Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah “ Perbandingan antara tegangan dan regangan dari suatu benda “ . Modulus elastisitas dilambangkan dengan E dan satuannya Nm-2. Modulus elastisitas disebut juga Modulus Young.

Secara Matematis konsep Modulus Elastisitas :


Tabel : Modulus Elastisitas berbagai zat


Contoh konsep Modulus Elastisitas :
Seutas kawat luas penampangnya 4mm2 ditarik oleh gaya 3,2N sehingga kawat tersebut mengalami pertambahan panjang sebesar 0,04cm. Jika panjang kawat pada mulanya 80 cm, tentukan Modulus Young kawat tersebut.

Pembahasan :
Diketahui :
Lo  = 80cm=0,8m
A   = 4 mm2 = 4x10-6m2
F   = 3,2 N
L = 0,04cm = 4.10-4m
Ditanyakan : E

Jawab :
E =
    
   = 1,6.109Nm-2

Pondasi

Bagian bangunan paling bawah yang mempunyai bidang kontak langsung dengan dasar tanah keras di bawahnya
Fungsi: memikul seluruh bobot bangunan beserta isi/muatannya dan menyalurkan/mendistribusikan-nya secara merata ke tanah di bawahnya, hingga:
    1. Kedudukan bangunan mantap/stabil
    2. Bila terjadi penurunan pada lantai akibat berat bangunan dan isinya, penurunan tersebut akan sama pada setiap titik bangunan sehingga tidak terjadi kerusakan pada konstruksi (retaknya dinding, balok, dsb) dan permukaan lantai tetap rata.
SYARAT-SYARAT PONDASI
  1. Bentuk dan konstruksinya kokoh dan kuat untuk mendukung beban bangunan di atasnya.
  2. Dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur sehingga kerusakan pondasi tidak mendahului kerusakan bagian bangunan di atasnya.
  3. Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi, misalnya kondisi air tanah, dll.
  4. Terletak di atas tanah datar yang cukup keras sehingga kedudukan pondasinya tidak mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke samping, ke bawah (turun) ataupun mengguling
JENIS PONDASI MENURUT KEDALAMAN TANAH KERAS
  1. Pondasi dangkal (< 0,80 m)
Dibuat jika lapisan tanah keras tidak terlalu dalam, galian untuk pondasi ini tidak boleh kurang dari 80cm dalamnya agar badan pondasi tidak retak-retak karena penyusutan tanah akibat dibebani.
  1. Pondasi ½ dalam (0,80 – 2 m)
Dibuat jika bobot bangunan tidak begitu besar dan lapisan tanah yang mampu menahannya terletak agak dalam
  1. Pondasi dalam (> 2m)
Dibuat jika bobot bangunan besar (misalnya bangunan bertingkat) dan biasanya lapisan tanah yang mampu menahannya terletak lebih dalam, bahkan sampai 40 m di bawah permukaan tanah.
JENIS-JENIS PONDASI MENURUT KEDALAMAN TANAH KERAS
  1. Pondasi Dangkal:
    1. Pondasi batu kali
    2. Pondasi batu bata
    3. Pondasi beton tumbuk
    4. Pondasi lajur beton bertulang
    5. Pondasi plat beton
  2. Pondasi ½ Dalam:
    1. Pondasi busur
    2. Pondasi di atas lapisan tanah yang telah diperbaiki
  3. Pondasi Dalam:
    1. Pondasi sumuran
    2. Pondasi tiang pancang
    3. Pondasi tiang beton cor
PONDASI BATU KALI
Bila batu kali selalu tertanam dalam tanah, kualitasnya tidak berubah, jadi cocok sebagai bahan pondasi
Penampang lintangnya dibuat trapesium dengan lebar atas 5-10 cm lebih lebar dari kiri kanan dinding di atasnya (jadi 25-35 cm) agar didapat siar spesi sambungan batu kali yang cukup,. Bila dibuat sama lebar dengan dinding, dikuatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi ada yang tidak tepat (dinding tidak lagi berada di atas permukaan badan pondasi) sehingga  pondasi tidak sesuai lagi dengan fungsinya.
Lebar sisi bawah pondasi kira-kira 2-3 kali lebar sisi atas, tergantung pada perhitungan beban.  Tetapi biasanya 70-80 cm.
Galian tanah pondasi batu kali sebaiknya dibuat sama dalam, hanya lebarnya dapat berbeda tergantung tebal tembok yang akan dipikulnya (1/2 bata, 1 bata, dsb).
Lebih baik menggunakan batu pecah daripada batu bulat karena permukaannya lebih kasar/tajam sehingga saling mengunci dan tidak mudah tergelincir.
Sebaiknya tidak menggunakan batu yang berukuran kurang dari 25-30 cm agar mudah diangkat dan diatur tukang sehingga bentuknya rapi dan kokoh, Untuk mengisi celah-celah antara pasangan batu besar dapat digunakan batu kali yang lebih kecil.
BAGIAN PONDASI BATU KALI

1. LAPISAN PASIR DASAR
Lapisan pasir yang dipadatkan setebal 5-10 cm, berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi, juga agar pori-pori pada permukaan tanah dasar dan bidang bawah pondasi dapat tertutup rapat.
 
