Perkerasan
jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton semen,
dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam
konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap
sebagai lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas
yang tinggi, akan mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan; dimana masing-masing lapisan memberikan kontribusinya.
yang tinggi, akan mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan; dimana masing-masing lapisan memberikan kontribusinya.
Yang
sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban lalu
lintas adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan dari tanah
dasar hanya berpengaruh kecil terhadap kekuatan daya dukung struktural
perkerasan kaku.
Lapis
pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan untuk
sebagai lantai kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya
"pumping".
Pumping
adalah peristiwa keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar
melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan,
akibat gerakan lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah plat
beton. Pumping dapat mengakibatkan terjadinya rongga di bawah plat beton
sehingga menyebabkan rusak/retaknya plat beton.
PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH
Pembentukan Permukaan
Persyaratan
tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar
untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun
kerataannya.
Lapis
pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton
kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir
(sand bedding). Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan
beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan
sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas bergerak di bawah plat
beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk tanah dasar. Oleh
karena itu biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus
memenuhi persyaratan sebagai filter material.
Persiapan
penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi
berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian
seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila
perlu, menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan
dengan alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar
Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi
pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Bila
digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis
pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar
plat beton yang akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan,
yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode
dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan, karena
biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk
mengatur ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string control).
Bagian-bagian
permukaan yang menonjol harus dikupas. Bagian-bagian, yang rendah harus
diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat
pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka
alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan
dibentuk.
Persyaratan dan Pemeriksaan Bentuk Akhir
Sebelum
dilakukan penghamparan beton, tanah dasar atau lapisan pondasi bawah
diperiksa kepadatan dan bentuk penampang melintangnya.
Permukaan
lapisan yang akan dicor beton harus senantiasa bebas dari benda-benda
asing, sisa-sisa beton, dan kotoran-kotoran lainnya.
Pemasangan Membran Kedap Air
Membran
kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap air setebal
125 micron yang berguna agar air semen dari plat beton yang dicor tidak
meresap ke dalam lapisan di bawahnya, dan juga untuk mencegah adanya
ikatan antara plat beton dengan lapis pondasi bawah yang akan
mengakibatkan terjadinya retak-retak pada plat beton setelah terjadinya
penyusutan pada waktu pengerasan beton.
Membran
kedap air tersebut dipasang di atas permukaan lapis pondasi bawah yang
telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang overlap,
dengan lebar tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
dengan lebar tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
Pemasangan
lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah
sobeknya lembar-lembar tersebut, dan harus dipaku ke permukaan lapis
pondasi bawah agar tidak mudah tergulung akibat tiupan angin.
ACUAN Persyaratan
Acuan (bekisting / form)
yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban-beban selama
pelaksanaan. Kekuatan acuan yang terbuat dari baja lurus, harus diuji,
dan harus memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak melendut lebih
besar dari 6,4 mm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan
bentang 3 m (10 ft) dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar
atau peralatan pelaksanaan lainnya yang mungkin akan bergerak di
atasnya.
Tebal baja
yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16 inch).
Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat,
ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar
acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal rencana pelat beton dan
lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi kurang
dari 200 mm (8 inch).
Acuan
harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak melentur
atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat.
Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol
keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam
pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas
acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft)
panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm
(1/4 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang.
Ujung-ujung
acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk
menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut. Pada lengkungan
dengan jari-jari kecil dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat
dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.
Untuk
pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat karya, maka
acuan dari kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat menggunakan
vibrator perata biasa (besi profil yang dilengkapi mesin penggetar dan
ditarik tenaga manusia). Kayu untuk keperluan ini dibuat dari kayu yang
cukup kuat dengan baja siku dipasang di atasnya, dengan angkur pemegang
setiap 0,5 meter.
Pemasangan Acuan
Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan di bawah ini.
Pondasi
acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan
ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga acuan yang dipasang dapat
disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada
elevasi yang benar.
Pembuatan
galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat, sebaiknva
dilakukan, dengan cara mengupas / mengeruk. Bekas galian di kiri dan
kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali. Alinyemen acuan
baru harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki memanjang penghamparan
beton.
Bila
terdapat acuan yang rusak atau sesudah perbaikan pondasi yang tidak
stabil, acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di
depan tempat penghamparan beton sehingga memungkinkan pemeriksaan dan
perbaikan acuan tanpa mengganggu kelancaran penghamparan beton.
Acuan
dipasang pada posisi yang benar, dan tanah dasar atau lapis pondasi
bawah pada kedua sisi luar dan dalam harus dipadatkan dengan baik
menggunakan alat pemadat mesin atau manual. Acuan harus disangga pada
tempatnya, paling sedikit setiap 3 m (10 ft).
Pembongkaran Acuan
Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan beton.
Setelah acuan dibongkar, permukaan beton yang terbuka harus segera dirawat.
BAHAN
Semen
a.Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III sesuai dengan AASHTO M 85.
b.Kecuali diperkenankan lain, maka hanya produk dari satu pabrik atau
satu jenis merk semen portland tertentu yang harus digunakan di proyek
Air
Air
yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan-penggunaan
tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merugikan
seperti minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air
harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan AASHTO T 26.
Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.
Persyaratan Gradasi Agregat
a.Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan yang diberikan dalam Tabel 4.3.
Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini dapat tidak ditolak asalkan Kontraktor dapat menunjukkan bahwa persyaratan yang dirinci dalam Butir 7.5.3.
dapat dipenuhi jika menggunakan bahan-bahan tersebut.
Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini dapat tidak ditolak asalkan Kontraktor dapat menunjukkan bahwa persyaratan yang dirinci dalam Butir 7.5.3.
dapat dipenuhi jika menggunakan bahan-bahan tersebut.
Tabel 4.3.: Persyaratan Gradasi Agregat.
Ukuran Ayakan |
Persentase Berat Yang Lolos
| |||||
Standar (mm) |
Inch
(in)
|
Agregat Halus
|
Pilihan Agregat Kasar
| |||
50 |
2
|
-
|
100
|
-
|
-
|
-
|
37 |
1,5
|
-
|
95-100
|
100
|
-
|
-
|
25 |
1
|
-
|
-
|
95-100
|
100
|
-
|
19 |
¾
|
-
|
35-70
|
-
|
90-100
|
100
|
13 |
½
|
-
|
-
|
25-60
|
-
|
90-100
|
10 |
3/8
|
100
|
10-30
|
-
|
20-55
|
40-70
|
4,75 |
#4
|
95-100
|
0-5
|
0-10
|
0-10
|
0-15
|
2,36 |
#8
|
-
|
-
|
0-5
|
0-5
|
0-5
|
1,18 |
#16
|
45-80
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,30 |
#50
|
10-30
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,15 |
#100
|
2-10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
b.Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih besar dari pada 3/4
jarak bersih minimum antara batang tulangan atau antara batang tersebut dengan acuan atau antara batasan-batasan ruang lainnya dimana pekerjaan beton harus ditempatkan.
jarak bersih minimum antara batang tulangan atau antara batang tersebut dengan acuan atau antara batasan-batasan ruang lainnya dimana pekerjaan beton harus ditempatkan.
