Menetapkan Jendela Sesuai Situasi Lingkungan



Rumahurban.com: Sebagai negara tropis yang lembab seperti Indonesia, bangunan rumah sangat bergantung pada keberadaan jendela. Tidak lain, demi berlangsungnya ventilasi secara alami. Namun kini, selain sebagai ventilasi udara, jendela pun bermanfaat sebagai peredam kebisingan dari luar ke dalam bangunan rumah. Plus, jendela pun mampu memberikan nilai estetika tersendiri bagi sebuah bangunan.

Untuk itulah, banyak jendela didesain sedemikian rupa untuk memenuhi sekaligus ketiga fungsi tersebut. Tidak sulit memilih tipe jendela, sebetulnya. Letak atau lingkungan sekitar dan kebutuhan sudah cukup untuk dijadikan acuan.

Menempatkan jendela pun perlu berhati-hati. Jangan sampai terlalu banyak cahaya matahari yang masuk. Akibatnya, ruangan akan terlalu terang dan panas, apalagi bagi mereka yang memilih mengaplikasikan dinding kaca sebagai pengganti jendela di ruang kerja.

Salah satu cara mencegah terlalu banyak cahaya masuk, bisa menggunakan window blind. Dengan window blind, sedikit atau banyaknya cahaya yang masuk bisa diatur. Simak beberapa panduan di bawah ini, misalnya:

Moon Gate

Jendela ini banyak terdapat di rumah-rumah berlanggam arsitektur Cina, yang kerap disebut dengan Jendela Bulan. Fungsinya sebagai penghubung visual antara dua ruangan yang dibatasinya, yaitu dijadikan sebagai pemisah antara halaman samping dan halaman utama.

Jendela Bi-fold

Dipasang di depan rumah, fungsi jendela ini sebagai pintu pembuka. Tetapi, jendela ini juga cocok dipakai di bagian samping kamar tidur atau samping rumah yang bersebelahan dengan taman atau kolam renang.

Permukaannya terbuat dari kaca, bentuknya pun menyerupai pintu yang bisa dibuka-tutup seluruhnya atau hanya sebagian. Hal yang harus diperhatikan, jendela ini sebaiknya tidak dipasang di tempat atau bagian ruang yang berpotensi terkena percikan air hujan dan sengatan langsung sinar matahari. Selain mudah berlumut, kaca ini juga gampang kotor, kesat, dan berjamur

. Double Hung Window

Biasa disebut juga jendela Atas-Bawah, karena terdiri atas dua bagian, yaitu atas dan bawah. Kedua bagian jendela ini bisa dibuka bergantian dengan menggesernya (sliding). Udara bisa masuk baik dari atas ataupun bawah, tergantung pada kebutuhan.

Jendela ini bisa dibuat menggunakan bahan dari kayu atau alumunium dan relatif bisa digunakan di semua desain bangunan rumah, baik itu klasik atau modern, baik bangunan rumah besar atau kecil.

Ayun atau Casement

Karakteristik jendela ini memiliki bukaan dan jendela yang menjorok keluar, yang bisa digunakan jika menginginkan aliran udara masuk ke dalam rumah. Biasanya, jendela ini menggunakan bahan alumunium dan kaca, yang bisa dipilih memakai dua pilihan pemasangan, yaitu jungkit dan butt. Hanya saja, penempatannya harus memperhatikan baik tidaknya sirkulasi udara dari luar Nako. Jika rumah Anda berada dekat atau bahkan di pinggir jalan raya, model jendela ini tepat dijadikan pilihan. Nako bisa mengalirkan udara ke dalam ruang tanpa membawa debu atau polusi dari luar rumah.

Memang, desain nako dari zaman dulu sampai sekarang tidak berkembang, alhasil terkesan ketinggalan zaman. Padahal ditinjau dari fungsinya, nako mampu memenuhi dua fungsi sekaligus, yakni sebagai ventilasi udara dan cahaya. Dengan nako, udara dapat masuk lebih leluasa, karena arah dan kecepatan angin bisa diatur sesuai kebutuhan.

