Kita sering mendengar istilah daktilitas,
tapi mungkin agak-agak kurang paham apa maknanya. Saya sendiri
sebenarnya sedikit “alergi” jika mendengar atau membaca istilah-istilah
“asing”, apalagi kalau yang dibaca adalah artikel ilmiah, ditambah lagi
jika artikelnya dalam bahasa Inggris. Otak saya akan bekerja 3 kali
lebih keras, hehe.
Daktilitas berlawanan dengan kegetasan. Waduh,
istilah apa pula tuh? Daktilitas adalah kata benda, kata sifatnya adalah
daktail. Sementara lawannya adalah getas (kata sifat) istilah
“Londo”-nya brittle, sehingga kata bendanya adalah kegetasan. (kok jadi belajar Bahasa Indonesia ya?)
Anyway, kalau getas jujur saja bagi saya pribadi lebih gampang
dipahami. Karena kalau mendengar kata getas saya langsung ingat dengan
KERUPUK. Tapi kalau mendengar kata daktail, saya tidak bisa menemukan
makanan yang sifatnya daktail (permen karet mungkin iya, tapi saya tidak
doyan permen karet), makanya lebih susah memahami daktail daripada
getas. :D
Kembali ke topik. Tiap material,
khususnya material bangunan setidaknya punya karakteristik yang berbeda
jika diberi gaya (beban). Ada yang kuat jika ditekan tapi hancur jika
ditarik (misalnya beton). Ada yang kuat jika ditarik, tapi tidak ada
apa-apanya jika ditekan (misalnya kabel, rantai, tali, dll), ada juga
yang kuat jika ditarik dan ditekan (misalnya profil baja struktural).
Dan.. tentu saja ada yang tidak kuat jika ditarik maupun ditekan,
misalnya kerupuk.
ELASTIS dan PLASTIS
Konsep ini mutlak harus dipahami dulu. Karena kami bukan ahlinya, maka
penjelasan di sini juga diusahakan dalam bahasa “bukan ahlinya”.
Misalnya ada sebuah benda (material), jika diberi gaya (ditarik,
ditekan, atau dilenturkan), benda tersebut memanjang, memendek, atau
bengkok (berdeformasi). Kemudian gaya tersebut dihilangkan, dan benda
tersebut kembali persis ke bentuk dan ukuran semula. Kondisi ini
dinamakan kondisi ELASTIS.
Tapi, ada suatu kondisi jika gaya tersebut ditambah besarnya, benda
tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk semula. Benda itu sudah
dalam kondisi PLASTIS atau INELASTIS.
Dalam kondisi elastis, besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya
deformasi. Misalnya kita ambil gaya tarik versus penambahan panjang.
Semakin bsar gaya tariknya, semakin besar pula penambahan panjangnya.
Dalam pembahasan biasanya digunakan tegangan untuk mewakili gaya (σ =
F/A), dan regangan untuk mewakili penambahan panjang (ε = ΔL/L)
Titik waktu pertama kali material tersebut memasuki kondisi plastis disebut Titik Leleh (Yield Stress).
Pada kondisi plastis, hubungan tegangan regangan sudah menyimpang jauh
dari linear. Diberi tambahan gaya sedikit saja, deformasinya bisa
bertambah berlipat-lipat kali dari deformasi elastis.
Jika gaya tersebut ditambah, maka material tersebut bisa putus. Titik ini disebut titik putus, atau titik fraktur (Ultimate Stress).
Daktilitas adalah kemampuan material mengembangkan regangannya dari
pertama kali leleh hingga akhirnya putus. Atau, daktilitas bisa juga
kita artikan seberapa plastis material tersebut. Semakin panjang “ekor
plastis”nya, semakin daktail material tersebut.
Kebalikan dengan daktail, material yang GETAS tidak memiliki “ekor
plastis” yang panjang. Malah ada yang sama sekali tidak memiliki “ekor
plastis”. Artinya, titik lelehnya sama dengan titik putusnya. Begitu dia
leleh saat itu juga dia putus.