Sifat Agregat
a. Agregat
untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih dan keras
yang diperoleh dari pemecahan batu, atau dengan menyaring dan mencuci
(bila perlu) kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti yang dirinci dalam AASHTO T21 dan seperti diberikan dalam Tabel 4.4.
bila diambil contoh dan diuji sesuai dengan ketentuan BS CP 114 dan prosedur AASHTO yang relevan.
bila diambil contoh dan diuji sesuai dengan ketentuan BS CP 114 dan prosedur AASHTO yang relevan.
c. Agregat
yang berupa bahan-bahan yang berukuran sama yang berasal dari berbagai
sumber harus ditimbun dalam timbunan terpisah dan hanya boleh digunakan
dalam struktur yang terpisah.
Tabel 4.4.: Sifat Agregat Beton.
Sifat
|
Pengujian AASHTO
|
Batas maksimum yang diijinkan
| |
Agregat halus
|
Agregat kasar
| ||
Kehilangan akibat abrasi pada 500 putaran dengan mesin Los Angeles. |
T 96
|
-
|
40 %
|
Kehilangan akibat penentuan kualitas dengan Sodium Sulfat setelah 5 siklus. |
T 104
|
10%
|
12 %
|
Persentase gumpalan tanah liat dan pertikel yang dapat pecah dalam agregat. |
T 112
|
0,50 %
|
0,25 %
|
Bahan-bahan yang lolos ayakan #200. |
T 11
|
3 %
|
1 %
|
Bahan Tambah (Additive)
Penggunaan
plastisator, bahan-bahan tambah untuk mengurangi air atau bahan tambah
lainnya, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu. Jika digunakan,
bahan yang bersangkutan harus memenuhi AASHTO M 154 atau M 194.
Bahan tambahan yang bersifat mempercepat dan yang mengandung Calcium Chlorida tidak boleh digunakan.
Membran Kedap Air
Lapisan
bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap
setebal 125 mikron. Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan
membran harus kedap air sepenuhnya waktu beton dicor.
Lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan beton bertulang yang menerus.
Tulangan Baja
a.
Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja atau
batang baja berulir sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar Rencana.
b. Baja
tulangan harus merupakan batang baja polos atau berulir grade U24 atau
batang berulir grade U40 sesuai dengan persyaratan Sll 0136-84, kecuali
jika disetujui lain atau diperlihatkan lain dalam Gambar Rencana.
c. Tulangan
anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan AASHTO M 55.
Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran datar dan
merupakan jenis yang disetujui.
d. Batang
baja harus memenuhi persyaratan AASHTO M 54. Bagian-bagiannya
harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar Rencana.
e. Batang baja untuk Ruji (Dowel) harus
berupa batang bulat biasa sesuai dengan AASHTO M 31. Batang dowel
berlapis plastik yang memenuhi AASHTO M 254 dapat digunakan.
f. Batang pengikat (Tie bar) harus berupa batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M 31.
Bahan-bahan untuk Sambungan
a.
Bahan-bahan pengisi siar muai harus sesuai dengan
persyaratan-persyaratan AASHTO M 153 atau M 213. Bahan-bahan tersebut
harus dilubangi untuk dilalui dowel-dowel sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar Rencana. Bahan pengisi untuk setiap sambungan harus
disediakan dalam bentuk satu kesatuan utuh untuk tebal dan lebar penuh
yang diperlukan untuk sambungan yang bersangkutan kecuali jika diijinkan
lain. Di mana ujung-ujung yang berbatasan diperkenankan, maka
ujung-ujung tersebut harus diikat satu sama lainnya dan dipertahankan
dengan kokoh dan tepat ditempatnya dengan jepitan kawat (stapling) atau penyambung / pengikat yang baik lainnya.
b. Bahan penutup sambungan (joint sealant) harus berupa Expandite Plastic, senyawa
gabungan bitumen karet Grade 99 yang dituangkan dalam keadaan panas,
atau bahan serupa yang disetujui. Bahan sambungan harus sebagaimana
dianjurkan oleh pabrik pembuat bahan yang bersangkutan.
PEMBUATAN BETON
Pencampuran dan Penakaran
Perbandingan bahan dan berat penakaran harus menggunakan cara yang ditetapkan dalam BS CP 114.
Proporsi bahan dan berat penakaran harus sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Tabel 5.1.
Campuran Percobaan
Kontraktor
harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-bahan yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran-campuran percobaan dengan
menggunakan instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan
digunakan nanti.
Campuran
percobaan dapat dianggap dapat diterima asal memenuhi semua persyaratan
sifat campuran yang ditetapkan dalam Butir 7.5.3.
di bawah ini.
di bawah ini.
Persyaratan Sifat Campuran
a.
Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 5.3,
bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-19 90 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-19 90 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
b. Kuat tekan karateristik beton harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan Tabel 5.3.
Dengan menggunakan cara pengujian "the third point" kuat lentur karakteristik harus tidak kurang dari 45 kg/cm2
Dengan menggunakan cara pengujian "the third point" kuat lentur karakteristik harus tidak kurang dari 45 kg/cm2
c.
Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan
pengerjaan yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi
yang digunakan dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump
optimum sebagaimana diukur dengan cara pengujian AASHTO T 199 harus
tidak kurang dari 20 mm dan tidak lebih besar dan 60 mm. Slump tersebut
harus dipertahankan dalam batas toleransi ± 20 mm dari slump optimum
yang disetujui. Beton yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan slump
tersebut tidak boleh digunakan untuk plat beton perkerasan.
e. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 5.3.,
maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus.yang diuraikan dalam Butir 7.6.2.c.
maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus.yang diuraikan dalam Butir 7.6.2.c.
Tabel 8.5.1.: Batasan proporsi takaran campuran
Mutu Beton
|
Ukuran Agregat Maksimum
(mm)
|
Rasio Air / Semen
(terhadap berat)
|
Kadar Semen Minimum
(kg/m3 dari campuran)
|
K500
|
-
|
0,375
|
450
|
K400
|
37
25
19
|
0,45
0,45
0,45
|
356
370
400
|
K350
|
37
25
19
|
0,45
0,45
0,45
|
315
335
365
|
K300
|
37
25
19
|
0,45
0,45
0,45
|
300
320
350
|
K250
|
37
25
19
|
0,50
0,50
0,50
|
290
310
340
|
K175
|
-
|
0,57
|
300
|
K125
|
-
|
0,60
|
250
|
Tabel 8.5.3.: Ketentuan sifat campuran
Mutu Beton |
Kuat Tekan Karakteristik min. (kg/cm2)
|
Slump (cm)
| ||||
Benda Uji Kubus
15 x 15 x 15 cm
|
Benda Uji Silinder
15 cm x 30 cm
|
Digetarkan
|
Tidak Digetarkan
| |||
7 hari
|
28 hari
|
7 hari
|
28 hari
| |||
K600 |
390
|
600
|
325
|
500
|
20 – 50
|
-
|
K500 |
325
|
500
|
260
|
400
|
20 – 50
|
-
|
K400 |
285
|
400
|
240
|
330
|
20 – 50
|
-
|
K350 |
250
|
350
|
210
|
290
|
20 – 50
|
50 – 100
|
K300 |
215
|
300
|
180
|
250
|
20 – 50
|
50 – 100
|
K250 |
180
|
250
|
150
|
210
|
20 – 50
|
50 – 100
|
K225 |
150
|
225
|
125
|
190
|
20 – 50
|
50 – 100
|
K175 |
115
|
175
|
95
|
145
|
30 – 60
|
50 – 100
|
K125 |
80
|
125
|
70
|
105
|
20 – 50
|
50 – 100
|
Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 ± 25mm
f.
