMAX(B1:B10,0)". Lihat hasilnya 3. Atau, sebagai pembanding, silahkan simak beberapa fungsi di bawah ini
Nah... mudah-mudahan sudah jelas dengan cara pakai fungsi ABSMAX. Menggunakan Fungsi ABSMAX di File Lain Nah.. ini ada satu masalah lagi. Fungsi ABSMAX yang barusan kita buat, hanya bisa dipake di file dimana module itu berada. Jadi, kalo mau dipake di worksheet lain, harus ngetik code lagi, gan? Tjapee deech Tenang... semua masalah ada solusinya. Salah satu solusi dari masalah ini adalah... iya.. betul... ngetik code lagi. (gubrakkk) Hehe.. begini nih solusinya. 1. Buka lagi jendela VB Editor. Seperti biasa... Alt+F11. Cari module yang berisi kode fungsi. Klik kanan, pilih Export File
2. Ketik namanya, misalnya "fungsiku". Ekstensinya adalah .bas. Jangan lupa lokasi direktori penyimpanannya diperhatikan
3. Trus, kalo mau dipake di file lain, tinggal diimpor. Buka file lain atau buat file baru. Buka VB Editor. Klik kanan pada nama file di Project Explorer, pilih Import File.
4. Cari file *.bas yang berisi fungsi tersebut. Selesai. Gunakan seperti biasa Nah... sekian dulu tips dari juragan. Sampai bertemu di tips berikutnya. [semoga.bermanfaat] sumber : www.duniatekniksipil.web.id

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mendesain Kolom Beton Bertulang

Artikel ini membahas hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika mendesain elemen-elemen struktur khususnya struktur gedung. Untuk bagian yang pertama kali ini, elemen yang dibahas adalah KOLOM. A. Analisa 1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom. 2. Reduksi Momen Inersia Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang) B. Beban Desain (Design Loads) Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah: 1. Kombinasi Pembebanan. Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu. 2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif. Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983 Tabelnya adalah sebagai berikut: Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi 1 1.0 2 1.0 3 0.9 4 0.8 5 0.7 6 0.6 7 0.5 8 atau lebih 0.4 Contoh cara penggunaan: Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah: - Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN - Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN - Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN - Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN - Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu sebesar 5×60 = 300 kN. Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi. Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L. D. Gaya Dalam 1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing. 2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam. C. Detailing Kolom Beton Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Ukuran penampang kolom. Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm. 2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi. 3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah ukuran penampang dikurangi tebal selimut. d adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm. Catatan: - toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm. - Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja. 4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton. Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.
5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm.
6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’) 7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda. Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.

Dasar-Dasar Pengujian Beton

Ada dua pengujian yang utama yang dilakuan terhadap beton, yaitu : 1. SLUMP Test Slump Test bertujuan untuk menunjukkan Workability atau istilah bakunya kelecakan (seberapa lecak/encer/muddy) suatu adukan beton. Lihat Bagian 2 2. COMPRESSION Test atau Tes Uji Tekan Tes Uji Tekan ini bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai beton tersebut. Test Uji Tekan ini tentu saja dilakukan pada saat beton sudah mengeras. Test tersebut harus selalu dilakukan dengan hati-hati. Test yang kurang memperhatikan prosedur yang baik dan benar dapat memberikan hasil yang tidak tepat. SAMPLING Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton, misalnya dari truk beton atau truk ready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera mungkin dilakukan begitu truk sudah sampai di lokasi proyek. Jadi, sampel diambil di lokasi, bukan di Batching Plant, yaitu tempat dimana truk ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton. Sampel dapat diambil dalam dua cara: 1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0.2 meter kubik beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu sebanyak 0.2 m kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan. :D 2. Untuk pengecekan rutin: sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton dalam truk.
SLUMP TEST Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu encer dan tidak terlalu keras. Slump yang diukur harus berada dalam range atau dalam batas toleransi dari yang ditargetkan. Peralatan * Slump cone standar (diamter atas 100 mm, diameter bawah 200 mm, dan tinggi 300 mm) * Sekup kecil * Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm) * Penggaris/mistar/ruler * Papan slump (ukuran 500×500 mm
# Bersihkan cone. Basahi permukaannya dengan air, dan tempatkan di papan slump. Papan slump harus bersih, stabil (tidak mudah bergeser),tidak berdebu, dan tidak miring. # Ambil sampel beton
Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi sepertiga bagian dari cone dengan sampel. Padatkan dengan cara rodding, yaitu menusuk-nusuk beton sebanyak 25 kali. Lakukan dari bagian terluar ke bagian tengah.
Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi hanya sampai ke bagian atas lapisan pertama. Bukan ke dasar cone.
Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas lapisan kedua.
Ratakan bagian atas beton yang “meluap” dengan menggunakan batang besi. Bersikan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone ke bawah, dan lepaskan pijakan.
Angkat pelan-pelan cone tersebut. Jangan sampai sampel bergerak/bergeser.
Balikkan cone, tempatkan di samping sampel, dan letakkan batang besi di atas cone yang terbalik tersebut.
Ukur slump beberapa titik, dan catat rata-ratanya.
* Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel lain, kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton tersebut boleh ditolak. UJI KUAT TEKAN Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari beton yang sudah mengeras. Test ini dilakukan di laboratorium, dan tentu saja bukan di lokasi proyek (off-site). Yang bisa dilakukan di lokasi (site) hanyalah membuat atau mencetak beton silinder untuk diuji. Kan, sampelnya ada di site. Tidak boleh membawa sampel ke laboratorium, kemudian masukkan ke cetakan silinder. Cetakan silinder harus disediakan di lokasi proyek. Kekuatan beton dapat diukur dalam satuan MPa atau satuan lain misalnya kg/cm2. Kuat tekan ini menunjukkan mutu beton yang diukur pada umur beton 28 hari. Peralatan Pembuatan Sampel * Tabung/silinder cetakan (diameter 100mm x 200mm H, atau diameter 150 mm x 300 mm H) * Sekup kecil. * Batang besi silinder (diameter 16 mm, panjang 600 mm) * Pelat baja sebagai dudukan
Prosedur Pembuatan Sampel Silinder * Bersihkan cetakan silinder dan lumuri permukaan dalamnya dengan form oil, agar adukan beton tidak menempel di permukaan metal dari cetakan tersebut. * Ambil sampel adukan beton.
Isi 1/2 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan pemadatan dengan cara rodding sebanyak 25 kali. Pemadatan juga dapat dilakukan di atas meja getar.
Isi lagi cetakan silinder hingga sampel beton sedikit meluap. Lakukan rodding 25 kali sampai ke atas lapisan pertama.
Ratakan beton yang meluap, dan bersihkan tumpahan-tumpahan beton yang menempel di sekitar cetakan.
Beri label. Letakkan di tempat yang teduh dan kering dan biarkan beton setting sekurang-kurangnya selama 24 jam.
* Buka cetakan dan bawa beton silinder ke laboratorium untuk dilakukan uji kuat tekan. Untuk detail Uji Tekan, sambil menunggu.. saya hubungi laboratorium dulu kalau begitu.