2. AANSTAMPING/PAS. BATU KOSONG
Lapis atas pasir dasar, terbuat dari batu kali berdiameter sekitar 10-15 cm, disusun tegak dan rapat tanpa adukan (batu kosong), disela-selanya diisi pasir yang disiram air lalu dipadatkan (ditumbuk) sehingga tidak ada rongga kosong dan susunan batu menjadi kokoh bersama-sama. Lapisan ini lebih lebar sekitar 10 cm dari kiri-kanan badan pondasi.
Berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi
Bila lapisan tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering. Lapisan Aanstamping tidak diperlukan. Cukup diberi lapisan pasir dasar yang sudah dipadatkan setebal 10 cm.
 
3. BADAN PONDASI
Dibuat dari pasangan batu kali dengan perekat (beraping) campuran 1 kp:1 sm:2 ps atau 1 pc:3 ps
Untuk pondasi dinding luar bangunan, sejak ketinggian 10 cm di bawah halaman sampai ke atas, dipakai perekat/plesteran trasraam (kedap air) yaitu campuran 1 pc: 2 ps.
Menyusun/menggambar batu kali pada badang pondasi, tidak boleh terdapat siar segari baris vertikal maupun harizontal. Untuk memudahkan pemasangannya, batu pada bagian tepi harus dibuat lebih tinggi daripada batu pada bagian tengah. Posisi ini juga akan mencegah campuran berapen melimpah terlalu banyak ke luar badan pondasi.

4.  SLOOF BETON
Berupa balok beton bertulang dengan campuran 1 pc: 2 ps :3 kr di atas sepanjang pondasi
Berfungsi untuk menyalurkan beban dari dinding tembok di atasnya agar terbagi secara merata di sepanjang pondasi.  Lebarnya setebal tembok di atas dan tingginya 20-30 cm
Balok-balok yang memikul beban selalu diletakkan tegak (tidak rebah) agar daya pikul bebannya lebih besar.

5. TEMBOK DG PEREKAT TRAASRAM
Tingginya sampai 20 cm di atas permukaan lantai
Fungsi untuk mencegah merembesnya air dari tanah naik ke tembok sehingga tembok menjadi rusak
Untuk dinding kamar mandi, tinggi tembok traasram 150 cm.

6.  LAPISAN PASIR DI BAWAH LANTAI
Berupa urugan pasir setebal 15-20 cm yang dipadatkan
Berfungsi untuk mencegah pecahnya lantai akibat penyusutan tanah di bawahnya.

7. BETON TUMBUK
Jarang terdapat pada gambar konstruksi yang sudah agak lama
Fungsinya untuk menjaga agar lapisan lantai tidak pecah dan turunnya merata
Tebalnya sekitar 3 -5 cm, terbuat dari pasangan 1 pc: 3ps : 6 kr atau 1:3:5 (sumber: Pak Chairul Israr)
 
8. LANTAI TEGEL (UBIN SEMEN/TRASO)
Dipasang dengan perekat campuran 1 pc: 3 ps

9. TANAH URUG
Untuk mengisi sisa lubang pondasi yang tidak terisi pasangan pondasi.
Sebelum sisa galian ditimbun, sebaiknya dinding badan pondasi diberap/dilapis dengan perekatnya agar rata dan untuk menutup celah antara pasangan batu yang mungkin ada dan bisa dimasuki binatang kecil atau akar tanaman yang dapat merusak pondasi.

10. KEMIRINGAN GALIAN TANAH
Perbandingan kemiringannya 5:1

Pondasi Sarang Laba-Laba Sebagai Solusi Alternatif Pondasi Bangunan Bertingkat Sedang

Pondasi merupakan bagian dari sistem rekayasa konstuksi yang berfungsi sebagai penerus beban yang ditopang oleh beratnya sendiri (bangunan) pada kedalaman tanah atau batuan yang terletak dibawahnya.Karena sifat dari tanah dan batuan itu hiterogen,maka sulit ditemukan dua pondasi bahkan  pada tapak konstruksi yang berdampingan akan bersifat sama.hal ini disebabkan pondasi sebagai pendukung beban mempunyai bidang antara (interfacing) terhadap tanah.
     Di dunia rancang bangun penurunan pondasi bisa dipastikan terjadi.Persoalanya bagaimana penurunan tersebut dapat diprediksi sejak awal,sehingga bangunan tidak terganggu.Masalah yang dihadapi perencana adalah menentukan sistem pondasi untuk bangunan bertingkat sedang antara 2 sampai 8 lantai,dan berdiri diatas tanah yang mempunyai daya dukung rendah.sisi lain persoalan biaya yang tinggi masalah tesendiri.karena kesalahan dalam perencanaan akan berdampak pada hasil kemudian hari.

