BAB I
PENDAHULUAN
Salah
satu sarana bagi manusia untuk berinteraksi adalah jalan raya yang
telah dikenal sejak zaman dahulu. Mereka menyadari dengan adanya sarana
jalan raya akan memudahkan untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Di
era globalisasi sekarang ini sedikitnya telah dikenal model transportasi
darat, laut dan udara. Jalan raya merupakan salah satu sarana untuk
moda transportasi darat. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka jalan raya pun tidak luput dari sentuhan teknologi
tersebut dengan ditemukan beberapa jenis bahan yang bias dipakai untuk
pekerjaan pelapisan diantaranya Laston, Asbuton, Burtu, dan lain- lain.
Jalan- jalan modern yang dilengkapi dengan
lapis perkerasan banyak dijumpai dikota-kota ataupun dengan adanya
jalan- jalan akses ke perkampungan dan pemukiman penduduk. Seiring
dengan pengoperasian jalan tersebut selama periode umur rencana jalan,
maka jalan tersebut mengalami penurunan kualitas. Untuk itu, pada saat
pelaksanaan perkerasan jalan raya itu harus teliti dan sesuai dengan
data- data yang diperoleh dilapangan. Misalkan; barapa kenderaan yang
melintasi, umur rencana, serta persentase peningkatan kenderaan
hariannya, dan banyak lagi yang lainnya yang harus kita lihat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. MATERIAL- MATERIAL PADA PELAKSANAAN JALAN RAYA
A. Tanah Dasar (Sub Grade)
Tanah dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah pengerasan jalan.
Kekuatan
dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat
dan daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan
pembuatan jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti
ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk
mendukung pengerasan jalan. Lebih utama kalau diambil beberapa contoh
tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan
tanah untuk diselidiki.
Jenis- jenis tanah:
- Tanah Liat Koloidal (Colloid)
Bentuk
butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang
licin. Besar butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ
=1/1000 mm). Butir- butirnya diselimuti oleh suatu selaput air. Gaya
adhesi tanah liat koloidal terhadap air itu besar sekali.
- Tanah liat biasa (clay)
Bentuk
butir- butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang
licin. Besar butir- butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat
biasa terhadap air itu tidak seberapa besar.
- Tanah lumpur (silt)
Bentuk
butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak
kasar. Besar butir- butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah
lumpur terhadap air itu kecil sekali.
- Pasir halus (fine sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut
kasar. Besar butir- butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya
adhesi antara butir- butir pasir halus dan air.
- Pasir Kasar (Coarse sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut
kasar dan tajam. Besar butir- butirnya antara 200 µ dan 2 mm. tidak ada
gaya adhesi antar butir- butir pasir kasar dan air.
- Kerikil (gravel)
Bentuk
butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang bulat, bulat telur
dan ada yang pipih. Besar butir- butirnya lebih dari 2 mm.
B. Agregat (Sub Base Course dan Base Course)
Ditinjau dari asal kejadiannya agregat/ batuan dapat dibedakan :
- Batuan beku
Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas, batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan sedimen
Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan dan tanaman.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dapat ddibedakan atas:
· Batuan
sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu
pasir dan batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
· Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara, opal.
· Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips dan flint.
- Batuan metamorf
Berasal
dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan
bentuk akibat adanya perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.
Berdasarkan proses pengolahannya.
- Agregat alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan, dinamakan agregat alam.
Dua bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil
adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir
adalah agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar
dari 0,075 mm (saringan no.200).
- Agregat yang melalui proses pengolahan
Digunung-
gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu
gunung sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum
dapat digunakan sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan.
Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
· Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
· Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
· Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses
pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher
stone) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan.
- Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <0,075>
C. Aspal (Surface Course)
Aspal
didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua,pad
temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat.jika dipanaskan
sampai suatu temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak atau cair
sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal
beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau
penyiraman pada kekerasan macadam ataupun peleburan.Jika temperature
mulai turun,aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada rempatnya
(sifat termoplastis).
