Perencanaan geometrik adalah
merupakan bagian dari perencanaan jalan keseluruhan. Ditinjau secara
keseluruhan perencanaan geometrik harus dapat menjamin keselamatan
maupun kenyamanan dari pemakai jalan. Untuk dapat menghasilkan suatu
rencana jalan yang baik dan mendekati keadaan yang sebenarnya diperlukan
suatu data dasar yang baik pula.
Perencanaan
geometrik jalan juga merupakan bagian dari perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimal pada
arus lalu-lintas. Jadi tujuan dari perencanaann geometrik jalan adalah
menghasilkan infrastruktur yang aman dan efisien pelayanan arus lalu
lintas serta memaksimalkan biaya pelaksananaan ruang, bentuk dan ukuran.
Jalan dapat dikatakan baik apabila dapat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pemakai jalan.
Secara geometrik, perencanaan jalan dibagi menjadi 2, yaitu perencanaan alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal. Alinyemen horizontal atau trase suatu jalan adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta, yang biasa disebut tikungan atau belokan. Sedangkan Alinyemen vertikal adalah
garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan
dengan bidang permukan pengerasan jalan, yang biasa disebut puncak
tanjakan dan lembah turunan (jalan turun).
Tinjauan alinyemen horizontal secara keseluruhan
Ditinjau
secara keseluruhan, penetapan alinyemen horizontal harus dapat menjamin
keselamatan maupun kenyamanan bagi pemakai jalan. Untuk mencapai tujuan
ini antara lain perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Sedapatnya mungkin menghindari broken back, artinya tikungan searah yang hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek.
- Pada bagian yang relatif lurus dan panjang, jangan sampai terdapat tikungan yang tajam yang akan mengejutkan pengemudi.
-
Kalau tidak sangat terpaksa jangan sampai menggunakan radius minimum,
sebab jalan tersebut akan sulit mengikuti perkembangan-perkembangan
mendatang.
- Dalam hal kita terpaksa menghadapi tikungan dengan lengkung majemuk harus diusahakan agar R1 > 1,5 R2.
-
Pada tikungan berbentuk S maka panjang bagian tangen diantara kedua
tikungan harus cukup untuk memberikan rounding pada ujung-ujung tepi
perkerasan.
Menetapkan kecepatan rencana (design speed)
Untuk
menetapkan alinyemen horizontal pada suatu rute, section ataupun
segment dari suatu jalan, perlu diketahui terlebih dahulu ‘Topography”
yang akan dilalui oleh trase jalan yang akan di design. Keadaan
topograpi tersebut kemudian akan dijadikan dasar dalam menetapkan
besarnya kecepatan rencana dari jalan yang akan direncanakan, setelah
kelas jalan tersebut ditentukan.
Macam-macam kurva dalam alinyemen horizontal
Bentuk kurva dalam alinyemen horizontal terdiri atas :
- Full Circle – FC (Lengkung
Penuh) yaitu, Lengkung yang hanya terdiri dari bagian lengkung tanpa
adanya peralihan. Yang dimaksud disini adalah hanya ada satu jari2 lingkaran pada lengkung tersebut. (lihat perbedaan dengan SCS)
- Spiral-Circle-Spiral – SCS yaitu, Lengkung terdiri atas bagian lengkungan (Circle) dengan bagianperalihan (Spiral) untuk menghubungkan dengan bagian yang lurus FC. Dua bagian lengkung di kanan-kiri FC itulah yg disebut Spiral. (lihat perbedaan dengan FC).
- Spiral-Spiral – SS yaitu,
Lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa adanya circle.
Ini merupakan model SCS tanpa circle. Lengkung ini biasanya terdapat di
tikungan dengan kecepatan sangat tinggi. (lihat perbedaan dengan SCS)
Tinjauan alinyemen vertikal secara keseluruhan
Ditinjau
secara keseluruhan alinyemn vertikal harus dapat memberikan kenyamanan
kepada pemakai jalan disamping bentuknya jangan sampai kaku. Untuk
mencapai itu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
-
Sedapat mungkin menghindari broken back, grad line atinya jangan sampai
kita mendesaign lengkung vertikal searah (cembung maupun cekung) yang
hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek.