Cara Tes Sand Cone Tanah

Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya terbatas untuk tanah yang mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan lapangan ialah berat kering persatuan isi. PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK TES SAND CONE ADALAH 1. Botol transpasan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter. 2. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm. 3. Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang bergaris tengah 16,51 cm. 4. Peralatan kecil yaitu : 5. Palu, sendok, kuas, pahat,,dan peralatan untuk mencari kadar air. 6. Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian sampai 1,0 gram. 7. Satu buah timbangan kapasitas 500 gram ketelitian sampai 0,1 gram. 8. Pasir : Pasir bersih keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak mengandung bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan no.10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (0,075 mm) CARA TEST SAND CONE ADALAH 1. Menentukan isi botol 2. Timbanglah alat (botol + corong = gram) 3. Letakkan alat dengan botl di bawah , bukalah kran dan isi dengan air jernih sampai penuh di atas kran. Tutuplah kran dan bersihkan kelebihan air. 4. Timbanglah yang terisi air ( gram). Berat air = isi botol pasir . 5. Lakukan langkah ii dan iii sebanyak tiga kali dan ambil harga rata-rata dari ketiga hasil. Perbedaan masing-masing pengukuran tidak boleh lebih dari 3 cm3 . 6. Menentukan berat isi pasir 7. Letakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata tutup kran isi corong pelan-pelan dengan pasir. 8. Bukalah kran isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama pengisian corong selalu paling sedikit setengahnya. 9. Tutup kran bersihkan kelebihan pasir di atas kran dan timbanglah (w3 gram) 10. Menentukan berat pasir dalam corong : 11. Isi botol pelan pelan dengan pasir dengan pasir secukupnya dan timbang () gram. 12. Letakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong , pada dasar yang rata dan bersih. 13. Bukalah kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir . 14. Tutup kran dan timbanglah alat berisi sisa pasir () gram. 15. Hitunglah berat pasir dalam corong (). gram. 16. Menentukan berat isi tanah : 17. Isi botol dengan pasir secukupnya 18. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan plat corong pada permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku pada keempat sisinya. 19. Galilah lubang sedalam minimal 10 cm (tidak melampaui tebal hamparan padat) 20. Seluruh tanah hasil galian di masukkan ke dalam kaleng yang tertutup dan telah diketahui beratnya () lalu timbang kaleng beserta tanah (). 21. Timbang alat dengan pasir di dalamnya (). 22. Letakkan alat pada tempat ke ii , corong ke bawah di atas plat corong dan buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk ke dalam lubang. 23. Setelah pasir berhenti mengalir kran ditutup kembali dan timbang alat dengan sisa pasir ( gram). 24. Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar air w % PERHITUNGAN TES SAND CONE SEBAGAI BERIKUT Isi botol = berat isi = ( W2 – W1 ) cm3 Berat isi pasir = (Wa-W1)/(W2-W1) gram Berat pasir dalam corong = (w4-w5) gram. Berat isi pasir dalam lubang = (w6-w7)-(w4-w5) gram. Isi lubang = (w10 / p) x Ve cm3 Berat tanah = ( W8 – w9 ) gram Berat isi tanah = (w8-w9)/we = gram/cm3. Berat isi kering tanah =