Jenis Aspal:
Berdasarkan cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas :
1. Aspal alam,dapat dibedakan atas
- Aspal gunung (rock asphalt),contoh aspal dari pulau beton
- Aspal danau (lake asphalt) contoh aspal dari Bermudez,Trinidad.
2. Aspal buatan
- Aspal minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
- Tar,merupakan
hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan
kara lebih cepat mengeras,peka terhadap perubahan temperature dan
beracun.
SIFAT ASPAL
Aspal yang digunakan pada konsturksi perkersan jalan berfungsi sebagai :
1. Bahan pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.
2. PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA
A. Uraian Teknis
Terutama
tentu kita akan mendapatkan gambar-gambar serta syarat-syarat dari
pekerjaan itu (spesifikasi) dan daerah yang akan diperkerjakan.
Langkah utama untukk memulai pekerjaan ialah :
Survey
kembali,dalam hal ini untuk menentukan titik dasar/pedoman ketinggian
dari pekerjaan selanjutnya, setelah ditetapkan dassar ini,maka
selanjutnya dapat diteruskan membikin B.M (Benk Mark) dan titik lainya C
(center line),dan lain-lain.apabila telah selesai/deketahui hal-hal
yang diperlukan yang dilaksanakan surveyor/pengukuran baru dapat dimulai
pekerjaan selanjutnya.
1. Pekerjaan Tanah (Earth work)
Dalam pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam:
· Galian- cut
· Timbunan- fill
Ad.1 Galian- cut
Kalau
tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertama- tama kita
harus bersihkan dari tumbuh- tumbuhan dan lapisan humusnya harus
dibuang, tebal lapisan ini umumnya setebal 10- 30 cm pekerjaan ini
disebut juga Top Soil Stripping. Dapat tidaknya tanah/ material galian
ini dipakai untuk timbunan akan dilakukan pengetesan oleh laboratorium.
Jadi, dalam hal ini material itu boleh dapat dipakai untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis Dario laboratorium.
Teknik penggalian:
Setiap
akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan datang
air tidak tergenang. Sebab, kalau sampai air tergenang mengakibatkan
menyulitkan kerja dan selanjutnya akan mempengaruhi mutu/klasifikasi
dari material.
Ad.2 Timbunan :fill- embankment.
Materialnya:
Dapat
dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk dalam rencana yang
juga disebut Common excavation atau material atau bahan galian yang
didatangkan dari luuar daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation.
Jenis tanah:
- Tanah- clay
- Tanah bercampur batu- rock clay
- Pasir + Batu (sirtu)- Granular material
- Batu – hasil dari pemecahan (memakai dynamit)-rock.
- Pasir – sand.
Pasir dapat dipakai minimal 0,60 dibawah permukaan badan jalan.
Cara pelaksanaan :
Setelah
diketahui dengan pasti daerah yang dilaksanakan serta siap segala
persiapan patok- patok dan lain- lain (pengukuran/ surveyor) maka dapat
dikerjakan pekerjaan sebagai berikut:
- Clearing & grubbing pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.
- Top Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar kayu dan umumnya setebal 10-30 cm.
- Compaction of foundation of Embankment.
- Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.
- Lapisan ini perlu di test (density- test of proof rolling test) baru diteruskan pekerjaan selanjutnya- penimbunan.
- Penimbunan
dilaksanakan lapis demi lapis/ layer by layer setebal ± 20 cm dan
didapatkan dibawah 1.00 dari sub-grade pengetesan(density test dapat
dilaksanakan setiap 3 lapis, jadi setiap lapisnya cukup dengan test
proof rolling).
2. Sub-Base Course
Sesudah
lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat
evalasi dan kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih
dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai ketebalan
yang dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum : 5 titik menurut
potongan melintang (X – section) dan dengan jarak maksimum 25 meter
menurut potongan memanjang atau profil.
Cara pengamparan :
Setelah
selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/
ketebalannya maka kita dapat mendatangkan material seb-base ini
kelapangan. Patok- patok itu dipasang harus cukup kuat, dan kita
lindungi sekelilingnya dengan material sub-base tersebut ± ø 30 cm.
Cara pemadatan:
Prinsip pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi.
Setelah
kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita
laksanakan dengan road roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller).