Pekerjaan dapat pula dihentikan dan atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran
atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam
keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton
yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian
kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan
perbaikan.
g.
Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja,
perlu analisis teknis.
Kekuatan beton
Beton harus mempunyai kekuatan lentur karakteristik sebesar 45 kg/cm2 pada umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97.
Bila pengujian dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan tekan karakteristik harus sebesar 350 kg/cm2 pada umur 28 hari.
Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur karakteristik.
Penyesuaian campuran
a. Penyesuaian sifat kelecakan (workability)
Bilamana
sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula
dirancang, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat
sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apa pun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air / semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan
yang memenuhi, tidak dinaikkan.
Pengadukan
kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau cara
lain tidak diperkenankan. Bahan tambah (aditiv) untuk meningkatkan sifat
kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui.
b. Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar semen harus ditingkatkan.
c. Penyesuaian untuk bahan-bahan baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh diiakukan tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu.
Penakaran agregat
a.
Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan
atau pembulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya
secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas
alat pencampur.
b.
Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan
dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan
jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air
secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling
sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari
tumpukan agregat.
Pencampuran
a. Beton
harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis
dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin campuran yang merata
dari seluruh bahan.
b.
Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
c.
Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen
yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum
air ditambahkan.
d.
Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus
dimasukkan sebelum waktu pencampuran berlangsung seperempat bagian.
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas 3/4
m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
PENGENDALIAN MUTU Dl LAPANGAN
Pengujian untuk kelecakan (workability)
Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan.
Pengujian kuat tekan
Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk setiap 60 m3
beton yang dicor. Setiap pengujian harus termasuk 3 contoh yang identik
untuk diuji pada umur 3, 7 dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang
dicor dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka
contoh-contoh harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak.
Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3 hari
disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28 hari.
Pengujian tambahan
Kontraktor
harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan
mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, pengujian tambahan
tersebut meliputi :
• Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji lainnya.
• Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton.
• Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khusus.
SAMBUNGAN DAN TULANGAN
Sambungan Memanjang dan Melintang
Sambungan
(joint) dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan
penyebaran retakan akibat susut serta untuk menampung lenting pelat
beton akibat perubahan suhu siang dan malam hari dan kelembaban.
Sambungan melintang dapat berupa sambungan susut, sambungan muai dan juga sambungan pelaksanaan.
Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan.
a.Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan detail dan letak pada Gambar Rencana.
b.Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk seluruh lebar
perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan
tegak lurus terhadap bidang permukaan perkerasan.
c.Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, guna
menghindari ketidakrataan permukaan pada sambungan tersebut. Apabila
pada sambungan diperlukan, maka harus digunakan mistar 3 m (10 ft) untuk
menjamin kerataan pada sambungan tersebut. Pembentukan
sambungan yang ditempatkan di depan perata (screed) dapat dibuat tenggelam (tip), sedangkan apabila ditempatkan di belakang perata dapat dipasang menonjol pada permukaan.
d.Sambungan dengan lidah-alur, harus dicetak secara teliti dengan
bahan cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk lidah-alur yang
sempurna. Sambungan lidah-alur, dapat juga dibentuk secara sempurna
dengan menggunakan mesin penghampar acuan gelincir.
e.Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka
penggergajian sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal
terjadi.
1.Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints)
Batang baja ulir (deformed bar), sebagai batang pengikat (tie bars),
dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus sambungan memanjang memakai alat mekanik atau dipasang dengan besi dudukan (chair), untuk mencegah perubahan tempat.
dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus sambungan memanjang memakai alat mekanik atau dipasang dengan besi dudukan (chair), untuk mencegah perubahan tempat.
Batang
pengikat tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material
lain atau dimasukkan tabung, kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya.
Bila
tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan
dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk keyway (takikan) sepanjang sambungan memanjang.
Tie bar dapat
dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang
dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton
lajur yang berdekatan dihamparkan atau sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors).
Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri
dari takikan / alur ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan
tersebut harus dibentuk dengan alat mekanis atau dibuat secara manual
dengan ukuran dan garis sesuai Gambar Rencana sewaktu beton masih mudah
dibentuk. Alur ini harus diisi dengan kepingan (filler) material yang telah tercetak sebelumnya (premolded) atau dicor (poured) dengan material penutup sesuai yang disyaratkan.
Sambungan memanjang
tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint), bila ada.
tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint), bila ada.
Sambungan memanjang
gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotong beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum berakhimya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang disyaratkan.
gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotong beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum berakhimya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang disyaratkan.
Sambungan memanjang
tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar Rencana.
tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar Rencana.
Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan
dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanis
harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa
agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan
tanpa menimbulkan segregasi.
2.Sambungan Ekspansi Melintang (Transverse Expansion Joints)
Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan tanah dasar,
dan takikan sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui.
dan takikan sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui.
Filler sambungan
ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang
yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap
pada garis dan alinyemen yang semestinya selama penghamparan dan
finishing beton. Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari
5 mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila filler dipasang berupa bagian-bagian, maka di antara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah.
Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.
3.Sambungan Kontraksi Melintang (Transverse Contraction Joints)
Sambungan
ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan /
alur dengan penggergajian permukaan perkerasan, disamping itu bila
tertera pada Gambar Rencana juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer assembly).
a.Sambungan Kontraksi Kepingan Melintang (Transverse Strip Contraction Joints)
Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera pada Gambar Rencana.
b.Takikan / Alur (Formed Grooves)
Takikan
ini harus dibuat dengan menekankan alat ke dalam beton yang masih
plastis. Alat tersebut harus tetap di tempat sekurang-kurangnya sampai
beton mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak
beton di dekatnya, kecuali bila alat itu memang didesain untuk tetap
terpasang pada sambungan.
c.Sambungan Gergajian (Sawn Contraction Joints)
Sambungan
ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan
perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang
tercantum pada Gambar Rencana, dengan gergaji beton yang disetujui.
Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang
berdekatan harus dibersihkan.
Penggergajian
harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian
tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah
pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat / dipotong sebelum terjadi
retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada
waktu siang atau malam hari dalam cuaca apa pun. Penggergajian harus
ditangguhkan bila di dekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian
harus dihentikan bila retakan terjadi di depan gergajian. Bila retakan
sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan sambungan
kontraksi harus dibuat dengan takikan / alur sebelum beton mencapai
pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum,
penggergajian harus dilakukan berurutan.
d.Sambungan Kontraksi Acuan Melintang (Tranverse Formed Contraction Joints)
Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan untuk sambungan acuan longitudinal (longitudinal formed joints).
e.Sambungan Konstruksi Melintang (Transverse Construction Joints)
Sambungan
ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit.
Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari
3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang
diperlemah lainnya.
Bila
dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat
perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan
sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi.