Hopper

Mempunyai karakter bukaan yang membuat udara mengalir ke atas. Untuk menggunakannya di rumah, pastikan posisi jendela agak rendah dari dinding. Cirinya, engsel jendela ini terbalik, yakni di bawah dan biasanya digunakan oleh negeri empat musim untuk jendela ruang bawah tanah dan kerap disebut fixed pane window. Tetapi, di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, jendela ini juga bisa digunakan di perkantoran atau ruangan ber-AC lainnya. Tidak dapat dibuka lebar, namun jendela ini mampu untuk membung asap rokok keluar ruangan. Namun demikian, muncul indikasi bahwa jendela jalusi mampu meminimalkan intrusi kebisingan sedikit lebih baik dibandingkan dua model jendela yang lain.

Sumber : http://rumahurban.com

Pentingnya menata pencahayaan buatan (lampu) untuk kesan ruang

Mata dan pikiran kita merespon secara emosional untuk kehadiran cahaya dan menikmati secara intuitif perbedaan jenis atmosfer siang hari atau pencahayaan buatan pada malam hari yang diciptakan oleh kehadiran cahaya buatan atau lampu. Jadi, di rumah, atau di manapun juga, suasana pencahayaan tidak boleh dianggap enteng pengaruhnya. Seperti suasana resort atau hotel, biasanya suasana visual dan dampak cahaya dapat direncanakan hingga ke detailnya. Sebuah tata cahaya yang baik – apakah itu dirancang untuk membantu kita menikmati ruangan, atau ruang luar, memberikan petunjuk atau arah, dan sebagainya - memainkan peran penting dalam membentuk cara kita menilai pengalaman dalam ruangan, bahkan hingga tingkat bawah sadar.
Merencanakan cahaya dalam ruangan, berarti juga harus memperhatikan unsur bayangan, yaitu bagian yang tidak terkena sinar lampu namun hanya pendarannya saja. Penerimaan permukaan benda tergantung pada besar kecilnya daya pancar dari lampu tersebut. Penting untuk diperhatikan, adalah kualitas emosional
pencahayaan; cahaya perlu diatur untuk mencapai sebuah suasana tertentu.
Suasana tersebut, misalnya suasana ‘romantis’, atau ‘terang’, atau ‘cozy’. Pikirkan suasana apa yang bisa didapat dari jenis-jenis lampu tertentu.
■ Dalam desain pencahayaan, kualitas emosional yang didapat harus diperhatikan lebih dahulu.
■ Lighting desainer adalah spesialis dalam pencahayaan ruangan dan estetika pencahayaan untuk mendapatkan karya desain interior yang sekreatif mungkin. Interior designer mungkin juga memiliki banyak referensi dan inovasi baru untuk pencahayaan.
Bagian rumah yang paling banyak digunakan adalah kamar terutama di malam hari, setelah itu baru ruang keluarga, ruang makan, ruang dapur, kamar mandi dan ruang tamu. Sedangkan untuk pencahayaan yang harus selalu ada misalnya di area teras, balkon dan disekitar pintu dan jendela. Lighting desain untuk ruang seperti kamar tidur harus diarahkan terutama untuk kebutuhan suasana dan kenyamanan, yang dalam pencahayaan istilah berarti luminair. Secara individual diaktifkan dan diatur untuk memenuhi berbagai
kebutuhan ruang dimana tiap ruang berbeda.
Penataan cahaya dapat lebih lanjut ditekankan untuk memperoleh suanana pencahayaan terbaik dan menonjolkan cahaya tersebut pada tempat-tempat yang tepat, misalnya pada hiasan dinding, galeri lukisan, meja kerja, dan sebagainya. Untuk meningkatkan kesan keseluruhan ruangan, kualitas desain harus menjadi
prioritas ketika memilih jenis lampu, baik itu lampu tempel, lampu gantung, chandelier, ataupun lampu pendar. Sebaiknya kita bisa memilih dan mengatur tingkat kecerahan dan penyebaran cahayanya dalam ruangan sesuai dengan suasana hati, misalnya dengan memilih jenis lampu yang bisa diatur arahnya, terang gelapnya dan intensitas cahayanya.

