Ir. Rony Ardiansyah, MT.
Dosen Teknik sipil UIR
Artikel ini sudah pernah dimuat di Riau Pos
Manfaat dan permasalah tidak mungkin dihindari dalam setiap pembangunan. Begitu juga dengan Three Gorges Dam sebuah calon bendung terbesar, termahal beserta masalah terbesarnya. Bukan hanya PLTA Koto Panjang di daerah kita saja yang menimbulkan permasalahan lingkungan, akan tetapi pembagunan Sang Raksasa Three Gorges Dam dimaksudkan untuk mengontrol banjir yang kerap terjadi di derah aliran Sungai Yangtze (sungai terpanjang di Asia) dan memenuhi kebutuhan listrik yang makin meningkat di kemudian hari ternyata juga menimbulkan masalah raksasa pula.
Pada saat pembangunannya. Proyek PLTA Koto Panjang yang boleh dikatakan sebuah bendungan kecil bila dibandingkan dengan Three Gorges Dam saja sudah sangat banyak menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. Menurut (Tempo, 02 Juli 2003), “Proyek itu penuh dengan kejahatan lingkungan, ekonomi dan kemanusiaan,” ujar Iman Masfardi, pengacara yang mewakili Walhi di Jepang. proyek pembangunan dam PLTA Koto Panjang, di Riau, menggunakan dana dari pemerintah Jepang sebesar Rp 31,177 miliar yen melalui OECF (Overseas Economic Development Fund). Proyek Koto Panjang yang dibangun 1997 ini, menggenangi areal seluas 124 Km persegi dengan menenggelamkan 12 desa yang terdiri dari 10 desa di provensi Riau dan 2 desa di Sumatra Barat sehingga 4886 kepala keluarga terusir dan dipaksa meninggalkan desanya dengan ancaman dan teror dari aparat. Proyek ini juga memotong aliran sungai Kampar Kanan sehingga mengganggu ekosistim lingkungan sekitar serta mengganggu habitat gajah yang merupakan hewan dilindungi. Selain itu masyarakat adat yang sudah berada di lokasi itu secara turun menurun dipaksa untuk pindah dengan intimidasi tanpa fasilitas yang memadai. Sehingga masyarakat yang biasa hidup didaerah aliran sungai dipaksa untuk tinggal di daerah pegunungan.
Kalau proyek PLTA Koto Panjang yang kecil saja sudah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang begitu serius. Bagaimana dengan si Raksasa Three Gorges Dam? Sejak dimulainya tahap konstruksi Proyek Three Gorges Dam di Cina ini tahun 1993, hampir dua juta penduduk (sama dengan tiga kali lebih jumlah penduduk Pekanbaru) di relokasi dari tempat tinggalnya. Para kritikus menyampaikan pelanggaran HAM dalam proses relokasi. Ketika bendungan ini akan beroperasi nantinya, 13 kota besar, 140 kota kecil, dan 1.300 desa akan terendam seluruhnya oleh reservoir bendungan. Reservoir ini juga akan menenggelamkan 1.300 situs sejarah selamanya, angka ini menunjukkan 80 sampai 90 persen situs arkeologi yang terancam punah. Para arkeolog Cina yang hampir tidak berdaya meminta bantuan dan dukungan internasional untuk menyelamakan peninggalan-peninggalan kuno tersebut. Tidak hanya harta arkeologi yang harus diselamatkan, tetapi juga kelangsungan hidup spesies-spesies air yang berhabitat di Sungai Yangtze, lahan pertanian yang subur dan hutan di sekitar sungai. Persiapan, pelaksanaan konstruksi sampai beroperasi bendungan nantinya mengakibatkan polusi air, erosi, dan ketidakseimbangan ekosistem serta kepunahan satwa dan flora air seperti yang diramalkan para biologis.