4.Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
Sambungan
pelaksanaan dengan lidah-alur biasanya digunakan pada sambungan arah
memanjang (di antara jalur-jalur penghamparan yang terpisah) dapat
dibentuk dengan cara acuan gelincir atau dengan baja cetakan standar.
Apabila digunakan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi, maka sambungan lidah alur dapat ditiadakan.
Pada
sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur perlu disediakan tempat untuk
pemasang batang pengikat. Apabila diperlukan atau diijinkan maka batang
pengikat dapat menggunakan batang berulir atau batang pengikat jadi.
Apabila digunakan batang pengikat yang dapat dibengkokkan dan diluruskan
kembali, maka batang tersebut harus mengikuti persyaratan ASTM untuk
menjamin bahwa tulangan dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa
mengalami kerusakan / pecah.
Dengan
demikian, apabila metoda tersebut disyaratkan, maka harus dilakukan
langkah-langkah pencegahan untuk menjamin hasil yang baik. Salah satu
cara untuk mencegah kerusakan batang pengikat akibat pembengkokan dan
pelurusan kembali adalah sebagai berikut.
Metoda
untuk mengurangi kerusakan, bila digunakan baja keras sebagai batang
pengikat yang dibengkokkan ke dalam alur dan diluruskan kembali.
a.Batang pengikat dipasang miring membentuk sudut 30° dengan bidang sambungan.
b.Batang pengikat dibengkokkan 30° sehingga rata dengan permukaan bidang sambungan.
Mesin penghampar acuan gelincir harus dilengkapi dengan peralatan (device) yang
cocok untuk pemasangan batang pengikat atau pengikat jenis lain yang
dapat memegang plat-plat pada lajur berdampingan tetap pada posisinya.
Sambungan
pelaksanaan melintang harus dibuat pada akhir pelaksanaan tiap hari
atau pada tempat akhir pekerjaan yang disebabkan oleh adanya gangguan
pelaksanaan. Letak sambungan pelaksanaan melintang harus diusahakan sama
dengan letak sambungan susut.
Keadaan
cuaca akan mempengaruhi lamanya batas keterlambatan yang diijinkan
dalam penghentian hamparan. Keterlambatan selama 30 menit dipandang
sebagai batas yang bisa diterima untuk cuaca panas, kering dan berangin,
sedangkan keterlambatan sampai 1 jam masih bisa diterima pada cuaca
yang tidak membahayakan.
Sambungan
pelaksanaan melintang harus dibentuk dengan cara menempatkan sekat yang
mempunyai bentuk dan ukuran yang tepat dan mempunyai lubang untuk
menempatkan jeruji. Arah sambungan pelaksanaan melintang kurang dari 3 m
(10 ft) harus dihindarkan.
Jika
adukan beton tidak mencukupi untuk membuat pelat dengan panjang paling
sedikit 3 m (10 ft), maka sambungan pelaksanaan harus dibuat pada tempat
sambungan sebelumnya. Jarak sambungan melintang yang berikutnya harus
diukur dari sambungan susut melintang yang terakhir.
5.Sambungan Muai (Expansion Joint)
Sambungan muai harus ditempatkan di antara pertemuan bangunan (misalnya lubang got / manhole,
bak penampung) dengan plat perkerasan beton. Kecuali apabila tidak
disebut lain dalam Gambar Rencana, maka sambungan harus terbuat dari
jenis sambungan jadi dengan ketebalan tidak kurang dari 0,6 cm.
Jika
tidak ditentukan lain, maka untuk sambungan muai melintang harus dibuat
tegak lurus sumbu perkerasan dan harus dibuat selebar perkerasan.
6. Sambungan Susut (Contraction Joint)
Sambungan
susut dengan takikan palsu atau penampang diperlemah, harus dibuat
secara hati-hati untuk menjamin agar dalamnya celah sambungan cukup
untuk mencegah terjadinya retak yang tidak terkendali. Disarankan
dalamnya celah pemisah minimum adalah sebesar ¼ tebal pelat. Dalam
segala hal penutupan celah harus diselesaikan sebelum lalu-lintas
diijinkan lewat, termasuk lalu-lintas selama pelaksanaan.
Apabila
diperlukan penyalur beban untuk melayani lalu-lintas dengan volume yang
tinggi dan beban yang berat, harus digunakan ruji (dowel).
Bila
pada perkerasan untuk lalu-lintas dapat digunakan lapis pondasi mutu
tinggi, misalnya campuran semen atau aspal, maka sambungan tanpa ruji
pun bisa melayani lalu-lintas secara memuaskan. Namun demikian secara
umum, sambungan jenis ini, tetap dianjurkan menggunakan penyalur beban.
Penempatan
ruji secara tepat harus dijamin, agar ruji dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Sistem pemberian tanda secara tepat dapat diterapkan untuk
menjamin agar penggergajian atau pembuatan takikan tepat berada di
tengah ruji. Takikan tidak boleh kurang dari ¼ tebal plat.
Sistem Penyalur Beban
1. Ruji (Dowel)
Batang
ruji harus ditempatkan di tengah tebal pelat. Posisi ruji pada arah
horizontal dan vertikal harus dijamin sejajar sumbu jalan dengan
menggunakan perlengkapan atau dengan cara penempatan dengan mesin yang
telah teruji. Kepadatan beton yang baik di sekeliling ruji sangat
dituntut agar supaya ruji bisa berfungsi secara sempurna.
2.Pelapis Ruji
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat (korosi).
Sesudah
bahan pencegah korosi kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan
lapisan tipis pelumas (dengan cara penyapuan) segera sebelum ruji
dipasang.
Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi / penutup ruji (pada expansion joint).
Pelapis
ruji dari jenis plastik yang telah teruji atau pralon yang tertutup
dapat digunakan sebagai pengganti pelumas, atau penggunaan jenis pelapis
lainnya yang dimaksudkan untuk mencegah lekatan dengan beton dan atau
karat, dapat juga digunakan.
3. Alat Transfer Beban (Load Transfer Devices)
Bila digunakan ruji (dowel),
maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan
bton, dengan memakai pengikat / penahan logam yang dibiarkan terpendam
dalam perkerasan.
Ujung ruji (dowel) harus dipotong rata. Ukuran bagian dowel yang
harus dilapisi aspal atau pelumas lain harus sesuai yang tertera pada
Gambar Rencana, agar bagian tersebut tidak ada lekatan dengan beton,
diberi penutup (selubung) ruji
dari logam yang disetujui, harus dipasang pada setiap batang ruji
pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan batang ruji,
dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.
dari logam yang disetujui, harus dipasang pada setiap batang ruji
pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan batang ruji,
dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.
Pemasangan Perlengkapan Ruji
Perlengkapan pemasangan ruji (berupa rangkaian dudukan/chair) harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah disiapkan.
Perlengkapan
pemasangan ruji arah melintang harus ditempatkan tegak lurus sumbu
jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Sambungan dengan
ruji yang diperlukan atau diijinkan untuk dipasang tegak lurus sumbu
jalan, memerlukan pendetailan dan pemasangan yang sangat teliti guna
menjamin pergerakan bebas. Ruji dipegang kuat pada posisi yang
ditetapkan.
