Makalah ANALISIS KEKUATAN GEMPA BUMI DAN PENYEBAB TSUNAMI

PENDAHULUAN
            Gempa kembali mengguncang bumi Sumatera untuk kesekian kali, tepatnya pada hari Rabu, 11 April 2012 lalu. Gempa berkekuatan 8,5 dan 8,1 Skala Richter berpotensi menggeser pantai barat Sumatera dan Kepulauan Nias serta Simeulue sejauh beberapa sentimeter (Widjo Kongko, Tsunami Research Group). Gempa dianalisis dengan model homogen elastic, yang mengasusmsikan kerak Bumi bersifat elastis dan homogen dari lapisan atas hingga bawah. Berdasarkan analisis USGS dari 50 stasiun, diskolasi horisontal pusat gempa mempunyai dua alternatif, 200 derajat arah timur laut dan 110 derajat ke arah barat laut. Pergeseran vertikal terjadi kurang dari enam meter, menyebabkan tsunami yang terjadi hanya dalam skala kecil.
           Indonesia adalah salah satu Negara yang ada di antara 3 lempeng bumi, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia. Lempeng-lempeng tersebut merupakan lempeng yang aktif, di mana lempeng tersebut selalu bergerak dan berinteraksi. Lempeng Pasifik bergerak relatif ke barat, lempeng Indo-Australia relatif ke utara, dan lempeng Eurasia bergerak relative ke tenggara. Ketiga lempeng memiliki material penyusun yang berbeda sehingga mempengaruhi sifat fisik lempeng. Berdasarkan teori tektonik lempeng, dijelaskan bahwa pada dasarnya kerak bumi terbagi dalam 13 lempeng besar dan kecil.
            Susunan interior bumi dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat fisika bumi (geofisika). Bumi mempunyai sifat-sifat fisik seperti gravitasi, kemagnetan, kelistrikan, dan sifat seimik. Melalui sifat fisika ini, ahli geofisika mempelajari susunan bumi. Susunan interior bumi secara lebih jelas ditunjukkan pada Gambar 2. Lapisan bumi terdiri atas kulit luar (litosfer), mantel bumi, inti luar, dan inti dalam. Pada bagian inti luar, zat penyusunnya adalah berupa zat cair, sedangkan inti dalam berupa padat. Cairan yang


 
ada pada inti luar ini mengalami arus konveksi yang menyebabkan lempeng-lempeng bumi saling bergeser setiap tahunnya.
 

 
PENYEBAB GEMPA BUMI
            Gempa bumi adalah sentakan bumi yang bersumber dari dalam bumi yang rambatan gelombang energinya berjalan melalui permukaan bumi dan menembus bumi. Gempa bumi disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi), dapat pula disebabkan oleh letusan gunung berapi. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak. Gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan sudah terlalu besar untuk ditahan.
1.      Gempa tektonik
           Harry Hess (1960) dalam tulisannya menguraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudra yang terjadi di pematang tengah samudra, serta umur kerak samudra yang lebih muda dari 180 juta tahun. Hal ini adalah asumsi bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar samudra Atlantik tepatnya di Pematang Tengah Samudra mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi ini yang menggerakan kerak samudra (lempeng samudra) yang berfungsi sebagai ban berjalan (conveyor-belt). Pergerakan ini adalah penyebab dari terjadinya gempa tektonik.
            Kerak bumi yang terdiri dari 13 lempeng, memiliki batas-batas yang dapat saling berinteraksi. Interaksi antar lempeng antara lain:
a.       Batas Konvergen
            Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau Obduksi (Obduction). Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana salah satu lempeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan (gambar 4 Bawah). Obduksi (Obduction) adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan.
b.      Batas Divergen
                Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh.
 



c.       Batas Transform
           Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Fault