Perdebatan tidak berhenti di situ, kritikus menggarisbawahi besarnya jumlah sedimen, lebih dari 700 juta ton, yang mengendap di Sungai Yangtze setiap tahunnya. Para ahli percaya sedimen tersebut akan mengumpul direvervoir bendungan dan saat itu akan sia-sia untuk mencegah banjir. Lebih jauh lagi, bendungan tidak akan pernah mencegah banjir dipercabangan sungai yang di hilir. Bahkan jika skenario mengerikan tersebut terjadi, kesalahan perhitungan kecil saja dalam penanganan sedimentasi akan menimbulkan masalah keuangan besar-besaran. Peng-endapan lumpur yang hebat juga menyumbat dermaga pada beberapa tahun kemudian dan menggagalkan pengembangan pelayaran.
Marilah kita mengenal lebih jauh kisah si Raksasa Three Gorges Dan bersama (Nirwala Hailinawati dalam majalah Clapeyron), yang kisahnya dimulai dari mitos terjadinya empat sungai besar di Cina yang ceritanya sebagai berikut. Di suatu masa ketika belum terdapat sungai dan danau di muka bumi, keempat naga bersaudara telah membuat kesalahan besar dengan menurunkan hujan di datran Cina yang kekeringan dan kekurangan pangan tanpa izin dari Kaisar Langit. Kaisar Langit sangat murka, keempat naga tersebut masing-masing disekapnya dalam sebuah gunung. Mereka tidak menyesalinya, lebih dari itu mereka memutuskan untuk terus berbuat baik bagi orang banyak dengan mengubah diri mereka menjadi empat sungai besar di Cina. Sungai Heilongjian di utara adalah sang Naga Hitam, sedangkan Sungai Zhujiang di selatan merupakan jelmahan dari Naga Mutiara. Naga Kuning berubah menjadi Sungai Huanghe, dan yang tertua dari keempat naga barsaudara, Naga Panjang menjelma menjadi Sungai Yangtze.
Sungai Yangtze yang merupakan sungai terpanjang di Asia ini, melayani kebutuhan sekitar 20 persen dari total daratan dan 25 persen lahan pertanian di negara tersebut. Selain sungai dengan panjang total 6.380 km ini juga menyediakan jaringan transportasi air yang melewati beberapa daerah paling padat penduduk dan sentra ekonomi penting di Cina.
San Xia, atau yang lebih dikenal dengan The Three Gorges Dam (Tiga Ngarai), merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem Sungai Yangtze. Dengan panorama alam luar biasa indah dan tinggi dinding tebing mencapai 3.000 kaki, ketiga ngarai ini, Ngarai Qutang, Ngarai Wu, dan Ngarai Xiling, telah memanjakan mata wisatawan.
Di area Three Gorges inilah, atau lebih tepatnya di Sandaouping, tengah dibangun mega konstruksi termahal dalam sejarah. Sebuah bendungan dengan tinggi 185 meter (berkisar tinggi gedung 55 lantai), lebar 1,3 mil dan membentuk reservoir sepanjang 370 mil yang mampu menampung lebih dari 5 triliun galon air. Proyek ini dirancang dengan kemampuan menahan gempa 7,0 skala Richter dan membutuhkan jumlah beton dua kali lipat dari bendungan Itaipu di Brazil, yang saat ini adalah bendungan terbesar di dunia. Jika terselesaikan nanti pada tahun 2009 dengan masa konstruksi 15 tahun, Three Gorges Dam akan menjadi bendungan terbesar di dunia, …………………………..Ph.D., salah satu project engineer Three Gorges Dam mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga air di bendungan tersebut nantinya akan menghasilkan listrik sebesar 85 milyar KWH per tahunnya, yang setara dengan energi yang dihasilkan 25 juta ton minyak mentah, 15 pembangkit listrik tenaga nuklir, atau 50 juta batu bara. Ide pembangunan bendungan ini untuk mengontrol banjir dan menghasilkan energi hidroelektrik dalam jumlah besar telah menjadi impian beberapa generasi di Cina.