Sumber :
astudioarchitect.com

Menata hiasan dinding di ruang-ruang rumah


Domino Mag 9/08Saat mengatur hiasan dinding, keseimbangan dan skala adalah hal yang sangat penting. Hiasan dinding bisa berupa lukisan, kerajinan, kain dari daerah tradisional Indonesia yang bernilai tinggi, dan sebagainya. Hiasan dinding yang paling dikenal adalah lukisan. Bagaimana cara mengatur hiasan dinding agar menarik?
When setting decoration for a wall, balance and scale is very important. Wall decoration can be a painting, crafts, high valued fabrics from Indonesia’s traditional areas, and so on. Wall decoration that is best known is painting. How arrange wall decoration to be interesting?
Lukisan besar cukup menyita perhatian dan mungkin bisa menjadi pusat perhatian didalam ruangan, seperti ruang tamu.  Berapa besar pajangan atau hiasan dinding tergantung pada besar ruangan Anda, cobalah untuk berada dalam ruangan yang akan diberi hiasan dinding dan tempatkan dimana mata merasa nyaman untuk melihat hiasan dinding, baik dengan duduk atau berdiri, kemungkinan besar disitulah letak yang terbaik. Hati-hati untuk tidak menggantung lukisan itu diatas sofa dan kursi yang tidak terpasang dengan paku yang baik karena bisa jatuh.
Menata komposisi hiasan dinding
Aus Home Beautiful June 08.jpg
Hiasan dinding yang bentuknya cenderung vertikal (tinggi) akan membuat ruangan tampak lebih tinggi, dan hiasan horisontal akan membuat ruangan tampak lebih luas. Bila Anda bisa bekerja dengan software komputer atau membuat sketsa rencana akan lebih baik, dan akan lebih baik lagi menggunakan jasa interior designer. Berbagai ukuran gambar bisa dikira-kira dahulu melalui untuk menemukan besar dan jenis pajangan terbaik di dinding ruang dan serasi dengan benda lainnya dalam ruangan.
Domino Mag 9/08
A painting that is big should draw attention and may be the center of attention in the room, for instance living room. How big is the wall hanging display depends on your room size, try to be inside the room where the wall hangings should be placed and where exactly our eyes feel comfortable to see the wall hanging, either by sitting or standing, chances are that is where the best location. Be careful to not hang the painting above the sofa and chairs may not be attached well with nails because it can fall.
Setting composition of wall decoration
Wall decoration that is likely to be vertically (high) will make the room look taller, and the horizontal ornament will make the room look more spacious. If you can work with computer software or make a sketch plan, it will be better, and would be even better to use interior design services. Various image size can be estimated first to find the size and kind of best displays on the walls to be in harmony with other objects in the room.
Untuk jumlah pajangan yang banyak, seperti di kafe-kafe yang biasa memajang banyak lukisan, poster atau foto-foto, bisa juga dipakai sebagai pengisi dinding yang menarik. Ukuran frame atau obyek yang besar di tengah sekelompok pajangan yang kecil-kecil bisa memberikan kesan point of interest (yang paling menarik).
Berbagai warna berbeda dari pajangan-pajangan dinding akan bekerja sama dengan baik jika mereka berbagi utama warna: misalnya semua frame dibuat dengan warna coklat, atau putih, atau emas. Perbedaan bentuk, ukuran dan warna terkadang akan membuat ruangan lebih menarik dan tidak monoton
To display the lot number of hanging, such as in cafes that are used to hang many paintings, posters or photographs, can also be used as an attractive wall filler. Large Frame size or a large object in the middle of a group of small frames should be the point of interest (most attractive).
Various different colors from wall hangings will work well together if they share the primary colors: for example, all frames are made with the color brown, or white, or gold. The difference in shape, size and color will sometimes make a room more interesting and less monotonous

Sumber  : http://probohindarto.wordpress.com

TUJUAN PENGUJIAN PDA TEST

Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving Analyzer ( PDA ) adalah untuk mendapatkan data tentang :
1. Daya dukung aksial tiang.
2. Keutuhan / integritas tiang.
3. Efisiensi enerji yang ditransfer.