Pada
tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus
sedemikian rupa sehingga penempatan sedapat mungkin mempunyai jarak yang
sama dari tepi-tepi pelat.
Sambungan
harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus
dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-patok dengan
peralatan atau dengan metode lainnya. Ruji harus dipasang sedemikian
rupa sehingga berat beton selama pengecoran tidak akan mengganggu
kedudukannya. Apabila sambungan dibuat secara bagian demi bagian maka
sambungan tersebut harus merupakan kesatuan.
Batang
ruji harus diperiksa posisinya, segera setelah perlengkapan pemasangan
sambungan dipasang pada tanah dasar atau lapis pondasi bawah dan sistem
sambungan harus diperiksa untuk mengetahui apakah sudah terpegang kuat
dan tidak ada perubahan posisi.
Setiap
sistem sambungan yang tidak terpegang kuat, harus diperbaiki. Kawat
atau batang baja yang digunakan untuk mengikat perlengkapan pada waktu
pengangkutan dan diperkirakan dapat menghambat penyusutan awal beton,
harus disingkirkan sebelum beton dihampar.
Penutup Sambungan (Joint Sealing)
Celah
sambungan harus ditutup dengan bahan penutup yang disyaratkan, segera
setelah perawatan selesai sebelum lalu-lintas diijinkan melewati
perkerasan termasuk kendaraan Kontraktor.
Bahan
penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana. Pemasangan harus dilakukan sedemikian
sehingga bahan penutup tidak melimpah atau mencuat diatas permukaan
pelat. Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan plat harus segera
disingkirkan dari permukaan pelat dan dibersihkan.
Celah
sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing sebelum bahan
penutup dipasang. Semua bidang dalam celah sambungan harus bersih dari
bahan-bahan lepas dan bila digunakan bahan penutup yang dituang panas,
permukaan harus kering.
Bahan
penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada suhu yang
dapat menimbulkan ketidaksempurnaan pemasangan. Petunjuk dari pabrik
pembuat bahan penutup harus diperhatikan.
Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprene (penutup
jadi yang ditekan), maka bahan penutup harus dapat menyesuaikan
lebarnya dengan lebar celah sambungan yang diperkirakan akan terjadi.
Peralatan pemasangan harus menjamin bahwa bahan penutup tidak akan mulur
lebih dari 5 % karena pemuluran yang lebih besar akan memperpendek umur
bahan tersebut.
Tulangan
Apabila pada perkerasan bersambungan digunakan tulangan, maka tulangan tersebut harus terdiri dari anyaman kawat dilas (welded wire fabric) atau anyaman batang baja (bar mats) sesuai dengan yang diuraikan pada Butir 7.4.7.
Lebar
dan panjang anyaman baja harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu
anyaman tersebut dipasang. kawat / baja yang paling pinggir terletak
tidak kurang dari 5 cm (2 inch) atau tidak lebih dari 10 cm (4 inch)
dari tepi / sambungan pelat.
Penggergajian (Saw Cutting)
Penggergajian
harus dilakukan sedemikian sehingga tidak terjadi penggumpalan pada
beton muda dan harus dilakukan pada saat belum terjadinya retak-retak
susut, waktu penggergajian terbaik yaitu antara 4 - 20 jam setelah
pengecoran.
Cara penggergajian dengan menggunakan mata gergaji intan (diamond blades., Bila pengikis basah (wet abrasive blades) maupun bila pengikis kering (dry abrasive blades), harus dilakukan secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya sambungan yang kasar.
Kecenderungan
retak susut akibat keterlambatan penggergajian pada sambungan memanjang
lebih kecil dibanding pada sambungan melintang.
Sekat Pemisah Tipis
Sekat
pemisah dari polyethylene atau bahan lainnya yang mempunyai tebal tidak
kurang dari 0,33 mm, dapat disisipkan ke dalam beton plastis dengan
mesin. Sekat pemisah harus terpasang secara vertikal.
Persiapan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengakibatkan
seluruh sekat terbenam di bawah permukaan pelat atau jangan sampai
menimbulkan pelepasan butir (ravelling). Sambungan ini jangan ditutup (sealed).
Sekat pemisah polyethylene tidak dapat mengendalikan terjadinya retak memanjang.
Sekat Pemisah Lainnya
Sekat pemisah lainnya yang secara keseluruhan atau sebagian bisa dicabut sebelum sambungan ditutup dapat digunakan.
PENGECORAN DAN PENYELESAIAN AKHIR BETON
Pengecoran
1. Peralatan Pengecoran
Peralatan
pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari mesin pengaduk
atau alat pengangkut campuran beton dan menuangkannya ke setiap tempat
tanpa terjadi pemisahan butir (segregasi) dan tanpa merusak permukaan yang dihampar. Pada pekerjaan besar, pengecoran seringkali menuntut penggunaan ulir (screw), ban berjalan (belt), atau wadah (hopper) sebagai alat penghampar adukan.
Peralatan
ini biasanya beroperasi dari bahu jalan atau dari jalur sebelahnya dari
jalur yang sedang dikerjakan, dan menuangkan campuran beton ke seluruh
lebar permukaan yang telah dibentuk. Apabila pengecoran dilakukan dengan
mesin pengaduk berjalan (truck mixer), dan untuk menuangkan adukan hanya tersedia talang (chute), maka disarankan dilakukan penghamparan jalur sesaat (lane at a time).
Beton
tanpa tulangan bisa juga dilaksanakan dengan menuangkan campuran beton
di atas permukaan di depan mesin penghampar dengan mengggunakan dump
truck.
2. Keadaan Khusus
Apabila
lebar penghamparan tidak sama (misal pada jalan masuk / ramp,
persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu dapat
diterapkan. Untuk keadaan demikian, perlu diperhatikan agar untuk
mencapai kedudukan akhir, campuran beton jangan dituang secara
sembarangan dengan didorong atau digetarkan. Pengecoran secara manual
mungkin perlu dilakukan, untuk menghindarkan pemisahan butir.
Penghamparan
Peralatan
Pada pekerjan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar (spreader) merupakan bagian yang sudah melekat (built-in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua peralatan harus dioperasikan secara seksama.
Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan peralatan manual.
Dalam hal apa pun, beton harus dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan dan penyelesaian akhir.
Penghamparan Dua Lapis
Apabila
tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan secara manual, maka
beton di bawah anyaman harus dihampar terlebih dahulu tersendiri (struck-off), kemudian anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya dihampar.
Pada pekerjaan besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin penghampar.
Apabila
tulangan yang berbentuk anyaman akan dimasukkan pada kedudukan yang
dikehendaki dengan cara menggetarkan atau menekannya dengan mesin maka
beton dapat dihampar langsung untuk seluruh tebal.
Percobaan Penghamparan
Kontraktor
harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan
pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak
kurang dari 30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor di luar
daerah kerja permanen. Percobaan tambahan mungkin diperlukan, bila
percobaan pertama dinilai tidak memuaskan.
Setelah
percobaan pertama disetujui, maka percobaan sepanjang minimum 150 m
tapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen.
Percobaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan harus
mencakup setiap tipe sambungan yang digunakan dalam pekerjaan.
Penghamparan
perkerasan beton tidak boleh dilanjutkan sebagai pekerjaan permanen
sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan.