Dosen Teknik sipil UIR
Artikel ini sudah pernah dimuat di Riau Pos
Manfaat dan permasalah tidak mungkin dihindari dalam setiap pembangunan. Begitu juga dengan Three Gorges Dam sebuah calon bendung terbesar, termahal beserta masalah terbesarnya. Bukan hanya PLTA Koto Panjang di daerah kita saja yang menimbulkan permasalahan lingkungan, akan tetapi pembagunan Sang Raksasa Three Gorges Dam dimaksudkan untuk mengontrol banjir yang kerap terjadi di derah aliran Sungai Yangtze (sungai terpanjang di Asia) dan memenuhi kebutuhan listrik yang makin meningkat di kemudian hari ternyata juga menimbulkan masalah raksasa pula.
Pada saat pembangunannya. Proyek PLTA Koto Panjang yang boleh dikatakan sebuah bendungan kecil bila dibandingkan dengan Three Gorges Dam saja sudah sangat banyak menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. Menurut (Tempo, 02 Juli 2003), “Proyek itu penuh dengan kejahatan lingkungan, ekonomi dan kemanusiaan,” ujar Iman Masfardi, pengacara yang mewakili Walhi di Jepang. proyek pembangunan dam PLTA Koto Panjang, di Riau, menggunakan dana dari pemerintah Jepang sebesar Rp 31,177 miliar yen melalui OECF (Overseas Economic Development Fund). Proyek Koto Panjang yang dibangun 1997 ini, menggenangi areal seluas 124 Km persegi dengan menenggelamkan 12 desa yang terdiri dari 10 desa di provensi Riau dan 2 desa di Sumatra Barat sehingga 4886 kepala keluarga terusir dan dipaksa meninggalkan desanya dengan ancaman dan teror dari aparat. Proyek ini juga memotong aliran sungai Kampar Kanan sehingga mengganggu ekosistim lingkungan sekitar serta mengganggu habitat gajah yang merupakan hewan dilindungi. Selain itu masyarakat adat yang sudah berada di lokasi itu secara turun menurun dipaksa untuk pindah dengan intimidasi tanpa fasilitas yang memadai. Sehingga masyarakat yang biasa hidup didaerah aliran sungai dipaksa untuk tinggal di daerah pegunungan.
Kalau proyek PLTA Koto Panjang yang kecil saja sudah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang begitu serius. Bagaimana dengan si Raksasa Three Gorges Dam? Sejak dimulainya tahap konstruksi Proyek Three Gorges Dam di Cina ini tahun 1993, hampir dua juta penduduk (sama dengan tiga kali lebih jumlah penduduk Pekanbaru) di relokasi dari tempat tinggalnya. Para kritikus menyampaikan pelanggaran HAM dalam proses relokasi. Ketika bendungan ini akan beroperasi nantinya, 13 kota besar, 140 kota kecil, dan 1.300 desa akan terendam seluruhnya oleh reservoir bendungan. Reservoir ini juga akan menenggelamkan 1.300 situs sejarah selamanya, angka ini menunjukkan 80 sampai 90 persen situs arkeologi yang terancam punah. Para arkeolog Cina yang hampir tidak berdaya meminta bantuan dan dukungan internasional untuk menyelamakan peninggalan-peninggalan kuno tersebut. Tidak hanya harta arkeologi yang harus diselamatkan, tetapi juga kelangsungan hidup spesies-spesies air yang berhabitat di Sungai Yangtze, lahan pertanian yang subur dan hutan di sekitar sungai. Persiapan, pelaksanaan konstruksi sampai beroperasi bendungan nantinya mengakibatkan polusi air, erosi, dan ketidakseimbangan ekosistem serta kepunahan satwa dan flora air seperti yang diramalkan para biologis.