PONDASI SARANG LABA-LABA

      Salah satu solusi alternatif untuk menjawab permasalahan tersebut adalah ditemukan sistem pondasi sarang laba-laba.Sistem ini ditemukan oleh Ir Ryantori dan Ir Sutjipto tahun 1976 dengan hak paten no 7191,mulai diterapkan di proyek tahun 1978,sampai saat ini telah digunakan pada 1000 lebih bangunan.
     Pondasi sistem kontruksi sarang laba-laba merupakan pondasi bawah konvensional yang kokoh dan ekonomis,dimana sistem ini adalah kombinasi antara siatem pondasi plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah,kombinasi ini berakibat adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan
      Sistem pondasi ini memiliki kekakuan(rigidity) jauh lebih tinggi/baik dan bersifat monolit bila dibandingkan dengan sistem pondasi dangkal lainnya.Karena plat konstruksi pada sarang laba-laba dapat bekerja dengan baik terhadap beban-beban vertikal kolom, bila ditinjau dari perbandingan penurunan dan pola keruntuhan.Rib juga berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya yang bekerja pada kolom.dimana pasir,tanah sebagai pengisi dipadatkan dan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan dan puntir.Dengan memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur dengan komposisi sekitar 85% tanah dan 15 %beton,maka sistem ini dari segi biaya lebih murah dari sistem pondasi lainnya.Oleh karena itu pondasi sistem konstruksi sarang laba-laba akan menjadi suatu sistem struktur bawah yang sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa.
      Sistem ini dalam pelaksanaannya memerlukan waktu relatif singkat serta tidak memerlukan keahlian tinggi dan pengembanganya dapat dilaksanakan dengan precast/pracetak.Fungsi konstruksi sarang laba-laba sangat cocok untuk pondasi bangunan bertingkat dua sampai sepuluh lantai,gedung kelas satu,container yard/terminal peti kemas,menara transmisi tegangan tinggi,menara/tugu,kolam renang,tangki-tangki minyak,jalan kelas satu,konstruksi landasan pesawat udara/runway,apron dan pondasi open storage.

Beberapa Jenis Atap

A. Butterfly Roof
Butterfly Roof dibentuk oleh dua Gables berdekatan miring ke dalam ke arah tengah, sehingga mereka mengupayakan untuk menciptakan sebuah lembah pusat. Atap pada bagian luar miring ke atas bukan ke bawah. Desain atap kupu-kupu dimaksudkan untuk menyerupai garis, sudut dan lebar sayap kupu-kupu ketika mereka mengepak dalam gerakan ke atas.

Butterfly Roof pada awalnya dirancang untuk tujuan menangkap curah hujan di lembah tengah atap antara lereng menghadap ke dalam. Hal ini memungkinkan pemiliknya untuk memanfaatkan air untuk keperluan lain seperti tanaman air, toilet pembilasan dan bahkan untuk minum. Desain atap dibuat sehingga air hujan akan segera diusir dari atap saat hujan turun untuk melindungi rumah dari kelembaban, pengumpulan dan kebocoran. Selain manfaat ekologis, atap kupu-kupu memiliki manfaat desain estetika.
B. Gamrel Roof
Atap gambrel adalah atap dua sisi dengan punggungan pusat. Masing-masing pihak memiliki dua permukaan miring. Permukaan atas yang lebih pendek dan memiliki landai sekitar 30 derajat, sedangkan permukaan bawah lebih panjang dan memiliki kemiringan tajam sekitar 60 derajat. Atap gulungan Gambrel dibuat dengan potongan pendek kayu bergabung bersama-sama, bukan potongan-potongan kayu yang sangat panjang. Gambrel Roof sangat mirip dengan atap gudang tua, maka dari itu atap jenis ini sering disebut juga atap gudang. Gambrel Roof digunakan untuk mengoptimalkan fungsi ruangan yaitu untuk memperbesar ruang. Namun, secara estetika atap bentuk Gambrel kurang cantik karena bentuk tersebut biasa digunakan pada bangunan hall atau warehouse (gudang). Gamrel Roof sering digunakan pada lumbung jerami. Atap ini sering digunakan untuk suatu jangka waktu yang panjang di beberapa tempat.
Keuntungan besar dari atap gambrel adalah bahwa hal itu menyediakan permukaan yang sangat tahan terhadap kerusakan dari cuaca. Pada saat yang sama, atap gambrel menyediakan sejumlah besar ruang interior. Karena berat atap didukung oleh gulungan yang mengarahkan tegangan untuk dinding eksterior bangunan, interior dinding menahan beban atau posting tidak diperlukan


C. King and Queen Roof
King and Queen Roof merupakan jenis atap yang paling umum digunakan di Indonesia. King roof ditandai dengan King Post memanjang vertikal dari balok ke puncak rangka segitiga. Sedangkan Queen Roof merupakan Sebuah konstruksi rangka alternatif menggunakan dua Quen Post. Quen Post ini vertikal, di sepanjang dasar balok, didukung oleh sisi miring, untuk mencapai puncak rangka segitiga, kemudian pengembangan menambahkan sebuah balok kerah atas Queen Post, yang kemudian disebut struts ( topangan ).