Selanjutnya dengan Tire Roller dimana sambil ikut memadatkan pada waktu/ keadaan memerlukan sambil menyiram.
Untuk
menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah
cukup padat, melihat dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman).
Sebelumnya meneruskan pekerjaan selanjutnya mencetak elevasi (oleh
surveyor) dan kepadatan. Density Test oleh Soil Material Enginer/
Laboratorium.
Apabila
sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya)
secara tertulis baru dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base
course.
3. Base Course
Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya sama saja. Yaitu:
- Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat.
- Dipasang
patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5 titik
dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m) sesuai dengan
station X-section.
- Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu volumenya yang diperlukan.
- Toleransi
ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut pengalaman waktu
pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan Ump. : tebal 15 cm
padat, sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya 16.5- 17.50. Ini jangan
lupa bahwa lebih kering akan banyak susut/ turunnya daripada materialnya
basah. Menurut pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan
ketinggian dalam ketentuan (toleransi) dan mengurangi segregation.
- Sesudah
tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah kita
apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita
padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem Roller, dimana
biasanya dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita
tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita
padatkan pakai Tire Roller sambil disiram.
Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
- Setelah
rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check
level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density
test) dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke
pekerjaan Prime-Coat.
4. Prime Coat
Sebagai
mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini akan
dilaksanakan, base coursenya betul- betul sudah memenuhi syarat yang
dikehendaki, baik ketinggiannya dan kepadatannya.
Sesudah itu kita harus menjaga hal seperti berikut ini :
Permukaan
harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering. Alat untuk
membersihkan adalah kompresor, sapu lidi, dan karung goni, power brom,
atau power blower.
Pemakaian
alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/ debu yang melekat pada
permukaan base-course tersebut. Mungkin pada sapu lidi dan karung goni
saja sudah cukup, dan adakalanya harus dipakai kompresor dahulu baru
dengan sapu dan karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan kotoran
dan material yang terlepas harus dibuang.
Setelah
ini selesai baru kita mempersiapkan untuk prime-coating yang
dipersiapkan ialah alat- alatnya (distributor kecil), dan alat penarik
(Tire Roller) atau distributor (besar), juga disebut distributor- car
distributor. Tentu semua alat ini telah diperiksa baik dan berjalan
lancar.
Untuk
memenuhi banyaknya yang dikehendaki tentu sebelumnya melalui beberapa
kali percobaan dengan dasar pedoman dari yang sudah diketahui
sebelumnya. Panas/temperature, kecapatan, menentukan volume yang keluar,
jarak nozel dengan permukaan base-course menentukan ratanya disamping
juga ikut menentukan volume tersebut.
Untuk
pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki itu, walaupun sudah
ada patokan/pedoman dasar selalu setiap pelaksanaan tenaga bahagian
laboratorium (Soil Material Engineer) harus hadir untuk mengecek
dilapangan (cara timbangan). Sesudah selesai dengan sempurna, dengan
menunggu kering lebih dahulu baru pekerjaan selanjutnya/ asphalt
concrete dilaksanakan.
Umumnya sesudah ± 48 jam sudah cukup kering, dan asphalt concrete dilaksanakan.
Cepat dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan tebalnya lapisan dari prime coat tersebut.
5. Asphalt Concrete
Sebagaimana
yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete baru dapat dilaksanakan
apabila prime- coat telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Harus sudah kering.
b. Permukaan prime-coat itu bersih dari kotoran/ debu.
Apa yang kita perlukan/ perhatikan?
a. Sesudah kita mengetahui beberapa lebar jalan yang akan dilaksanakan kita pakai form (bentuk atau mal)
Gunanya adalah :
a. Mendapatkan bentuk yang dikehendaki.
b. Yang lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt concrete tidak lari/bergeser keluar daerah yang kita perlukan.
Apabila area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut sudah selesai/ memenuhi syarat kita akan beralih pada alat- alatnya.
Tebal asphalt concrete
Ini tergantung perencanaan.
Pengamparan tebalnya sebelum dipadatkan biasanya diampar ± 25% dari tebal yang diperlukan.