Perdebatan tidak berhenti di situ, kritikus menggarisbawahi besarnya jumlah sedimen, lebih dari 700 juta ton, yang mengendap di Sungai Yangtze setiap tahunnya. Para ahli percaya sedimen tersebut akan mengumpul direvervoir bendungan dan saat itu akan sia-sia untuk mencegah banjir. Lebih jauh lagi, bendungan tidak akan pernah mencegah banjir dipercabangan sungai yang di hilir. Bahkan jika skenario mengerikan tersebut terjadi, kesalahan perhitungan kecil saja dalam penanganan sedimentasi akan menimbulkan masalah keuangan besar-besaran. Peng-endapan lumpur yang hebat juga menyumbat dermaga pada beberapa tahun kemudian dan menggagalkan pengembangan pelayaran.
Marilah kita mengenal lebih jauh kisah si Raksasa Three Gorges Dan bersama (Nirwala Hailinawati dalam majalah Clapeyron), yang kisahnya dimulai dari mitos terjadinya empat sungai besar di Cina yang ceritanya sebagai berikut. Di suatu masa ketika belum terdapat sungai dan danau di muka bumi, keempat naga bersaudara telah membuat kesalahan besar dengan menurunkan hujan di datran Cina yang kekeringan dan kekurangan pangan tanpa izin dari Kaisar Langit. Kaisar Langit sangat murka, keempat naga tersebut masing-masing disekapnya dalam sebuah gunung. Mereka tidak menyesalinya, lebih dari itu mereka memutuskan untuk terus berbuat baik bagi orang banyak dengan mengubah diri mereka menjadi empat sungai besar di Cina. Sungai Heilongjian di utara adalah sang Naga Hitam, sedangkan Sungai Zhujiang di selatan merupakan jelmahan dari Naga Mutiara. Naga Kuning berubah menjadi Sungai Huanghe, dan yang tertua dari keempat naga barsaudara, Naga Panjang menjelma menjadi Sungai Yangtze.
Sungai Yangtze yang merupakan sungai terpanjang di Asia ini, melayani kebutuhan sekitar 20 persen dari total daratan dan 25 persen lahan pertanian di negara tersebut. Selain sungai dengan panjang total 6.380 km ini juga menyediakan jaringan transportasi air yang melewati beberapa daerah paling padat penduduk dan sentra ekonomi penting di Cina.
San Xia, atau yang lebih dikenal dengan The Three Gorges Dam (Tiga Ngarai), merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem Sungai Yangtze. Dengan panorama alam luar biasa indah dan tinggi dinding tebing mencapai 3.000 kaki, ketiga ngarai ini, Ngarai Qutang, Ngarai Wu, dan Ngarai Xiling, telah memanjakan mata wisatawan.
Di area Three Gorges inilah, atau lebih tepatnya di Sandaouping, tengah dibangun mega konstruksi termahal dalam sejarah. Sebuah bendungan dengan tinggi 185 meter (berkisar tinggi gedung 55 lantai), lebar 1,3 mil dan membentuk reservoir sepanjang 370 mil yang mampu menampung lebih dari 5 triliun galon air. Proyek ini dirancang dengan kemampuan menahan gempa 7,0 skala Richter dan membutuhkan jumlah beton dua kali lipat dari bendungan Itaipu di Brazil, yang saat ini adalah bendungan terbesar di dunia. Jika terselesaikan nanti pada tahun 2009 dengan masa konstruksi 15 tahun, Three Gorges Dam akan menjadi bendungan terbesar di dunia, …………………………..Ph.D., salah satu project engineer Three Gorges Dam mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga air di bendungan tersebut nantinya akan menghasilkan listrik sebesar 85 milyar KWH per tahunnya, yang setara dengan energi yang dihasilkan 25 juta ton minyak mentah, 15 pembangkit listrik tenaga nuklir, atau 50 juta batu bara. Ide pembangunan bendungan ini untuk mengontrol banjir dan menghasilkan energi hidroelektrik dalam jumlah besar telah menjadi impian beberapa generasi di Cina.
No comments:
Post a Comment