King Roof







Queen Roof

Sumber :

Pondasi Sarang Laba-Laba

Sistem Pondasi Sarang Laba-Laba ini ditemukan oleh Ir Ryantori dan Ir Sutjipto tahun 1976 dengan hak paten no 7191,mulai diterapkan di proyek tahun 1978.
Pondasi sistem kontruksi sarang laba-laba merupakan pondasi bawah konvensional yang kokoh dan ekonomis,dimana sistem ini adalah kombinasi antara siatem pondasi plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah,kombinasi ini berakibat adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan
Sistem pondasi ini memiliki kekakuan(rigidity) jauh lebih tinggi/baik dan bersifat monolit bila dibandingkan dengan sistem pondasi dangkal lainnya.Karena plat konstruksi pada sarang laba-laba dapat bekerja dengan baik terhadap beban-beban vertikal kolom, bila ditinjau dari perbandingan penurunan dan pola keruntuhan.Rib (rusuk-rusuk) juga berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya yang bekerja pada kolom.dimana pasir,tanah sebagai pengisi dipadatkan dan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan dan puntir.Dengan memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur dengan komposisi sekitar 85% tanah dan 15 %beton,maka sistem ini dari segi biaya lebih murah dari sistem pondasi lainnya.Oleh karena itu pondasi sistem konstruksi sarang laba-laba akan menjadi suatu sistem struktur bawah yang sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa.
Sistem ini dalam pelaksanaannya memerlukan waktu relatif singkat serta tidak memerlukan keahlian tinggi dan pengembanganya dapat dilaksanakan dengan precast/pracetak.Fungsi konstruksi sarang laba-laba sangat cocok untuk pondasi bangunan bertingkat dua sampai sepuluh lantai,gedung kelas satu,container yard/terminal peti kemas,menara transmisi tegangan tinggi,menara/tugu,kolam renang,tangki-tangki minyak,jalan kelas satu,konstruksi landasan pesawat udara/runway,apron dan pondasi open storage.



Kondisi tanah yang memiliki daya dukung rendah atau kurang baik memerlukan perhatian lebih dalam hal konstruksinya, baik berupa bagunan gedung, bandara dan lain-lain. Baru-baru ini telah ditemukan suatu konstruksi yang masuk dalam katagori pondasi dangkal, konstruksi ini diyakini dan telah dibuktikan mampu bertahan pada kondisi tanah dengan daya dukung rendah dan ini adalah temuan anak negeri kita. Seperti apa konstruksi itu? Apa saja keuntungannya?

Konstruksi yang diberi nama konstruksi sarang laba-laba (KSLL) ini ditemukan pada tahun 1976 oleh Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto dan didalam pengembangan, pemasaran dan pelaksanaannya dipegang oleh PT. KATAMA SURYABUMI yang telah mematenkannya pada Departemen Hukum dan Ham RI/ HAKI dengan sertifikat paten No.ID. 0 018808.

KSSL yang merupakan karya putra bangsa memiliki teknologi pembangunan yang dirancang terdiri dari plat tipis yang diperkaku dengan rib-rib tipis dan tinggi yang saling berhubungan membentuk segitiga-segitiga yang diisi dengan perbaikan tanah sehingga menjadi satu kesatuan komposit konstruksi beton bertulang dan tanah yang kokoh atau kuat, kaku dan mampu menyebarkan semua gaya secara merata ke tanah pemikul serta mampu menerima gaya lateral akibat gempa.

Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya, mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi dan tanah dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat berat dan bersifat padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat dilaksanakan secara industri (pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah dan 20% beton bertulang dan yang paling penting adalah ramah lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan sedikit menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak menimbulkan kebisingan disekitarnya.

Selain digunakan sebagai pondasi bangunan bertingkat tanggung (12 lantai), KSSL juga telah diaplikasikan untuk pembangunan infrastruktur seperti bandara khususnya untuk konstruksi Runway, Taxiway dan Apron, seperti yang saat ini sedang dikerjakan di bandara Juwata dan pembangunan Apron untuk pangkalan TNI AU di Tarakan, Kalimantan Timur. Penghargaan sebagai Pemenang Lomba Karya Konstruksi Tahun 2007 untuk Kategori Teknologi Konstruksi yang diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun lalu akan lebih memiliki arti lagi bila adanya kesadaran dari pihak praktisi bisnis di bidang konstruksi Indonesia untuk mengaplikasikannya sebagai wujud kebanggaan akan karya cipta Bangsa Indonesia dan juga berusaha untuk mensosialisasikannya di tingkat international untuk menjadikan Pondasi KSSL sebagai Prestasi Dunia Dari Indonesia, akan tetapi untuk mewujudkan itu semua memerlukan dukungan dari berbagai pihak khususnya dalam hal ini pemerintah.

Instalasi Pengolahan Air Bersih Secara Baik

Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, masak, dan lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting. Namun, mengingat bahwa tidak semua kawasan mendapatkan air bersih, maka perlu adanya pemerataan distribusi air bersih bagi masyarakat.
Kriteria air bersih biasanya meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam usaha menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang berkaitan dengan hal ini adalah PDAM – Perusahaan Dagang Air Minum. Kadang ada yang menyindirnya sebagai Perusahaan Dagang Air Mandi, karena terkadang air yang didistribusikan tidak memenuhi kriteria air minum, hehehe..
Anyway, secara teknis, tulisan ini sebenarnya akan membahas mengenai jenis-jenis pengolahan air bersih. Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem pengolahannya.