2.      Gempa vulkanik
                Gempa Vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kegiatan gunung api. Magma yang berada pada kantong di bawah gunung  mendapat tekanan dan  melepaskan energi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Terdapat dua sifat magma yang dapat memberikan potensi untuk bertindak, kadar gas dalam magma dan kekentalannya. Vulkanisme diawali dengan proses pembentukan magma dalam litosfir akibat peleburan dari batuan, kemudian magma naik ke permukaan melalui rekahan, patahan dan bukaan lainnya dalam litosfir menuju dan mencapai permukaan bumi. Wilayah sepanjang batas lempeng, dimana dua lempeng litosfir berinteraksi merupakan tempat yang berpotensi mengalami gejala vulkanisma. Gejala vulkanisma juga dapat terjadi ditempat dimana astenosfir melalui pola rekahan dalam litosfir naik dengan cepat dan mencapai permukaan. Tempat seperti itu dapat diamati pada batas lempeng litosfir yang saling memisah diri seperti pada punggung tengah samudra, atau pada litosfir yang membentuk lantai samudra.

GELOMBANG GEMPA
            Gempa bumi menghasilkan berbagai jenis gelombang dengan kecepatan yang berbeda, ketika mencapai observatorium seismik. Waktu perjalanan yang berbeda memudahkan untuk menemukan sumber dari hiposentrum gempa. Dalam geofisika, refraksi atau refleksi gelombang seismik digunakan untuk penelitian struktur interior bumi.
            Terdapat dua jenis gelombang seismik, body wave dan surface wave.
1.      Body wave berjalan melalui bagian dalam bumi, menghasilkan berkas sinar yang dibiaskan oleh kepadatan yang bervariasi dan modulus (kekakuan) dari interior bumi. Kepadatan dan modulus bervariasi sesuai dengan suhu, dan komposisi fase. Hal ini mirip dengan pembiasan gelombang cahaya.

Body wave terdiri dari Gelombang primer dan sekunder. Gelombang primer adalah tekanan gelombang yang berjalan lebih cepat daripada gelombang lain melalui bumi dan sampai pertama kali pada seismograf. Garis berwarna merah adalah gelombang sekunder dan garis berwarna hijau adalah gelombang primer. Gelombang ini dapat melakukan perjalanan melalui semua jenis bahan, termasuk cairan, dan dapat melakukan perjalanan hampir dua kali kecepatan gelombang sekunder. Di udara, gelombang ini mengikuti bentuk gelombang suara, dan memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan suara. Kecepatan gelombang primer yang sesuai dengan tipenya adalah 330 m/s di udara, 1450 m/s dalam air, dan sekitar 5000 m/s dalam granit.
Gelombang sekunder adalah gelombang geser yang melintang di alam. Gelombang ini
sampai pada seismograf setelah gelombang primer. Gelombang ini dapat mengambil karakteristik permukaan yang berbeda, seperti dalam kasus gelombang sekunder terpolarisasi horizontal, tanah bergerak bergantian ke satu sisi dan kemudian yang lain. Gelombang sekunder dapat melakukan perjalanan hanya melalui padatan, seperti cairan (cairan dan gas) tidak mendukung tegangan geser. Gelombang sekunder lebih lambat dari gelombang primer, dan kecepatannya sekitar 60% dari gelombang primer.
2.      Surface wave analog dengan gelombang air dengan perjalanan sepanjang permukaan bumi. Perjalanan surface wave lebih lambat dari body wave. Hal ini disebabkan frekuensi yang rendah, durasi panjang, dan amplitudo yang besar, sehingga menjadi tipe yang paling merusak dari seluruh gelombang seismik. Gelombang ini disebut surface wave karena energinya berkurang setelah melewati lebih jauh ke permukaan.

EPISENTRUM DAN HIPOSENTRUM GEMPA

Seismograf
Lokasi absis
(km)
Ordinat
(km)
Amplitudo max (cm)
A
B
C
D
E
F

Tabel 1   
 
G
40
60
90
30
110
10
110
70
40
80
30
100
80
50
6,84
7,74
7,17
5,00
4,34
3,68
5,87
           Penentuan letak episentrum dapat dilakukan dengan metode kontur dan extrapolasi. Metode kontur adalah penentuan letak episentrum dengan penandaan daerah gempa yang mempunyai amplitudo sama. Metode ekstrapolasi adalah penentuan letak episentrum dengan perhitungan linier dari suatu titik diluar dua titik yang  menjadi acuan. Metode extrapolasi dicontohkan pada Gambar 9.
Misalnya terdapat data rekaman beberapa seismograf seperti pada Tabel 1.
Plot koordinat dan amplitude tiap-tiap seismograf buat segitiga lokasi   epicentrum yang amplitudonya tertinggi.