MODULUS ELASTISITAS
Modulus Elastisitas biasa disebut juga Modulus Young. Walaupun
sebenarnya Modulus Young adalah bagian dari Modulus Elastisitas (sumber:
wikipedia).
Modulus Elastisitas (nggak usah diturunkan ya persamaannya), dirumuskan sebagai:
adalah regangan, dan adalah regangan.
Pada grafik hubungan tegangan-regangan, kemiringan kurva elastis menunjukkan besarnya Modulus Elastisitas.
Semakin tegak kurva elastisnya, maka semakin besar nilai E-nya. Sebaliknya semakin landai kurvanya, semakin kecil nilai E-nya.
BAJA
Di antara tiga material utama konstruksi (baja, beton, kayu), baja
adalah material yang paling daktail. Tegangan lelehnya tinggi, regangan
maksimumnya besar. Modulus Elastisitasnya juga tinggi.
BETON
Beton kebalikan dengan baja. Beton justru sangat tidak daktail. Beton
malah sangat getas ketika mengalami tegangan tarik. Sedangkan ketika
mengalami tekan, perilaku elastisnya hanya terlihat sekitar 0 – 30% dari
kuat tekan beton. Setelah itu tidak elastis lagi. Hal ini konon
diakibatkan karena munculnya retak-retak pada saat tegangan sudah mulai
tinggi.
KARET
Karet adalah contoh material yang sangat fleksibel (modulus Elastisitas
kecil) tapi juga getas. Artinya, begitu mencapai titik leleh seketika
itu juga karet itu putus.
Regangan karet bisa mencapai lebih dari 100%, artinya karet dapat memanjang 2 kali (bahkan lebih) dari panjang semula.
Regangan beton (tekan) paling maksimal sekitar 0.3-0.4 persen.
Regangan leleh baja sekitar 0.2 persen, dan regangan putusnya mencapai
15%. (so, kalau anda mau menarik sebuah tulangan baja hingga putus,
paling tidak anda harus bisa menarik tulangan tersebut menjadi 15% lebih
panjang terlebih dahulu baru kemudian baja itu akan putus)
Kalo digambarkan ketiganya kurang lebih perbandingannya seperti gambar berikut.
KERUPUK
Kebetulan belum ada laboratorium yang mengadakan penelitian tentang
hubungan tegangan-regangan dari kerupuk. Mungkin anda berminat?
Dari pembahasan ini akan muncul istilah-istilah lain seperti:
1. Sendi Plastis.
Sendi plastis adalah kondisi ujung-ujung elemen struktur yang semula
kaku (rigid) atau terjepit sempurna, kemudian menjadi sendi (pinned)
karena material penyusunnya (dalam hal ini baja) telah mengalami kondisi
plastis.
Misalnya sambungan balok ke kolom pada awalnya didesain kaku (rigid),
namun karena momen tumpuan sangatt besar mengakibatkan semua tulang
tarik pada balok mengalami leleh. Jika sudah leleh, tentu sudah tidak
elastis lagi.
Gaya gempa yang arahnya bolak balik menyebabkan sisi atas dan sisi bawah
balok secara bergantian mengalami tekanan tarik dan tekan yang besar,
bahkan dapat membuat beton menjadi retak atau hancur.
Dalam kondisi seperti ini, kekuatan ujung balok bergantung kepada
tulangan. Deformasinya (dalam hal ini putaran sudut) menjadi besar, dan
ujung balok tidak rigid lagi, alias sudah seperi sendi.
2. Daktilitas Penampang.
Daktilitas penampang adalah kemampuan penampang untuk mengembangkan deformasinya setelah mengalami leleh pertama kali.
Atau bisa disebut juga seberapa lama suatu elemen struktur bisa bertahan dengan kondisi sendi plastis di ujung-ujungnya.
3.Daktilitas Struktur
Daktilitas secara keseluruhan. Khususnya dalam memikul beban lateral (gempa).
Tiga hal ini insya Allah akan dibahas di lain kesempatan. Semoga bermanfaat.[]
No comments:
Post a Comment