Jenis fondasi tiang yang dapat diuji dengan ‘PDA’ tidak terbatas pada tiang pancang saja. ‘PDA’ juga dapat digunakan untuk tiang yang dicor di tempat seperti tiang bor, tiang franki dan jenis fondasi tiang lainnya.
1. Daya Dukung Aksial Tiang
Penentuan daya dukung aksial tiang didasarkan pada karakteristik dari pantulan gelombang yang diberikan oleh reaksi tanah ( lengketan dan tahanan ujung ).
Korelasi yang baik antara daya dukung tiang yang diberikan dari hasil ‘PDA’ dengan cara statis yang konvensional telah diakui, yang membawa pada pengakuan ‘PDA’ sebagai metode yang sah dalam ASTM D-4945-1996.
Meski demikian, harus dicatat korelasi yang ditujukan dalam grafik didasar-kan pada hasil pengujian jika daya dukung batas ( ultimate ) dicapai baik dengan ‘PDA’ maupun dengan pengujian statis yang konvensional.

Keutuhan Tiang
Kerusakan pada fondasi tiang dapat terjadi karena beberapa hal antara lain pada saat pengangkatan tiang atau selama pemancangan tiang. Untuk tiang bor, pengecilan penampang dan longsornya tanah adalah kerusakan yang paling umum dijumpai. Kerusakan ini dapat dideteksi dengan ‘PDA’.
Berdasarkan ‘F’ ( gaya ) dan ‘V’ ( kecepatan ) yang terekam dari gelombang selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari kerusakan dapat dideteksi dan luas penampang sisa dari tiang dapat diperkirakan.
Jika hanya keutuhan tiang saja yang dibutuhkan, sebuah sub-sistem dari ‘PDA’ yang disebut ‘ Pile Integrity Tester ‘ lebih ekonomis untuk digunakan dari pada ‘PDA’.
 
Efisiensi Palu Pancang
‘PDA’ mengukur enerji pemancangan actual yang ditranfer selama pengujian. Karena berat palu pancang dan tinggi jatuh palu pancang dapat diketahui, maka efisiensi enerji yang ditransfer dapat dihitung.

PERALATAN PDA TEST
Peralatan untuk pengujian ‘PDA’ terdiri dari :
1. Pile Driving Analyzer ( PDA ),
2. Dua (2) strain transducer.
3. Dua (2) accelerometer
4. Kabel Penghubung.






Peralatan dapat dimasukkan dalam kotak perjalanan yang cukup kuat. Setiap set ‘PDA’ dan perlengkapannya membutuhkan satu atau dua kotak yaitu berukuran sekitar 600 mm x 500 mm x 400 mm: dengan berat sekitar 30 kg.

PROSEDUR PENGUJIAN PDA TEST
Pengujian dinamis tiang didasarkan pada analisis gelombang satu dimensi yang terjadi ketika tiang dipukul oleh palu.

Regangan dan percepatan selama pemancangan diukur menggunakan strain transducer dan accelerometer. Dua buah strain transducer dan dua buah accelerometer dipasang pada bagian atas dari tiang yang diuji ( kira-kira 1,5- x diameter dari kepala tiang ).
Pemasangan kedua instrument pada setiap pengukuran dimaksudkan untuk menjamin hasil rekaman yang baik dan pengukuran tambahan jika salah satu instrument tidak bekerja dengan baik.
Pengukuran direkam oleh ‘PDA’ dan dianalisis dengan ‘ Case Method’ yang sudah umum dikenal, berdasarkan teori gelombang satu dimensi. Latar belakang teoristis pengujian dinamis tiang dapat dibaca pada lampiran A.
 