Skema pengolahan air bersih
1. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment Plant.
2. Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita bahas satu per satu bagian-bagian ini.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi dalam bak ini..?? pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.

Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan mesin pemutar
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).

Proses Flokulasi Partikel Koloid
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.

Proses Sedimentasi
Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi disebut unit aselator

Unit Aselator pada Water Treatment Plant
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.

Unit Filtrasi
Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses tambahan, dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.
3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.

Reservoir air bersih
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.

Proses Pengolahan Air Bersih

October Penerapan Pengolahan Air Limbah Industri di Indonesia Tidak Optimal

20081014174648Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian Indonesia melalui  barang produk dan jasa yang dihasilkan, namun di sisi lain pertumbuhan industri telah menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Buangan air limbah industri mengakibatkan timbulnya pencemaran air sungai yang  dapat merugikan masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai, seperti berkurangnya hasil produksi pertanian, menurunnya hasil tambak, maupun berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk.
Seiring dengan makin tingginya kepedulian akan kelestarian sungai dan kepentingan menjaga keberlanjutan lingkungan dan dunia usaha maka muncul upaya industri untuk melakukan pengelolaan air limbah industrinya melalui perencanaan proses produksi yang effisien sehingga mampu meminimalkan limbah buangan industri dan upaya pengendalian pencemaran air limbah industrinya melalui penerapan installasi pengolahan air limbah. Bagi Industri yang  terbiasa dengan memaksimalkan profit dan mengabaikan usaha pengelolaan limbah agaknya bertentangan dengan akal sehat mereka, karena mereka beranggapan bahwa menerapkan instalasi pengolahan air limbah berarti harus mengeluarkan biaya pembangunan dan biaya operasional yang mahal. Di pihak lain timbul ketidakpercayaan masyarakat bahwa industri akan dan mampu melakukan pengelolaan limbah dengan sukarela mengingat banyaknya perusahaan industry yang dibangun di sepanjang aliran sungai, dan membuang air limbahnya tanpa pengolahan. Sikap perusahaan yang hanya berorientasi “Profit motive” dan lemahnya penegakan peraturan terhadap pelanggaran pencemaran ini berakibat timbulnya beberapa kasus pencemaran oleh industry dan tuntutan-tuntutan masyarakat sekitar industry hingga perusahaan harus  mengganti kerugian  kepada masyarakat yang terkena dampak.
Latar belakang yang menyebabkan terjadinya permasalahan pencemaran tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
(1) Upaya  pengelolaan lingkungan yang ditujukan untuk mencegah dan atau memperkecil dampak negatif yang dapat timbul dari kegiatan produksi dan jasa di berbagai sektor industri belum berjalan secara terencana.
(2) Biaya pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal  dan  dana pembangunan, pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah yang terbatas, menyebabkan perusahaan enggan menginvestasikan dananya untuk pencegahan kerusakan lingkungan, dan anggapan bahwa biaya untuk  membuat unit IPAL merupakan beban biaya yang besar yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan.
(3) Tingkat pencemaran baik kualitas maupun kuantitas semakin meningkat, akibat perkembangan penduduk dan ekonomi, termasuk industri di sepanjang sungai yang tidak melakukan pengelolaan air limbah industrinya secara optimal.
(4) Perilaku sosial masyarakat dalam hubungan dengan industri memandang bahwa sumber pencemaran di sungai adalah berasal dari buangan industri, akibatnya isu lingkungan sering dijadikan  sumber konflik untuk melakukan tuntutan kepada industri berupa perbaikan lingkungan, pengendalian pencemaran, pengadaan sarana dan prasarana yang rusak akibat kegiatan industri.
(5) Adanya Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian  pencemaran air nomor: 82 Tahun 2001, meliputi standar lingkungan, ambang batas pencemaran yang diperbolehkan, izin pembuangan limbah cair, penetapan sanksi administrasi maupun pidana belum dapat menggugah industri untuk melakukan pengelolaan air limbah.
Permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa ” Penerapan Pengelolaan air  Limbah  pada industri kurang optimal” dan jawaban terhadap berbagai pertanyaan di atas pada umumnya menyangkut:
(1) Apakah industri telah melakukan upaya minimisasi  limbah  untuk mencegah/memperkecil dampak negatif yang timbul dari kegiatan produksi?
(2) Faktor-faktor apa yang menyebabkan penerapan  pengolahan air limbah kurang optimal?