Pemadatan
Pemadatan
pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan, pemadatan secara tumbuk, dan
pemadatan secara getar, sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi
tidak secara otomatis menjamin kepadatan beton. Mesin getar (vibrator), baik jenis internal maupun jenis permukaan dapat memberikan hasil yang baik.
Seluruh
perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin. Perhatian khusus harus
diberikan terhadap tepi-tepi sepanjang sumbu, dan pada
sambungan-sambungan.
Sekitar ruji dan kedudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar pembuangan air (drains),
dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan masuk / ramps dan
persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin kepadatan yang
baik.
Penggetar
internal dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu
mesin penghampar bergerak. Mesin penggetar yang dioperasikan secara
manual tidak boleh berada di satu titik yang digetarkan lebih dari 5
detik, dengan jarak titik satu dengan titik lainnya antara 25 – 30 cm.
Penyelesaian Akhir
- Mesin Penghampar Acuan Gelincir (Slip Form)
Mesin
penghampar acuan gelincir dirancang untuk sekali lintasan dapat
menghampar, memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan beton yang
masih plastis, sehingga dapat memberikan beton yang padat, seragam; dan
untuk mendapatkan permukaan yang disyaratkan hanya memerlukan
penyelesaian akhir (dengan tangan) yang minimal.
Mesin
penghampar harus menggetarkan beton pada seluruh lebar dan ketebalan.
Penggetaran biasanya dilakukan dengan jenis penggetar internal yang
sudah ada pada mesin tersebut (built-in).
Mesin
penghampar acuan gelincir sedapat mungkin harus dioperasikan dengan
gerakan yang menerus, dan seluruh operasi pengadukan, pengangkutan dan
penghamparan harus terkoordinasi agar supaya dapat dicapai kecepatan
yang seragam dan penghentian mesin penghampar yang minimum. Apabila
mesin penghampar perlu dihentikan, maka alat penggetarnya harus
dihentikan.
Mesin
penghampar acuan gelincir mampu mengatasi kesalahan bentuk permukaan
lapis pondasi bawah atau dasar secara teliti, dengan menggunakan
peralatan otomatis.
2.Mesin Penghampar Acuan Tetap (Fixed Form)
Mesin
pencetak perkerasan jalan beton dengan sebilah pisau perata, kayuh
berputar atau perlengkapan berputar, harus mencetak beton yang
bersangkutan sehingga memiliki elevasi, dimensi, kerataan dan kehalusan
yang disyaratkan; dan kemudian harus memadatkan beton tersebut dengan
vibrasi atau dengan suatu kombinasi vibrasi dan penumbukan mekanis.
Peralatan tersebut kemudian harus menyelesaikan permukaan beton tersebut dengan menggunakan suatu batang perata yang bergoyang (oscilated) melintang
atau miring. Suatu batang perata lain untuk pekerjaan penyelesaian yang
bergoyang secara melintang atau miring harus disediakan setelah setiap
mesin pembentuk sambungan melintang dalam keadaan basah.
Batang
perata bergoyang tersebut harus berpenampang melintang persegi dan
harus membentangi seluruh lebar pelat yang bersangkutan dan berbobot
tidak kurang dari 170 kg/m. Batang ini harus ditunjang pada suatu
kereta, yang ketinggiannya harus dikontrol berdasarkan tinggi rata-rata
dari sekurang-kurangnya 4 titik yang ditempatkan secara merata dengan
jarak antara sekurang-kurangnya 3,5 meter dari rel penunjang, balok,
atau pelat, pada setiap sisi dari pelat beton yang sedang diperkeras.
Bilamana
perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan
menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang
berdampingan berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut
pada rel-rel yang beralas rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/m,
diletakkan di atas beton yang telah diselesaikan untuk menunjang
roda-roda ber-flens, atau menggantikan roda-roda ber-flens tersebut pada
satu sisi mesin dengan roda-roda tanpa flens bertapal karet. Rel (track) bertapal karet, yang dapat berjalan di atas permukaan beton yang telah diselesaikan juga dapat diterima.
Bilamana
digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan
pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara
seksama di depan mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan
pasir / kerikil. Roda-roda tanpa flens harus berjalan cukup jauh dari
tepi pelat untuk menghindari kerusakan pada pinggiran pelat yang
bersangkutan.
3.Pemadatan dan Penyelesaian dengan Balok Vibrasi Terkendali
Bilamana
pelat-pelat berukuran kecil atau tidak beraturan, atau bila tempat
kerja yang bersangkutan sedemikian terbatas sehingga menyebabkan
penggunaan cara-cara yang diuraikan di atas menjadi tidak praktis, maka
beton dapat dicor dan diratakan secara manual tanpa pra-pemadatan atau
segregasi; dan dipadatkan dengan cara berikut ini.
Beton
yang akan dipadatkan dengan balok vibrasi harus dicetak sedemikian
sehingga permukaan setelah semua udara yang terkandung dikeluarkan
dengan penggetaran berada sama dengan permukaan acuan-acuan sisi. Beton
tersebut harus dipadatkan dengan menggunakan sebuah balok penggetar /
pemadat dari kayu bertapal baja berukuran tidak kurang dari lebar 75 mm
dan tebal 225 mm, dengan suatu masukan energi tidak kurang dari pada 250
watt per meter lebar pelat. Balok penggetar tersebut diangkat dan
digerakkan maju ke muka dengan sedikit demi sedikit, tidak melebihi
ukuran lebar balok tersebut.
Sebagai
alternatif, suatu alat pemadat yang terdiri dari balok kembar
bervibrasi dengan kekuatan tenaga yang setara. ekivalen dapat digunakan.
Bila
tebal lapisan beton yang dipadatkan melebihi 200 mm, maka diperlukan
tambahan vibrasi dengan menggunakan vibrator jenis tabung celup (immersed tube)
secukupnya yang diberikan meliputi seluruh lebar pelat, untuk
menghasilkan pemadatan sepenuhnya. Setelah setiap 1,5 m panjang pelat
selesai dipadatkan, kegiatan di atas harus diulang dengan menarik
kembali balok vibrasi 1,5 m, kemudian perlahan-lahan didorong maju
sambil melakukan penggetaran di atas permukaan yang telah dipadatkan
untuk memberikan suatu permukaan akhir yang halus.
Kemudian permukaan tersebut harus diratakan menggunakan sebuah penggaruk rata (straight-edge) dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m sekurang-kurangnya 2 lintasan. Jika permukaan tergaruk secara meluas oleh alat straight-edge
tersebut, yang berarti menunjukkan ketidakrataan permukaan, maka suatu
lintasan balok bervibrasi harus dilakukan kembali yang diikuti dengan
lintasan lanjutan menggunakan alat penggaruk rata.
4.Pembentukan Tekstur Permukaan
Permukaan
perkerasan harus mencakup tektur dan harus kasar. Tekstur harus
diperoleh dari pasir dalam mortar semen. Tekstur kasar dibentuk dengan
cara sebagaimana yang diuraikan di bawah ini.
Berbagai
jenis pola tekstur kasar dapat diterapkan pada permukaan beton. Pada
suatu pekerjaan, mungkin diperlukan tekstur yang berbeda.