Sebelum memulai pengamparan, finisher disetel/ diatur sedemikian rupa, supaya dapat asphalt concrete yang kita perlukan.
Finisher itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope yang kita perlukan.
Asphalt
concrete dapat dipakai/diampar setelah sampai dilapangan harus utuh/
tidak basah (yang mungkin dalam perjalanan ditimpa air hujan) dan
panasnya memenuhi syarat (spesifikasi)Ump. ,
dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P (Produksi Asphalt Concrete)
tentu aka nada penurunan/ perubahan panas. Dalam pengalaman setiap jarak
ditempuh ± 1 jam perjalanan penurunan panas adalah .
Pemadatan :
Sewaktu
penghamparan mungkin saja terjadi pada tempat- tempat tertentu kurang
rata, maka perlu ditambah pengamparan cukup dengan tenaga manusia.
Memulai
pemadatan dilaksanakan telah cukup tersedia areanya dan panas- panas/
temperature dari asphalt concrete sesudah dihampar.
Sewaktu pemadatan roda roller harus disiram air secukupnya.
Cara pemadatan :
a. Apabila pertama ½ dari lebar jalan belum ada asphalt concrete pemadatannya dilakukan secara berturut- turut sebagai berikut:
1) Pada sambungan melintang/ Transverse joints.
2) Dari pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
3) Dari bagian terendah kebagian tinggi sewaktu pemadatan pertama.
4) Pemadatan kedua urutannya sama dengan pemadatan pertama.
5) Pemadatan terakhir pun sama dengan pertama dan kedua urutannya.
b. Apabila dibagian lain (½ jalan) sudah ada asphalt concretenya pemadatan dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pada sambungan melintang (transverse joints)
2) Pada sambungan memanjang (4 center line)
3) Dari pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
4) Dari bagian terendah kebahagiaan yang tinggi sewaktu pemadatan pertama.
5) Pemandangan ke dua sama urutannya dengan pemadatan pertama.
6) Pemadatan terakhir pun sama dengan pemadatan pertama dan kedua urutannya.
6. T.B.S.T (Triple Bitominous Suface Treatment)
Sebagaimana
diuraikan diatas, lapisan pengerasannya sama dengan pekerjaan kalau
kita pakai asphalt concrete, hanya lapisan aus (pavement) yang
berlainan.
Untuk pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Prime-coat :
Sesudah
base-course memenuhi syarat- syarat baik kepadatan dan kerataannya baru
pekerjaan Prime Coat(M.C. -1) dilaksanakan, dengan volume yang
diperlukan, dengan volume yang diperlukan Ump.: 0.6 kg/m2, setelah kering, yang memerlukan waktu ± 24 jam, tetapi kalau udara baik/ panas dengan wakktu ± 5 jam sudah cukup kering.
b. Bituminous R.C-2:
Setelah
prime-coat (M.C.-1) kering, lanjutkan dengan penyiraman asphalt
(R.C.-2) lagi dengan volume yang diperlukan Ump.:0,8 kg/m2.
c. Grading B.:
Selagi
R.C.-2 ini masih dalam panas, segera diamparkan material batu pecah
(grading B) dengan volume yang diperlukan Ump. 27 kg/m2. Hasil amparan ini harus marata.
Sesudah merata dan cukup padat, lalu kita padatkan dengan tandem roller.
Pemadatan cukup satu kali jalan (mundur dan maju). Harus diingat bahwa pemadatan itu jangan sampai material hancur.
d. Bituminous R.C-2
Selesai
grading B dipadatkan dan sudah cukup rata, maka disiramkan lagi asphalt
(R.C-2) dengan volume yang diperlukan Ump. : 1,6 kg/m2.
e. Grading E.:
Selagi R.C-2 itu panas diampar lagi material batu pecah (grading E) dengan volume yang diperlukan Ump.:9 kg/m2 dan dipadatkan.
Bituminous R.C-2 :
Sesudah grading E dipadatkan dan rata disiram lagi asphalt dengan volume yang diperlukan.
Pasir/Abu Batu:
mantap
ReplyDeletesiiip
ReplyDelete