(A, B, C)  Extrapolasi di titik (70, 60)
Rumus : f (x) = a + (b – a)
Extrapolasi FA ;         
f (x) = 3,68 + (6,84 – 3,68)  = 10

Extrapolasi EC ;         
f (x) = 4,34 + (7,17 – 4,34)  = 10
Extrapolasi DB pada segitiga tidak dilakukan karena diluar segitiga.  
y’ = y + 3,68 = 6,32 + 3,68 =10

            Fokus gempa (hiposentrum) ialah titik pada sesaran atau lempeng tektonik ketika patahan mulai terjadi. Episentrum ialah titik di permukaan bumi yang tepat di atas fokus gempa (lihat gambar 10). Jarak episentrum ialah jarak horisontal dari suatu lokasi bangunan terhadap episentrum gempa. Jarak hiposentrum ialah jarak dari suatu tempat terhadap fokus gempa.
 
INTENSITAS
            Intensitas adalah besar kecilnya getaran permukaan di tempat konstruksi. Secara kuantitatif intensitas gempa setempat dinyatakan dengan percepatan permukaan dengan satuan gal (cm/dt2). Skala ini digunakan oleh artitek untuk melihat pengaruhnya pada konstruksi. Skala yang digunakan adalah skala Modified Mercalli Intensity scale. (MMI) Perkiraan hubungan kesetaraan Richter Mangnitude (M) dan Modified Mercalli (MM) ditunjukkan pada Tabel 2.

M
richter
MM
Percepatan permukaan max
Radius pengaruh
3
4
5
6
7
8
II – III
IV – V
VI
VII – VIII
IX
X - XI
0,003 g
0,010 g
0,030 g
0,010 g
0,030 g
1,000 g
25 km
50 km
100 km
200 km
400 km
700 km

Tabel 2    Hubungan M dengan MM
 

ENERGI GEMPA
            Besarnya energi yang dilepas sumber gempa diukur dengan skala Richter. Hubungan antara Skala Richter dan besarnya energi yang dilepaskan pada saat terjadi gempa, dapat ditulis dalam suatu persamaan:
Log E = 11,4 + 1,5 M
dimana E adalah energi gempa yang dilepaskan (erg atau dyne-cm), dan M adalah besaran atau magnitude gempa pada Skala Richter. Misalnya diketahui gempa dengankekuatan 6 skala Richter, berarti energi yang dilepaskan pada sumber gempa
Log E = 11,4 + 1,5 R
                        =  11,4 + 1,5. 6
                        = 20,4
                 E  = 1020,4 = 2,512. 1020 erg

Tabel 3 menunjukkan kekuatan gempa (Skala Richter) dibandingkan dengan kekuatan bahan peledak, percepatan puncak rata-rata, serta deskripsinya.
Insensitas Mercalli
Mangnitude (Skala Richter)
Kecepatan tertinggi rata-rata (cm/dt)
Perbandingan dengan bahan peledak
Deskripsi
Percepatan puncak rata-rata (g adalah gravity = 9,8 m/s2)
Jumlah Gempa pertahun di dunia
I
0 – 1,9

0,45 TNT
Tidak terasa kecuali menggunakan alat bantu pendeteksi gempa

Sangat besar
II
2 – 2,9

50 kg TNT
Dirasakan oleh hanya sedikit orang yang beristirahaat, khususnya pada lantai atas gedung, benda-benda yang bergantung akan terayun.

300,00
III
3 – 3,9


Mulai dirasakan sebagaian orang, khususnya pada lantai atas gedung, tapi banyak orang yang tidak menyadari akan adanya gempa tersebut. Getarannya seperti truk yang sedang lewat.