Metode
pembentukan tekstur harus dipertimbangkan terhadap lingkungan,
kecepatan dan kepadatan lalu-lintas, topografi serta geometrik
perkerasan.
Tekstur
yang kasar dapat diciptakan pada perkerasan beton dengan menerapkan
satu atau lebih metode sebagai berikut: menarik lembar goni atau kain
burlap (micro texturing), menyikat permukaan, menggores dengan sisir kawat (macro texturing), atau metode lainnya.
Kekesatan
yang sangat tinggi mungkin diperlukan untuk mendapatkan keamanan
tambahan pada daerah-daerah kritis, misal sekitar gerbang tol,
persimpangan padat, atau lokasi lain dimana frekuensi pengereman,
percepatan, atau pembelokan sering terjadi. Hal ini dapat diatasi dengan
pembentukan tekstur yang lebih dalam dari pada yang biasanya, pembuatan
alur (grooving), atau jika diperlukan dengan memberikan
alumunium oxida, silicon carbide, atau partikel-partikel lain yang tahan
aus ke permukaan beton. Pembuatan alur harus dilakukan 1 - 3 jam
sesudah pengecoran.
PELEPAAN (Floating)
Setelah
ditempa dan dikonsolidasikan, beton harus diperhalus lagi dengan
bantuan alat-alat lepa, dengan salah satu metoda berikut:
Metode manual
Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan
panjang tidak kurang dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm,
dilengkapi dengan pengaku agar tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan
dari atas jembatan yang dipasang merentangi kedua sisi acuan tanpa
menyentuh beton, digerakkan seperti gerakan mengergaji, sementara pelepa
selalu sejajar dengan garis sumbu jalan (centre line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi lain.
Gerakan
maju sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-angsur dengan
pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa. Kelebihan air atau
cairan harus dibuang.
Metode Mekanis
Pelepa
mekanis harus jenis yang disetujui dan dalam keadaan dapat dioperasikan
dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan
yang dikehendaki dan dengan mesin finishing
melintang (transverse finishing machine).
melintang (transverse finishing machine).
Juga
dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa
penghalus yang dipasang dan dikendalikan melalui rangka yang kaku.
Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 atau lebih, yang bertumpu
pada acuan samping.
Bila
perlu setelah pelepaan dengan salah satu metode di atas, untuk menutup
dan menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan
pelepa dengan batang pegangan yang panjang (bertangkai), dengan papan
panjang tidak kurang dari 1,50 m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak
boleh digunakan pada seluruh permukaan beton sebagai pengganti atau
pelengkap salah satu metode pelepaan di atas. Bila penempaan dan
pemadatan dikerjakan tangan dan bentuk permukaan jalan tidak
memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, pelepaan permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai.
Setelah
pelepaan air dan sisa beton yang ada dipermukaan harus dibuang dari
permukaan jalan dengan mal datar sepanjang 3 m atau lebih. Setiap
geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar.
MEMPERBAIKI PERMUKAAN
Setelah
pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih
lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru,
ditempa, dikonsolidasi dan di finishing lagi. Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong dan di-finishing
lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetuikan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan.
lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetuikan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straight edge) tidak boleh melebihi toleransi yang ditentukan.
PENYELESAIAN PERMUKAAN (Finishing)
Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing) dilakukan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah melintang atau memanjang jalan.
Pengkasaran
yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari
45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 10 cm dengan
masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat hams terdiri dari 2
baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak
masing-masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu
terpendek panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak
boleh kurang dari 0,75 mm.
PENGUJlAN KERATAAN PERMUKAAN
Begitu beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar (straight edge) 3
m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih
dari 12,5 mm sepanjang 3 m itu harus ditandai dan segera diturunkan
dengan alat gerinda yang telah disetujui sampai bila diuji lagi,
ketidakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang
melintang yang sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan jalan harus
dibongkar dan diganti.
Bagian
yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 m ataupun kurang dari lebar
lajur yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada
perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3 m, harus
ikut dibongkar dan diganti.
PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON
Perawatan
Setelah
penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau
segera setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh
permukaan beton harus segera ditutup dan dirawat sesuai dengan metode
yang disetujui.
Dalam
semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka operasi
perawatan harus dititikberatkan pada penyediaan air. Biasanya masa
perawatan dilakukan selama 7 hari, tetapi waktu tersebut dapat
diperpendek bila 70 % kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai
lebih awal.
1.Perawatan dengan Cairan Bahan Kimia (Curing Compound)
Setelah
lapis air menguap dari permukaan perkerasan, maka permukaan beton harus
segera dilapisi secara merata dengan bahan perawat berupa cairan bahan
kimia dengan menggunakan alat penyemprot yang sudah teruji dengan jumlah
yang tidak kurang dari 0,27 liter/m2. Untuk menjamin
kekentalan dan penyebaran pigmen yang merata dalam bahan perawatan, maka
bahan perawat dalam tangki penampung harus diaduk menjelang dipindahkan
ke dalam alat penyemprot. Bila dilakukan secara manual, sebaiknya
menggunakan alat penyemprot manual yang teruji.
2.Perawatan dengan Lembar Goni atau Terpal
Permukaan
dan bidang tegak beton harus seluruhnya ditutup dengan lembar goni /
terpal. Sebelum ditutup, lembar penutup harus dibuat jenuh air.
Lembar
penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel dengan
permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup
mengeras guna mencegah pelekatan.
Selama masa perawatan, lembar penutup harus tetap dalam keadaan basah dan tetap pada tempatnya.
3.Perawatan Dengan Kertas Kedap Air
Setelah
beton cukup mengeras, (untuk mencegah pelekatan), maka seluruh
permukaan beton harus segera ditutup dengan kertas kedap air. Tepi-tepi
lembar kertas yang satu harus menumpang 30 cm dengan tepi-tepi lembar
lainnya yang berdampingan. Kertas kedap air harus cukup lebar untuk
menutup seluruh lebar perkerasan termasuk bidang-bidang tegak setelah
acuan dibongkar. Kertas perawatan harus ditempatkan dan dijaga dalam
keadaan menempel pada permukaan dan bidang-bidang tegak selama masa
perawatan.
Apabila
permukaan beton tampak kering maka permukaan tersebut harus dibasahi
dengan cara menyemprot secara halus untuk mencegah kerusakan pada beton
muda.
4.Perawatan dengan Lembar Polyethylene Putih / Burlap
Permukaan
dan bidang-bidang tegak perkerasan harus seluruhnya ditutup dengan
lembar polythylene putih / burlap yang harus diletakkan ketika permukaan
beton masih lembab.
Jika permukaan tampak kering, maka permukaan harus dibasahi dengan penyemprotan air secara halus sebelum lembar dipasang.
Lembar-lembar
yang berdampingan harus mempunyai lebar tumpangan 30 cm dan harus
ditindih sedemikian rupa agar tetap menempel pada permukaan.
Lembar penutup harus mempunyai lebar yang cukup untuk dapat menutup permukaan dan bidang-bidang tegak setelah acuan dibongkar.
Lembar
polyethylene harus tetap ditempatkan selama masa perawatan. Untuk
memudahkan penanganan, tebal minimum lembar polyethylene sebaiknya 0,1
mm.