Menghitung Tebal Perkerasan Jalan

Tentunya kita tidak asing dengan yang namanya jalan raya, hampir setiap hari di lalui oleh kita, lalu bagaimana supaya jalan raya tersebut tidak rusak ketika dilalui kendaraan yang beratnya bersatuan ton. berikut sedikit gambaran tentang perhitunganya: Misalnya kiita akan Merencanakan tebal perkerasan jalan raya 2 jalur dengan data lapangan sebagai berikut: * Umur rencana jalan, Ur = 10 tahun * Jalan akan dibuka pada tahun 2014 * Pembatasan beban as= 8 ton Setelah dilakukan pengamatan diperoleh volume lalu lintas sebagai berikut: * Mobil penumpang, pick up, mobil hantarn dan sejenisnya sebanyak 1219 perhari * Bus yang melintas di jalan raya sebanyak 353 per hari * Truck 2 as : 481 / hari * Truck 3 as : 45 / hari * Truck 4 as : 10 / hari * Truck 5 as : 4 / hari LHR th.2010 : 2112 bh kendaraan perhari untuk 2 jurusan * Waktu pelaksanaan, n= 4 tahun * Perkembangan lalu lintas jalan raya, i= 8 % per tahun * Faktor regional, FR = 1.00 Bahan perkerasan jalan raya yang akan dipakai sebagai berikut: * Aspal beton atau penetrasi makadam ( surface course ) * Water bound macadam ( base course ) * Pondasi bawah kelas C ( Subbase course ) * CBR = 3 Selanjutnya menghitung tebal perkerasan jalan raya dari data-data diatas 1. Bus = 353 2. Truck 2 as = 481 3. Truck 3 as = 45 4. Truck 4 as = 10 5. Truck 5 as = 4 . * Jumlah kendaraan berat ( bus dan truck ) KB = 893 bh * BB = (353/893)x100%=39.5% * B2T =(481/893)x100%=53.86% * B3T = (45/893)x100%=5.05% * B4T = (10/893)x100%=1.14% * B5T = (4/893)x100%=0.45% * Mobil penumpang = 1219 bh * Jumlah LHR = 2112 bh * AKB =( 893/2112)x100%=42% * AKR =( 1219/2112)x100%=58% Waktu pelaksanaan pekerjaan jalan raya , n=4 tahun Pertumbuhan lalu lintas i = 8% pertahun LHRop = 2112( 1+0.08)^4 = 2873 Jumlah jalur = 2 Ckiri= 50% , Ckanan= 50% Umur rencana = 10 tahun pertumbuhan lalu lintas jalan raya = 8%/tahun FP = 1.44 ( tabel FP ) i.p = 2.5 ( tabel I.P ) LERur = 639.71 I.P = 2.5 dari grafik diperoleh ITP = 10.25 CBR = 3 DDT = 3.8 ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3 + a4.D4 Dsini mencari Nilai ITP yang lebih dari 10.25 Lapisan permukaan=a1=0.40 & D1=10, a1xD1=4.00 Lapisan pondasi =a2=0.14 &D2=20, a2xD2=2.80 Lapisan pondasi bawah =a3=0.11 &D3=32, a3xD3=3.52 Lapisan perbaikan tanah dasar =a4=0 &D4=0, a4xD4=0 Jumlah ITP hasil perhitungan = 10.32 (jadi jalan raya aman )

Fungsi-fungsi Manajemen

Berikut adl lima fungsi manajemen yg paling penting menurut Handoko (2000:21) yg berasal dari klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial menurut Henri Fayol yaitu: Planning Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yg dibutuhkan utk mencapai tujuan. Organizing Organizing atau pengorganisasian ini meliputi: 1. Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan utk mencapai tujuan organisasi. 2. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yg akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan. 3. Penugasan tanggung jawab tertentu 4. Pendelegasian wewenang yg diperlukan kepada individu-individu utk melaksanakan tugasnya. Staffing Staffing atau penyusunan personalia adl penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yg menguntungkan dan produktif. Leading Leading atau fungsi pengarahan adl bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yg diinginkan dan harus mereka lakukan. Controlling Controlling atau pengawasan adl penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dgn yg telah ditetapkan. Daft (2003:6) membagi manajemen menjadi empat fungsi saja berikut penjelasannya: 1. Planning merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn pendefinisian sasaran utk kinerja organisasi di masa depan dan utk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber daya yg digunakan yg dibutuhkan utk mencapai sasaran tersebut. 2. Organizing merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn penugasan mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen. 3. Leading fungsi manajemen yg berkenaan dgn bagaimana menggunakan pengaruh utk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi. 4. Controlling fungsi manajemen yg berkenaan dgn pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yg sesuai dgn sasaran dan melakukan koreksi apabila diperlukan.