(3) Apakah penerapan  pengolahan air limbah secara bersama-sama dipengaruhi oleh biaya, beban buangan air limbah, teknologi ipal, perilaku sosial masyarakat, dan peraturan pemerintah?
Pertanyaan ini tentunya  dimaksudkan untuk para pelaku usaha agar dalam  usaha industrinya dapat melakukan minimisasi air limbahnya pada proses produksi, faktor-faktor yang menyebabkan pengelolaan limbah cair pada industri tidak dilakukan dengan optimal, pengaruh dari investasi terhadap pencemaran lingkungan, tingkat buangan limbah, teknologi Ipal, perilaku sosial masyarakat dan peraturan pemerintah  terhadap  penerapan pengelolaan air limbah  industry termasuk menghitung biaya manfaat penerapan Ipal industri. Berdasarkan dugaan yang terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia bahwa Penerapan Installasi Pengolahan air limbah industri  dipengaruhi oleh  biaya investasi, beban buangan limbah, teknologi proses ipal, sosial masyarakat dan peraturan pemerintah tentang pengelolaan lingkungan, serta menyangkut  manfaat penerapan ipal lebih besar daripada biaya investasi ipal.
Dari 350  industri terdapat kelompok jenis industri pengolahan makanan dengan 110 perusahaan, industri kimia/farmasi 70 perusahaan, permesinan 60 perusahaan, tekstil 40 perusahaan, furniture 30 perusahaan dan kelompok jenis industri kemasan dan lain-lain masing-masing 20 perusahaan, yang umumnya telah mengupayakan minimisasi air limbah pada proses produksinya melalui  optimalisasi proses (reduce 74,29%), pemakaian kembali sisa  air proses (reuse 8,57%), pemanfaatan kembali air limbah (recycle 8,57%), melakukan pengambilan kembali air limbah (recovery 5,71%), sedangkan industri yang melakukan penerapan ipal ( 42,85%) atau sebanyak 150 industri.
Hubungan fungsional antara variabel Y dan X didapat model persamaan regresi  berganda   Y= 9,132+ 0,935 X1+ 0,694 X2 + 0.081X3+ 0.161X4 – 0,234 X5,  diartikan bahwa fungsi penerapan ipal dipengaruhi secara positif oleh biaya investasi, beban buangan air limbah, teknologi proses, sosial masyarakat dan peraturan pemerintah.  Tanda koefisien negatif  menunjukkan adanya hubungan negatif antara penerapan ipal dengan peraturan pemerintah: semakin tinggi industri menerapkan Ipal maka semakin rendah control pemerintah terhadap industri yang menerapkan ipal.
Perhitungan biaya manfaat  diambil dengan asumsi discount faktor 15 % dan umur ekonomis ipal 10 tahun, didapatkan  biaya pembuatan ipal per m3 air  limbah, yaitu Rp 975 – Rp 1836  untuk kelompok jenis industri makanan, Rp 1450 – Rp 2027,- untuk industri tekstil, Rp 1301,-  – Rp 1613,- untuk Industri Farmasi dan Rp 2339 – Rp 2961,- untuk kelompok jenis industri permesinan. Perhitungan nilai manfaat dilihat dari kemampuan Ipal menurunkan kadar BOD, COD dan Suspended solid  per m3  air limbah yaitu Rp 1499 – Rp 2764 untuk kelompok industri pengolahan makanan , Rp 2269 – Rp 6217,- untuk industri tekstil, Rp 1613 – Rp 2359,- untuk industri farmasi, dan Rp3427 – Rp 6026,-  untuk industri permesinan. Perhitungan rasio manfaat biaya juga menghasilkan nilai perbandingan biaya manfaat           ( BCR) penerapan Ipal yaitu 1,01 – 1,57  untuk kelompok industri pengolahan makanan, 1,11 – 4,28 untuk  industri tekstil, 1,24 – 1,46  untuk industri farmasi, dan  1,15 – 2,57 untuk  industri permesinan.
Kesimpulan dari Penelitian ini adalah :
1. Terdapat 74,29 % industri dari 350 perusahaan yang terbanyak memilih melakukan upaya minimisasi air limbah industrinya melalui optimalisasi pada proses produksi (reduce).
2. Faktor-faktor yang mendorong industri menerapkan instalasi pengolahan air limbah antara lain adalah biaya investasi, beban buangan air limbah, teknologi proses, sosial masyarakat industri, peraturan pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan.  Hal ini dijelaskan oleh hasil uji F hitung sebesar 788,857 > dari F tabel 2,54 pada taraf signifikansi 5 % yang menunjukkan semua faktor tersebut secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi penerapan Ipal.
3. Manfaat penerapan ipal lebih besar dari biaya instalasi, baik dari nilai bersih sekarang ( Net Present Value), maupun dari rasio manfaat biayanya. Oleh karena itu secara ekonomi dan ekologis ipal layak diterapkan sebagai salah satu upaya mengurangi pencemaran air limbah industri.
Saran yang diberikan berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan adalah:
1. Sebaiknya industri dapat melakukan program minimisasi ke arah cleaner production yang terpadu dijalankan oleh semua bagian terkait baik itu produksi, enginering, maintenance, lingkungan, keuangan dan lainnya.
2. Bagi industri yang limbahnya belum memenuhi baku mutu meskipun telah menerapkan minimisasi limbah perlu menerapkan ipal mengingat ipal merupakan aset perusahaan yang bermanfaat untuk mengurangi beban pencemaran dan untuk kelangsungan industri di masa depan.
3. Bagi industri yang menerapkan ipal dan memenuhi bakumutu buangan air limbah perlu diberikan penghargaan oleh Pemerintah. Keterlibatan pemerintah, masyarakat, dan industri dalam mengusahakan  daerah aliran sungai  sekitar industri ditata secara berkelanjutan melalui system pengelolaan bersama.
Sumber: Kabarindonesia.com