49,00
IV
4 – 4,4
1 – 2
2.107 kg TNT (bom atom kecil)
Pada siang hari dirasakan banyak orang dalam ruangan dan sedikit orang diluar ruangan. Pada malam hari beberapa orang akan terjaga dari tidurnya. Pintu dan jendela mulai berbunyi; dinding mulai menimbulkan suara. Ada getaran seperti truk besar lewat dibawah gedung. Mobil yang sedang parkir dapat berpindah.
0,015g – 0,03g
4,00
V
4,5 – 4,9
2 – 5

Dirasakan oleh hampir semua orang, bnyak orang terbangun dari tidurnya. Kaca jendela mulai pecah, terjadi keretakan dibeberapa plesteran semen, benda tidak stabil akan terguling. Kerusakan pada pohon, tiang-tiang listrik, dan objek tinggi lainnya. Bandul jam mungkin berhenti.
0,03g – 0,05g
1,20
VI
5 – 5,9
5 – 8

Dirasakan oleh semua orang, banyak yang ketakutan dan lari keluar ruangan. Beberapa furniture berat akan bergerak. Plesteran akan mulai runtuh, cerobong mulai retak.
0,05g – 0,07g
800
VII
6 – 6,3
8 – 20
1.109 kg TNT (1 bom hydrogen)
Semua orang lari keluar ruangan. Dirasakan orang yang mengendarai mobil, bangunan yang konstruksinya kurang baik akan runtuh, cerobong akan runtuh.
0,07g – 0,15g
65
VIII
6,4 – 6,6
20 – 30

Kerusakan mulai terjadi pada bangunan dengan desain baik. Beberapa bangunan akan runtuh sebagian. Panel dinding akan keluar dari rangka strukturnya. Cerobong tumbang, tumpukan material pabrik akan runtuh, dinding, kolom, dinding, monumen runtuh. Furniture berat akan tumbang. Pasir dan lumpur terlempar sebagian. Terjadi perubahan dalam air sumur. Pengendara mobil akan tergangu.
0,15g – 0,30g
35
IX
6,7 – 6,9
30 – 60

Kerusakan akan terjadi pada bangunan dengan desain baik, struktur rangka akan miring, sebagian bangunan runtuh, perubahan terjadi pula pada pondasi. Keretakan tanah terjadi, pipa bawah tanah rusak
0,30g – 0,60g
20
X
7 – 7,5
Lebih dari 60
1011kg TNT (100 bom hydrogen)
Bangunan konstruksi kayu mulai rusak, sebagaian besar pasangan batu rusak, dan struktur rangka dan pondasinya rusak. Tanah akan terjadi retakan besar, rel kereta bengkok, kelongsoran akar terjadi di tepi sungai dan tebing-tebing tanah. Pasir dan lumpur sungai akan bercampur. Air berombak berdeburan.
Lebih dari 0,60 g
14
XI
7,6 – 7,9


Sangat sedikit bangunan yang masih berdiri. Jembatan hancur. Terjadi retakan-retajkan besar di tanah dan jalan aspal, pipa-pipa bawah tanah total tidak berfungsi. Terjadi longsior di sebagian besar tebing. Rel kereta melengkung parah.

4
XII
8 - 8,6

6 x 1013kg TNT (60.000 bom hydrogen)
Kerusakan total. Gelombang terlihat pada permukaan tanah. Benda-benda terlempar ke udara.

0,2 (satu dalam lima tahun)

Tabel 3    Perkiraan Korelasi Pengukuran Magnitude Gempa, Efek Gempa, dan Energi yang Dihasilkan
Sumber: Introduction to Seismology” IISEE (2001) dan “Earthquake Mangnitude Comparisons” (2001).
 