Pemasangan Instrumen
Pengujian dinamis dilaksanakan untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang.
Karena itu, pemasangan instrument dilakukan sedemikian rupa sehingga pengaruh lentur selama pengujian dapat dihilangkan sebanyak mungkin.
Untuk itu harus dilakukan adalah :
1. Strain transducer harus dipasang pada garis netral dan accelerometer pada lokasi berlawanan secara diametral.
2. Posisi dari palu pancang harus tegak lurus terhadap garis strain transducer.
 
Persiapan Pengujian PDA TEST
Persiapan pengujian terdiri dari :
1. Penggalian tanah permukaan sekeliling kepala tiang, apabila kepala tiang
sama rata permukaan tanah.
2. Pengeboran lubang kecil pada tiang untuk pemasangan strain transducer dan accelerometer.
3. Pemasangan instrument.
 
Informasi yang diperlukan dalam PDA test.
1. Gambar yang menunjukan lokasi dan identifikasi tiang.
2. Tanggal pemancangan.
3. Panjang tiang dan luas penampang tiang.
4. Panjang tiang tertanam.
 
pedoman pengujian
Pengujian ‘PDA’ dilaksanakan berdasarkan prosedur yang tercantum dalam ASTMD-4945-1996.
 
Waktu Pengujian PDA test
Pengujian ‘PDA’ dapat dilakukan selama pemancangan untuk memonitori perkembangan daya dukung tiang sejalan dengan tiang masuk makin dalam, kenerja dari sistem pemancangan atau memonitor tegangan pada saat pemancangan yang ekstrim.
Tetapi umumnya ‘PDA’ digunakan untuk menentukan daya dukung jangka panjang tiang fondasi. Untuk tujuan ini, pengujian ‘PDA’ sebaiknya dilakukan beberapa hari setelah pemancangan, setelah gaya lengketan tanah mulai bekerja.

Sumber : http://sci-geoteknik.blogspot.com

STATIKA & MEKANIKA BAHAN

Ketentuan Statis
Suatu konstruksi rangka batang menjadi statis tertentu jika kita dapat menentukan reaksi tumpuan dan gaya batang masing-masing dengan syarat keseimbangan :

m + r = 2n ………………………………………………. statis tertentu
m + r > 2n ………………………………………………. stati tak tentu
Dimana :
m = Jumlah member
r = Jumlah reaksi
n = Jumlah nodal
Kestabilan Konstruksi Rangka Batang
Ketentuan rumus (A) hanya menentukan, bahwa suatu konstruksi rangka batangmenjadi statis tertentu, akan tetapi buka agar konstruksi menjadi stabil atau tidak.
m + r < 2n ………………………………………………. tidak stabil
m + r <= 2n ……………………………………….…….. tidak stabil bila reaksi searah atau pararel atau terjadi mekanisme keruntuhan (collapsible)
Kestabilan Konstruksi Rangka Batang
Dalam hal ini kestabilan ditentukan oleh :

Externally Stability : Suatu konstruksi rangka batang tidak stabil luar (externally unstability) jika reaksi searah atau paralel.

Internal Stability : Kemungkinan ditentukan oleh adanya perubahan pada rangka batang.

Derajad Kebebasan
Derajad kebebasan pada suatu struktur dapat ditentukan melalui komponen struktur yang memungkinkan untuk berdisplesmen termasuk nodal serta beberapa kondisi perletakkkan seperti yang disyaratkan.
Bentuk Pada Konstruksi Rangka Batang

Jembatan : jalan raya, kereta api, penyeberangan jalan kaki, irigasi, pipa gas, dll.
Gading-gading Kap : pabrik, workshop, gudang.
Tower / Menara