5.Perawatan Celah Gergajian
Selama
perawatan celah gergajian perkerasan harus dilindungi dari pengeringan
yang cepat. Hal ini seringkali dilakukan dengan kertas pilihan atau
bahan lainnya yang sesuai.
Perlindungan Perkerasan Yang Sudah Selesai
Perkerasan
yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi dari
lalu-lintas umum dan lalu-lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk
penyediaan petugas untuk mengatur lalu-lintas, memasang dan memelihara
rambu peringatan, lampu-lampu, rintangan, dan jembatan penyeberangan.
Setiap kerusakan yang terjadi pada perkerasan sebelum dibuka untuk lalu-lintas umum harus diperbaiki atau diganti.
Perlindungan terhadap hujan
Untuk
melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan, maka
setiap saat harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut,
seperti lembar goni, terpal, kertas perawat atau lembar plastik.
Disamping
itu apabila digunakan metoda acuan gelincir maka harus direncanakan
penanggulangan darurat untuk melindungi permukaan dan tepi. Apabila
diperkirakan akan segera turun hujan maka semua petugas harus mengambil
tindakan yang perlu guna memberikan perlindungan menyeluruh kepada beton
yang belum keras.
TOLERANSI TEBAL
Semua
lapisan permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai
dengan Gambar Rencana. Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan
dan pengukuran ketebalan terhadap permukaan tanah dasar atau lapis
pondasi bawah dengan menggunakan benang dipandang cukup memadai. Apabila
dipandang perlu memeriksa tebal perkerasan setelah penghamparan, maka
tebal perkerasan dapat ditentukan dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus dilakukan pada interval yang disyaratkan.
Pengukuran untuk tiap contoh harus dilakukan sesuai dengan cara ASTM 174.
Penerimaan hasil pekerjaan, antara lain harus didasarkan pada hasil pengujian contoh (core) yang diambil dari pekerjaan yang sudah jadi.
Ketebalan perkerasan ditentukan dengan metoda "average
caliper measurement of cores",
diuji menurut AASHTO T148.
caliper measurement of cores",
diuji menurut AASHTO T148.
Untuk
menentukan pengukuran, bagian perkerasan yang dianggap sebagai satu
kesatuan yang terpisah adalah perkerasan sepanjang 300 m pada setiap
lajur lalu-lintas diukur dari ujung perkerasan dimulai dari station
kecil (sesuai stationing jalannya). Bagian yang terakhir dalam setiap lajur adalah sepanjang 300 m ditambah sisanya yang kurang dari 300 m. Dari setiap bagian ini, akan diambil contoh berupa core drill secara random. Bila pengukuran core dari suatu bagian ternyata kekurangan ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka ketebalan dapat diterima secara penuh. Jika kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan diambil dua core lagi pada interval tidak kurang dari 90 m, dan dipakai untuk menentukan tebal rata-rata bagian tersebut.
kecil (sesuai stationing jalannya). Bagian yang terakhir dalam setiap lajur adalah sepanjang 300 m ditambah sisanya yang kurang dari 300 m. Dari setiap bagian ini, akan diambil contoh berupa core drill secara random. Bila pengukuran core dari suatu bagian ternyata kekurangan ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka ketebalan dapat diterima secara penuh. Jika kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan diambil dua core lagi pada interval tidak kurang dari 90 m, dan dipakai untuk menentukan tebal rata-rata bagian tersebut.
Dalam
menghitung ketebalan rata-rata perkerasan, tebal perkerasan yang
melebihi ketebalan yang disyaratkan lebih dari 5 mm digolongkan sebagai
ketebalan yang ditentukan plus 5 mm, sedangkan yang kurang dari
ketebalan yang ditentukan lebih dari 25 mm tidak akan dipakai dalam
menentukan tebal rata-rata.
Bila
kekurangan-ketebalan core lebih dari 25 mm dari ketebalan yang
ditentukan, ketebalan sesungguhnya pada daerah ini akan ditentukan
dengan mengambil lagi beberapa core dengan interval tidak kurang dari 3 m
sejajar dengan garis sumbu jalan pada setiap arah, sampai ditemukan
core yang penyimpangannya tidak lebih dari 25 mm. Daerah yang kekurangan
ketebalannya lebih dari 25 mm akan dievaluasi secara teknis, dan bila
menurut hasil evaluasi perlu dibongkar, daerah tersebut harus dibongkar
dan diganti dengan beton dengan tebal seperti yang tertera dalam Gambar
Rencana.
PEMBUKAAN DAN PEMBATASAN LALU-LINTAS
Perkerasan
yang sudah jadi harus dilindungi terhadap kerusakan akibat operasi dan
lalu-lintas pelaksanaan sampai saat penyerahan hasil pekerjaan.
Dalam
hal apa pun, peralatan pengangkut adukan atau mesin pengaduk di
lapangan, truk pengangkut adukan hanya diijinkan lewat di atas jalur
yang baru selesai, setelah perkerasan dirawat paling sedikit 4 hari dan
beton telah mencapai kekuatan (flexural strength) umur minimum 40 kg/cm2.
Sambungan
melintang dan memanjang harus ditutup atau dilindungi dengan cara lain
sebelum lalu-lintas pelaksanaan diijinkan lewat. Semua tepi pelat harus
dilindungi dari kerusakan.
Perkerasan
yang dilewati peralatan pelaksanaan harus tetap bersih, dan ceceran
beton atau bahan lainnya harus segera disingkirkan. Lalu-lintas umum
harus dicegah masuk dengan memasang rintangan dan rambu-rambu sampai
beton berumur paling sedikit 14 hari atau lebih lama bila diperlukan
untuk memperoleh kekuatan cukup. Lalu-lintas tidak diijinkan masuk
selama sambungan belum ditutup. Setiap perkerasan yang rusak akibat
lalu-lintas / peralatan pelaksanaan atau kareha hal lainnya sebelum
penerimaan hasil pekerjaan, harus diperbaiki atau diganti dengan metoda
yang telah teruji.
PERALATAN PEMBUATAN PERKERASAN BETON SEMEN
Peralatan
utama yang digunakan pada pembuatan perkerasan beton semen, sesuai
dengan tingkat kecanggihan metode pelaksanaan, dapat dilihat pada
gambar-gambar berikut ini.
Mesin Penghampar Acuan Gelincir (Slip Form)
Mesin Penghampar Acuan Gelincir |
Potongan memanjang Mesin Penghampar Acuan Gelincir |
Mesin Penghampar Acuan Tetap (Fixed Form)
Mesin Penghampar Acuan Tetap canggih |
Mesin Penghampar Acuan Tetap sederhana |
Penghamparan Secara Manual
Pembuatan Lean Concrete secara manual |
Pembentukan Tekstur Permukaan dan Perawatan
Alat peyemprot curing compound dan grooving secara mekanis (TCM) |
Tampak atas dan potongan alat peyemprot curing compound dan grooving mekanis (TCM) |
Pembuatan grooving (macro texturing) secara manual |
Perawatan (curing) beton menggunakan burlap yang selalu dibasahi air |
Penggergajian (Saw Cutting) Sambungan
Saw milling harus dilakukan antara jam ke-4 dan jam ke-24 |
No comments:
Post a Comment