           
Magnetudo atau kekuatan gempa ialah tingkat besaran gempa yang berhubungan
dengan pelepasan energi regangan pada saat terjadi patahan batuan sepanjang garis sesaran, yang terdiri atas :
a.       ML ialah kekuatan gempa yang diperkenalkan pertama kali oleh Richter (1935) dan disebut kekuatan gempa lokal. Kekuatan ini diperoleh sebagai logaritma dari amplitudo maksimum yang tercatat dengan alat Wood Anderson Torsion Seismometer pada jarak episentrum 100 km. Untuk jarak yang lain, kekuatan ini harus dikoreksi. Persamaan umumnya ialah
ML = Log (A/A0)
dengan :
ML : kekuatan gempa lokal
A : amplitudo maksimum yang terekam oleh alat Wood
A0 : amplitudo 1/1000 mm.
b.      Ms ialah kekuatan gempa yang didasarkan atas gelombang permukaan (surface waves) yang diperkenalkan oleh GUTENBERG (1945). Skala kebesaran ini berlaku untuk setiapseismograf dan diperoleh dengan persamaan
Ms= Log A + C1 Log d + C2  
dengan :
A : amplitudo yang terekam
C1 dan C2 : konstanta
d : jarak episentrum
c.       Mb atau M ialah kekuatan gempa yang didasarkan atas gelombang badan (body waves) dan pada umumnya digunakan untuk gempa-gempa dalam karena tidak menghasilkan amplitudo yang cukup besar.

PERCEPATAN MAKSIMUM PERGESERAN TANAH
            Hubungan antara Skala Richter dan percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) akibat pengaruh gempa pada suatu wilayah, dapat dihitung dengan menggunakan rumus Donovan dan Matuschka. Jika M adalah besarnya gempa menurut Skala Richter, H adalah jarak hiposentrum (dalam km), maka besarnya percepatan tanah maksimum a (dalam cm/detik2) adalah:
Rumus Donovan (1973):  a = 1080.(2,718)0,5.R (H+25)–1,32
Rumus Matuschka (1980):  a = 119.(2,718)0,81.R.(H+25)–1,15
            Perpindahan materi disebut displacement. Jika dapat diketahui waktu yang diperlukan untuk perpindahan, maka dapat dihitung kecepatan materi. Percepatan gelombang gempa yang sampai di permukaan bumi disebut percepatan tanah, dan merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk setiap gempa, kemudian dipilih percepatan tanah yang maksimum untuk dipetakan agar bisa memberikan pengertian tentang efek paling parah yang pernah dialami suatu lokasi.

GEMPA PERINGATAN TSUNAMI
            Gempa berpotensi tsunami memiliki zona subduksi, yaitu tempat terjadinya pergeseran lempengan Bumi, dengan pergerakan lempeng yang lebih rendah dibandingkan gempa tak berpotensi tsunami. Kecepatannya mencapai 1 hingga 1,5 kilometer per detik di area yang dekat dengan daerah dasar laut yang dekat dengan air. Kombinasi itu membuat air terangkat sekitar 10 hingga 20 meter di daerah pantai. Biasanya pergeseran lempeng Bumi berkecepatan hingga 3 kilometer per detik pada jarak 20 hingga 50 kilometer di bawah permukaan Bumi. Karena kedalaman itu, air di permukaan tidak mengalami kenaikan berarti. Ketika pergeseran seperti ini terjadi di bawah laut dan mengakibatkan gempa sekuat 7,8 Skala Richter, air di permukaan hanya naik sekitar 20 sentimeter.
            Sistem RTerg berhasil memprediksi tsunami di Mentawai sekitar 8,5 menit setelah gempa pertama terjadi dan mengirim peringatan segera setelah itu. Tibanya air di daerah pantai biasanya terjadi 30 hingga 40 menit setelah gempa, dengan analisis waktu 20 hingga 30 menit untuk menyampaikan informasi.
Dengan energy tsunami sebesar
            Gelombang tsunami memiliki kecepatan kelompok dan kecepatan masing-masing fase gelombang. Grafik 2 menunjukkan tahapan kecepatan dengan tingkat ketinggian tertentu yang memiliki kecepatan kelompok (ditunjukkan oleh garis putus-putus). Daerah tsunami ditandai pada grafik dengan “Tsunami Window”.