-
Menghindari hidden dip, artinya kalau kita mempunyai alinymen vertikal
yang relatif datar dan lurus, jangan sampai didalamnnya terdapat
lengkung-lengkung cekung yang pendek yang dari jauh kelihatannya tidak
ada atau tersembunyi.
-
Landai penurunan yang tajam dan panjang harus diikuti oleh pendakian
agar secara otomatis kecepatan yang besar dari kendaraan dapat
dikurangi.
-
Kalau pada suatu potongan jalan kita menghadapi alinyemen vertikal
dengan kelandaian yang tersususun dari prosentase kecil sampai besar,
maka kelandaian yang paling curam harus ditaruh pada bagian permulaan
landai, berturut-turut kemudian kelandaian yang lebih kecil. Sampai
akhirnya yang paling kecil.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
Alinyemen vertical direncanakan dengan mempertimbangkan antara lain hal-hal sebagai berikut :
Kecepatan
rencana yang diambil harus disesuaikan dengan ketetapan yang telah
dipakai pada alinyemen horizontal. Dengan demikian klasifikasi medan
yang telah ditetapkan untuk alinyemen horizontal berikut wilayah-wilayah
kecepatan rencananya harus dijadikan pegangan untuk menghitung
tikungan-tikungan pada alinyemen vertikal. Kalau hal ini tidak dijaga
akan diperoleh ketidak seimbangan, misalnya disatu pihak kita mempunyai
kecepatan rencana yang tinggi untuk alinyemen horizontal, sedangkan
alinyemen vertikalnya hanya mempunyai kecepatan rencana yang lebih
rendah atau sebaliknya. Ini berarti akan merugikan pemakai jalan atau
bahkan bias membahayakan pemakai jalan.
Keadaan
topography ini earat hubungannya dengan volume pekerjaan tanah. Untuk
terrain yang berat sering kita terpaksa harus menggunakan angka-angka
kelandaian maximum pada alinyemen vertikal agar volumem pekerjaan tanah
dapat dikurangi. Pada perencanaan jalan baru kita harus agak
berhati-hati dalam menetapkan alinyemen vertikal. Sebab sekali kita
kurang bijaksana dalam menetapkan kelandaian jalan, perbaikannya akan
menuntut biaya yang sangat besar. Disamping itu penetapan kelandaian
harus sedemikian sehingga tinggi galian atau dalamnya timbunan masih
dalam batas-batas kemampuan pelaksanaan.
Dalam
merencanakan jalan (terutama didaerah perkotan) sering kita hadapi
bahwa rencana jalan kita akan crossing dengan existing road. Sebelum
menetapkan bentuk tersebut kita harus mengetahui betul, apa sebetulnya
fungsi jalan kita maupun fungsi jalan yang dicross oleh kita jalan
tersebut. Sehingga dengan demikian dapat kita tentukan bentuk-bentuk
crossing tersebut. Dari bentuk-bentuk crossing tersebut baru dapat kita
tentukan alinyemen vertikalnya.
- Tebal perkerasan yang diperhitungkan
Untuk
design jalan baru, tebal perkerasan tidak mempengaruhi penarikan
alinyemen vertikal. Tapi untuk design yang sifatnya betterment, tebal
perkerasan akan memegang peranan penting. Dalam hal ini penarikan
alinyemenvertikal harus sudah sedemikian sehingga kedudukannya terhadap
permukaan jalan lama mendekati atau sesuai dengan yang telah
diperhitungkan.
Kadang-kadang
kita terpaksa membuat jalan diatas tanah dasar yang sering kena banjir.
Disini kita harus hati-hati artinya jangan sampai alinyemen vertikal
kita tidak cukup tinggi. Kedudukan alinyemen vertikal harus sedemikian
sehingga : Permukaan air banjir tidak mencapai lapis-lapis perkerasan.
Cukup tinggi sampai kita dapat memasang culvert yang betul-betul bisa
berfungsi.
Macam-macam contoh bentuk dalam alinyemen vertikal
No comments:
Post a Comment