DOWNLOAD BELAJAR STATIKA MEKANIKA BAHAN. GAMBAR BIDANG M,D,N

Klik : Download

Sumber : http://sci-geoteknik.blogspot.com/

Stabilisasi Dangkal Tanah Lunak Untuk Konstruksi Timbunan Jalan (Dengan Semen dan Cerucuk)

Stabilisasi tanah dengan menggunakan semen pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1935 dan sejak itu penggunaannya berkembang cukup pesat. Pondasi bangunan untuk rumah dan bangunan pabrik di Amerika dan Afrika Selatan hingga tahun 1949 yang didirikan diatas tanah dengan kondisinya kurang baik, banyak menggunakan cara-cara stabilisasi dangkal memakai semen.
Selama Perang Dunia, beberapa Negara menggunakan stabilisasi tanah dengan semen untuk konstruksi lapangan terbang. Pasca-Perang Dunia II penggunaan stabilisasi dangkal berkembang tidak terbatas untuk bangunan tempat tinggal atau bangunan pabrik akan tetapi juga di pakai untuk stabilisasi tanah dasar pada bangunan jalan-jalan lingkungan perumahan serta fondasi bawah (sub base) jalan raya. Untuk keperluan dinding saluran samping, kanal dan reservoir khususnya di  lingkungan perkebunan di Amerika pada saat itu stabilisasi tanahnya menggunakan semen cair atau biasa disebut dengan stabilisasi semen plastis yang berupa mortar.
Adapun stabilisasi tanah dengan menggunakan tiang kayu telah dilakukan sejak dulu oleh masyarakat kita di pedalaman akan tetapi masih terbatas hanya untuk menopang bangunan rumah yang sederhana. Pada abad ke-19, pemanfaatan tiang kayu ataupun tiang dengan bahan material lainnya sebagai konstruksi cerucuk semakin berkembang tidak terbatas hanya untuk bangunan rumah sederhana saja, akan tetapi untuk bangunan lainnya seperti :
jembatan, bangunan, bendung dan lain-lain.
Dari segi kinerja, stabilisasi dangkal dapat mengurangi penurunan total dan perbedaan penurunan, deformasi lateral, serta meningkatkan stabilitas fondasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Tanah lunak di Indonesia bervariasi mulai dari tanah inorganik, organik sampai gambut, sehingga masing-masing tipe tanah memiliki karakteristik yang berbeda sehingga efektifitas stabilisasi dangkal pun akan berbeda pula. Material pencampur yang digunakan untuk menstabilisasi lapisan permukaan akan berbeda pula untuk tiap jenis tanah. Stabilisasi dangkal, baik stabilisasi dengan menggunakan bahan semen atau kapur maupun menggunakan tiang cerucuk telah banyak diterapkan hampir di seluruh daerah di Indonesia seperti di Sumatra, Kalimantan dan Papua.
Penggunaan stabilisasi dangkal ini terutama untuk keperluan konstruksi jalan raya pada daerah yang miskin material agregat atau pada daerah tanah lunak. Stabilisasi tanah lunak dengan semen atau kapur dilakukan dalam peningkatan jalan-jalan pada daerah tanah lunak dengan kedalaman yang relatif tidak dalam, sedangkan stabilisasi pada tanah lunak dengan cerucuk untuk jalan yang melalui daerah berawa atau tanah lunak yang relatif agak dalam.
Dalam penerapan metode perbaikan tanah lunak dengan cara meningkatkan kekuatannya, teknik stabilisasi dangkal merupakan langkah pertama sebagai pendekatan yang layak dalam suatu proyek. Salah satu faktor yang sangat penting dalam penentuan ini adalah riwayat tegangan tanah, misalnya apabila tanah telah mengalami pra kompresi lebih dahulu sehingga tanah masih dalam kondisi/keadaan konsolidasi berlebih maka penggunaan stabilisasi dangkal kemungkinan tidak diperlukan.
Petunjuk mengenai prinsip-prinsip penggunaan stabilisasi dangkal dengan semen atau cerucuk dalam pembuatan konstruksi timbunan untuk jalan terdapat pada Pd T-11-2005-B. 
Silahkan diunduh Download Link 1 atau yang Download Link 2.