5 Peringkat Laptop Terbaik Sedunia 2012

10 Peringkat Laptop Terbaik Sedunia. Tak diherankan lagi dizaman teknologi seperti sekarang ini banyak sekali perangkat-perangkat yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan manusia agar lebih memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari . Salah satunya yaitu Laptop . Laptop pada zaman sekarang ini sudah bukan barang mahal lagi, banyak sekali merek dan jenis laptop yang beredar di seluruh dunia termasuk di indonesia, Saking banyaknya membuat orang pada bingung mau mulih laptop yang bagaimana . merek apa yang paling bagus, spesifikasi yang bagaimana yang harus dipilih dan mana merek laptop yang awet . Untuk itu disini saya akan postingkan artikel yang membahas peringkat laptop yang terbaik sedunia yang saya ambil dari beberapa sumber . Adapun 10 laptop itu adalah :

1. Apple MACBook Pro
• OS: Mac OS 10.6: Snow Leopard • Screen: 17-inch, 1920×1200 • Processor: Quad core Intel i7 2.2Ghz • Graphics: Intel HD Graphics 3000, with 1GB AMD Radeon HD 6750M • Memory: 4GB (2x2GB) • Storage: 750GB • Optical drive: Yes • Battery claimed: Seven hours • Connections: FireWire 800, 3xUSB 2.0, Thunderbolt, Audio in, Audio out, N Wi-Fi, Bluetooth 2.1, Express card • Dimensions/Weight: 250x393x27mm/2.99kg.

2. Apple MacBook Air
• Brand : Apple • Model : MacBook Air (1.86 GHz) • Processor : Intel core2 Duo • Operating System : Mac OS X + Life • Display Screen Size & Type : 13.3″ Inch & LED-backlit • Display Resolution : 1280 * 800 • Processor Cache Memory : 6144 KB • RAM: 2048 MB • Hard Disk Drive: 128 (Solid State) • Video Display Card: Dedicated • Video Card Memory: 256 MB • Wi-fi : 802.11n • USB Port: 1 • Mouse Type: Touchpad • Weight: 1.36 Kg • Battery Life: 4.5 Hours • Color Option: Aluminum • Warranty Period: One Year.

3. Toshiba Portege R700 • 13.3″ HD widescreen LED-backlit display • Intel Core i3, i5, i7 processor options • 4GB DDR 3 RAM • Airflow Cooling Technology • Premium raised keyboard • TouchPad with customizable Multi-Touch Control • Windows 7 professional • ExpressCard, eSATA/USB combo port, webcam • DVD SuperMulti drive • Docking capabilities.

4. Alienware M11X • Intel Core TM 2 Duo SU7300 (1.3GHz/800Mhz FSB/3MB cache) • Genuine Windows® 7 Ultimate 64-Bit • 2, 4, 8GB Dual Channel DDR3 at 800MHz • Mobile Intel® GS45 Chipset • 1024MB NVIDIA® GeForce® GT335M • 11.6 inch display (1366X768) • Internal High-Definition 5.1 Surround Sound Audio • Up to 640GB5 SATA II hard drive (7200RPM) • (Optional) External USB Slot-Loading DVD Burner (DVD±RW) • 8 Cell Prismatic (64 whr) – Primary • IEEE 1394a (4-pin) port • Integrated Ethernet RJ-45 (100 Mbps) • Audio In / Microphone Jack (remarkable for 5.1 audio) • Two Built-In Front Speakers • Height: 32.7mm (1.29 inches) • Width: 285.7mm (11.25 inches) • Depth: 233.3mm (9.19 inches).

5. HP Envy 14
• Intel(R) Core(TM) i7-720QM Quad Core processor (1.6GHz, 6MB L3 Cache) with Turbo Boost up to 2.8 GHz • 1GB ATI Mobility Radeon(TM) HD 5650 DDR3 graphics [HDMI] – For Quad Core Processors • 6GB DDR3 System Memory (2 Dimm) • 640GB 7200RPM Hard Drive with HP ProtectSmart Hard Drive Protection • 8 Cell Lithium Ion Battery (standard) – Up to 6.0 hours of battery life +++ • 14.5″ diagonal High Definition HP BrightView Infinity LED Display (1366×768) • SuperMulti 8X DVD+/-R/RW with Double Layer Support • HP TrueVision HD Webcam and Dual Digital Integrated Microphones • Intel Wireless-N Card with Bluetooth • Backlit Keyboard • Adobe(R) Photoshop(R) Elements 8 & Adobe Premiere(R) Elements 8.