MEMBANDINGKAN ENERGI GEMPA BUMI DENGAN ENERGI LEDAKAN NUKLIR
Skala Richter menunjukkan besarnya energi yang dilepaskan oleh pusat gempa. Satu skala Richter adalah untuk kategori siaga yang hanya tercatat pada seismograf. Menurut pencatatan seismograf pada aktifitas Gunung Merapi pada tanggal 24 Oktober 2010 yaitu :
Berdasarkan Grafik 3 ditunjukkan bahwa untuk gempa 1 skala Richter sebesar 584 x 1012 erg. Jika dikonversikan ke dalam satuan Joule maka :
1 erg = 10−7 J
584 x 1015 erg = 584 x 1012 x 10−7 = 584 x 105 Joule

Grafik 3 Energi gempa pada saat satu skala Richter

 
Energi sebesar 584 x 105 Joule hanya tercatat di Seismograf dan tidak dirasakan oleh manusia. Hal ini berarti energi gempa yang dilepaskan oleh pusat gempa diredam oleh medium perambatan gempa. Walaupun energi tersebut tampak sangat besar, namun belum mampu untuk mendeformasi medium disekitar rambatan gelombang gempa.
Energi yang dilepaskan oleh gempa biasanya dihitung dengan mengintegralkan energi gelombang sepanjang kereta gelombang (wave train) yang dipelajari (misal gelombang badan) dan seluruh luasan yang dilewati gelombang (bola untuk gelombang badan, silinder untuk gelombang permukaan), yang berarti mengintegralkan energi keseluruh ruang dan waktu. Berdasar perhitungan energi dan magnitudo yang pernah dilakukan, ternyata antara magnitudo dan energi mempunyai relasi yang sederhana dengan satuan energi dyne cm atau erg. Berdasar persamaan tersebut, kenaikan magnitudo gempa sebesar 1 skala richter akan berkaitan dengan kenaikan amplitudo yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10 kali, dan kenaikan energi sebesar 25 sampai 30 kali. Untuk mendapatkan gambaran seberapa besar energi yang dilepaskan pada suatu kejadian gempa, kita dapat menggunakan persamaan di atas untuk menghitung energi gempa yang mempunyai magnitudo mb = 6.8. Perhitungan energi ini akan menghasilkan angka sebesar 1022 erg = 1015 joule = 278 juta kWh. Angka ini mendekati energi listrik yang dihasilkan oleh generator berkekuatan 32 mega watt selama 1 tahun. Jadi untuk gempa dengan magnitudo 7.8, energinya menjadi kurang lebih 30 kali lipat dari itu (30 x 278 juta kWh).
Pada kasus gempa tsunami Aceh pada tahun 2004, gempa New Zealand pada tahun 2010, dan gempa Tsunami Jepang pada tahun 2011 yang berkekuatan di atas 9 skala richter. Ini berarti energi gempa tersebut sebesar :
Jika dikonversikan ke dalam satuan TNT maka :
1 ton TNT = 4.184 GJ
1021 Joule = 1012 GJ = 2,39 x 1011 ton TNT
Satu kilo ton TNT memiliki radius rata-rata 8,46 m, maka jika dibandingkan dengan ledakan sebuah bom nuklir, radius gempa yang berkekuatan 9 skala Richter akan memiliki jangkauan sebesar:
2,39 x 108 x 8,46 = 20,2194 x 108 meter = 2,02 x 106 km.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penjelasan pada bab pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1) Penyebab gempa bumi adalah oleh pelepasan secara tiba-tiba energi yang tertimbun di batuan di bawah permukaan bumi. 2) Klasifikasi gelombang gempa yaitu a) Body Wave yang dibagi menjadi dua bagian yaitu gelombang primer dan gelombang sekunder b) Surface Wave. 3) Cara menentukan episentrum dengan menggunakan Hukum Laska dan cara menentukan hiposentrum dengan mencatat secara seismik deviasi waktu datangnya gelombang primer dan sekunder. 4) Kekuatan gempa diukur dengan skala numerical dari manegtudo. 5) Ukuran gempa bumi dapat dinyatakan dengan besarnya energi yang dilepaskan dari dalam bumi. 6) Klasifikasi gempa bumi berdasarkan penyebab gempa yaitu gempa tektonik, gempa vulkanik.

No comments:

Post a Comment