“Menurut
data dari Wireless Intelligence, jumlah sambungan Mobile Broadband HSPA
di Indonesia mengalami pertumbuhan 86% dalam kurun waktu 12 bulan
terakhir. Saat ini terdapat lebih dari 3 juta sambungan HSPA di
Indonesia. Jumlah tersebut diprediksi akan terus tumbuh dengan luar
biasa, yaitu hingga 193%, atau mencapai lebih 9,3 juta sambungan pada
akhir 2010.
“Karena itu tidak mengherankan jika
sambungan 3G/HSPA sekarang sudah melampaui jumlah sambungan internet
fixed line yang sebelumnya merupakan teknologi yang mendominasi akses
internet bagi masyarakat Indonesia.
“Pertumbuhan HSPA juga terbantu oleh munculnya berbagai model smartphone murah yang dijual di pasaran Indonesia, seharga mulai dari Rp.900.000,-. Berbagai jenis smartphone
ekonomis tersebut membuat teknologi HSPA Mobile Broadband mudah diakses
serta memungkinkan pelanggan untuk menikmatinya melalui layar kecil.
“Empat operator seluler terkemuka yang saat ini mendorong pertumbuhan HSPA di seluruh Indonesia adalah: 3, Indosat, Telkomsel dan Axiata / XL. Keempat operator tersebut sudah merasakan manfaat dari ekosistem HSPA global dan skala ekonomis yang signifikan.”
Investasi besar terkait Mobile Broadband di Asia di tahun 2010
“Menurut data dari perusahaan investasi global Deutsche Bank, operator mobile di Asia Pasifik akan menanamkan investasi lebih dari US$ 34 milyar untuk pembangunan infrastruktur jaringan Mobile Broadband dan upgrade
pada tahun 2010. Pertumbuhan HSPA yang terjadi di Asia saat ini serta
perkiraan pertumbuhannya di masa mendatang merupakan isyarat bahwa HSPA
akan menjadi teknologi Mobile Broadband yang mendominasi di wilayah Asia
pada tahun-tahun mendatang.”
Keutamaan teknologi HSPA dibandingkan WiMAX di Indonesia
“Dengan memiliki 294 jaringan di seluruh
dunia, HSPA merupakan teknologi yang telah terbukti dan paling banyak
digunakan, sedangkan WiMAX masih terus bermain dalam cakupan yang lebih
spesifik dan lebih berperan hanya sebagai pelengkap saja. HSPA sudah
tersebar secara komersial di lebih dari 120 negara dan didukung oleh
lebih dari 1800 jenis perangkat, termasuk ponsel, notebook PC, e-reader dan USB dongles.
Dengan ekosistem nirkabel yang demikian luasnya, setiap pengguna dapat
meyakini HSPA sebagai teknologi mapan yang tidak saja murah namun juga
telah terbukti, yang dapat digunakan untuk semua teknologi berbasis GSM (interoperable), mulai dari roaming maupun teknologi pengganti (technology fallback perspective). HSPA menawarkan sambungan Mobile Broadband yang memberikan solusi jangkauan hingga ke pelosok-pelosok pulau, yang tidak dimiliki oleh teknologi pesaing seperti WiMAX.
“WiMAX tidak memiliki mobilitas untuk menyediakan sambungan broadband
hingga ke desa-desa terpencil di Indonesia. Hanya HSPA yang dapat
menjangkau ke wilayah manapun dan memiliki kemampuan mobilitas yang
sesungguhnya melalui berbagai jenis perangkat yang tersedia saat ini.
Lebih jauh lagi, WiMAX lebih dikenal hanya sebagai pengganti fixed line broadband sehingga tidak mampu menawarkan mobilitas yang sebenarnya.
“Menurut Ovum, sebuah analis industri terkemuka, WiMAX hanya akan menguasai kurang dari 5% dari 1.5bn sambungan akses fixed maupun Mobile Broadband di pasar negara-negara berkembang pada tahun 2014.
“Penetrasi WiMAX selama ini sangat
lamban; menurut perusahaan analis Maravedis, ada sekitar 200 jaringan
WiMAX, dan sekitar 200 lagi jaringan yang masih dalam masa uji coba, di
135 negara dan secara global hanya melayani 4,73 juta pelanggan.
Bandingkan dengan lebih dari 200 juta sambungan HSPA – yang tumbuh pada
tingkat lebih dari 9 juta per bulan, di seluruh dunia.
Saat ini hanya terdapat sekitar 120
perangkat WiMAX yang kini telah disertifikasi, bandingkan dengan lebih
dari 1800 untuk HSPA. Ekosistem HSPA memungkinkan terciptanya skala
ekonomis yang besar dan, juga karena ketatnya kompetisi, maka terdapat
banyak pilihan bagi konsumen maupun dunia usaha.”
Dokumen ini dari GSM Association (GSMA) Jaikishan Rajaraman, Senior Director, Services, GSMA
No comments:
Post a Comment