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10255330

Teknologi Pengolahan Air Limbah

Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta merupakan sebuah ibukota yang amat padat sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Terdapat sebuah penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan.
Trickling Filter
Trickling filter. Sebuah trickling filter bed yang menggunakan plastic media.
Bagaimana dengan air limbah industri? Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.
ParameterKonsentrasi (mg/L)
COD100 – 300
BOD50 – 150
Minyak nabati5 – 10
Minyak mineral10 – 50
Zat padat tersuspensi (TSS)200 – 400
pH6.0 – 9.0
Temperatur38 – 40 [oC]
Ammonia bebas (NH3)1.0 – 5.0
Nitrat (NO3-N)20 – 30
Senyawa aktif biru metilen5.0 – 10
Sulfida (H2S)0.05 – 0.1
Fenol0.5 – 1.0
Sianida (CN)0.05 – 0.5
Batasan Air Limbah untuk Industri
Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995
Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik.

Teknologi Pengolahan Air Limbah

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
  1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
    Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
  2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
    Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
  3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
    Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
  4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
    Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
  5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
    Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.

Pemilihan Teknologi

Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:
  1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
  2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.
  3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.
Sedimentation
Sedimentation. Sebuah primary sedimentation tank di sebuah unit pengolahan limbah domestik. Sedimentation tank merupakan salah satu unit pengolahan limbah yang sangat umum digunakan.
Bottomline, perlu kita semua sadari bahwa limbah tetaplah limbah. Solusi terbaik dari pengolahan limbah pada dasarnya ialah menghilangkan limbah itu sendiri. Produksi bersih (cleaner production) yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di seluruh bagian-bagian proses dapat dicapai dengan penerapan kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih, serta perubahan mendasar pada sikap dan perilaku manajemen. Treatment versus Prevention? Mana yang menurut teman-teman lebih baik?? Saya yakin kita semua tahu jawabannya. Reduce, recyle, and reuse.

Menghitung tebal perkerasan jalan raya


Tentunya kita tidak asing dengan yang namanya jalan raya, hampir setiap hari di lalui oleh kita, lalu bagaimana supaya jalan raya tersebut tidak rusak ketika dilalui kendaraan yang beratnya bersatuan ton. berikut sedikit gambaran tentang perhitunganya:
Misalnya kiita akan Merencanakan tebal perkerasan jalan raya 2 jalur dengan data lapangan sebagai berikut:
  • Umur rencana jalan, Ur = 10 tahun
  • Jalan akan dibuka pada tahun 2014
  • Pembatasan beban as= 8 ton
Setelah dilakukan pengamatan diperoleh volume lalu lintas sebagai berikut:
  • Mobil penumpang, pick up, mobil hantarn dan sejenisnya sebanyak 1219 perhari
  • Bus yang melintas di jalan raya sebanyak 353 per hari
  • Truck 2 as : 481 / hari
  • Truck 3 as : 45 / hari
  • Truck 4 as : 10 / hari
  • Truck 5 as : 4 / hari
LHR th.2010 :  2112 bh kendaraan perhari untuk 2 jurusan
  • Waktu pelaksanaan, n= 4 tahun
  • Perkembangan lalu lintas jalan raya, i= 8 % per tahun
  • Faktor regional, FR = 1.00
Bahan perkerasan jalan raya yang akan dipakai sebagai berikut:
  • Aspal beton atau penetrasi makadam ( surface course )
  • Water bound macadam ( base course )
  • Pondasi bawah kelas C ( Subbase course )
  • CBR = 3
Selanjutnya menghitung tebal perkerasan jalan raya dari data-data diatas
  1. Bus  = 353
  2. Truck 2 as  = 481
  3. Truck 3 as  = 45
  4. Truck 4 as  = 10
  5. Truck 5 as  = 4
.
  • Jumlah kendaraan berat ( bus dan truck ) KB = 893 bh
  • BB = (353/893)x100%=39.5%
  • B2T =(481/893)x100%=53.86%
  • B3T = (45/893)x100%=5.05%
  • B4T = (10/893)x100%=1.14%
  • B5T = (4/893)x100%=0.45%
  • Mobil penumpang = 1219 bh
  • Jumlah LHR = 2112 bh
  • AKB =( 893/2112)x100%=42%
  • AKR =( 1219/2112)x100%=58%
Waktu pelaksanaan pekerjaan jalan raya , n=4 tahun
Pertumbuhan lalu lintas i = 8% pertahun
LHRop = 2112( 1+0.08)^4 = 2873
Jumlah jalur = 2 Ckiri= 50% , Ckanan= 50%
Umur rencana = 10 tahun pertumbuhan lalu lintas jalan raya = 8%/tahun
FP = 1.44 ( tabel FP )
i.p = 2.5 ( tabel I.P )
LERur = 639.71
I.P = 2.5 dari grafik diperoleh ITP = 10.25
CBR = 3 DDT = 3.8
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3 + a4.D4
Dsini mencari Nilai ITP yang lebih dari 10.25
Lapisan permukaan=a1=0.40 & D1=10, a1xD1=4.00
Lapisan pondasi =a2=0.14 &D2=20, a2xD2=2.80
Lapisan pondasi bawah =a3=0.11 &D3=32, a3xD3=3.52
Lapisan perbaikan tanah dasar =a4=0 &D4=0, a4xD4=0
Jumlah ITP hasil perhitungan = 10.32 (jadi  jalan raya aman )
Berikutnya menggambar hasil perhitungan tebal perkerasan jalan raya sebagai berikut