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam


image001Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser (shear test). Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang uji tarik dan sifat-sifat mekanik logam yang didapatkan dari interpretasi hasil uji tarik.
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain adalah Shimadzu, Instron dan Dartec.

1. Mengapa melakukan Uji Tarik?
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini  menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut.
image004
Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan  ini umumnya disebut “Ultimate Tensile Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.

Hukum Hooke
(Hooke’s Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress:  σ = F/A           F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain:  ε  = ΔL/L        ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E = σ / ε
Untuk memudahkan pembahasan, Gbr.1 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs strain). Selanjutnya  kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik.  E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama  “Modulus Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
image006
Gbr.2 Kurva tegangan-regangan
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti pada Gbr.3 berikut.
image008
Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).
image010
Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.



2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam

Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi seperti pada Gbr.5.
image012
Gbr.5 Profil data hasil uji tarik
Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman pada hasil uji tarik seperti pada Gbr.5. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.

Batas elastisσE ( elastic limit)
Dalam Gbr.5 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol” pada titik O (lihat inset dalam Gbr.5). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini. [1]
Batas proporsional σp (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.

Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5 yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh εy (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis εe (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis εp (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.

Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, εT = εep. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.6).
image014
Gbr.6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.

3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan regangan sejati ini dapat dilihat pada Gbr.7.
image016
Gbr.7 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya
Referensi:
  1. Material Testing (Zairyou Shiken). Hajime Shudo. Uchidarokakuho, 1983.
  2. Material Science and Engineering: An Introduction. William D. Callister Jr. John Wiley&Sons, 2004.
  3. Strength of Materials. William Nash. Schaum’s Outlines, 1998.
Versi PDF yang lengkap dapat didownload di sini : Mengenal uji tarik

Analisa Break Even Point

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur.

Teknik analisis untuk mempelajari hubungan:

  • Biaya tetap (Fix Cost)
  • Biaya tidak tetap (Variable Cost)
  • Pendapatan (Revenue)
Breakeven => Penjualan = Biaya Total




Komponen Biaya Pada Industri Barang / Jasa
  • Biaya Tetap (Fix Cost)
  • Biaya overhead kantor
  • Biaya rutin, pajak, dll
  • Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
  • Biaya Produksi
  • Biaya tak terduga lainnya

Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi


Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi







BEP Pada Industri Barang / Jasa
Harga Jual : Rp. x / unit
Biaya Produksi : Rp. y / unit
Biaya Tetap : Rp. z / unit
Misal S = jumlah unit terjual dalam 1 tahun
S =      z___
       ( x - y)


Contoh soal 1 (Industri barang)
Misal suatu perusahaan yang memproduksi televisi, mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai berikut:
Biaya tetap perusahaan, pertahun Rp. 1.000.000.000,-
Biaya Produksi, untuk tiap unit televisi Rp. 500.000,-
Harga Jual, untuk tiap unit televisi Rp. 1.000.000,-
Misal x unit utk mencapai breakeven
1.000.000 (x) = 1.000.000.000 + 500.000 (x)
500.000 (x) = 1.000.000.000,-
x = 2000
Berarti perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual sebanyak 2000 unit televisi




Contoh soal 2 (Industri jasa)
Suatu perusahaan jasa perhotelan mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai berikut:
Biaya tetap, per tahun Rp. 2.000.000.000,-
Biaya pelayanan,perkamar, perhari Rp. 50.000,-
Harga jual, perkamar, perhari Rp. 200.000,-

200.000 (x) = (2.000.000.000/365) + 50.000 (x)
150.000 (x) = 2.000.000.000/365
X = + 37 kamar





Komponen Biaya Pada Industri Konstruksi

Biaya Modal (Capital Cost)

Biaya Langsung

Biaya bahan/material
Biaya upah tenaga
Biaya alat
Biaya subkontraktor
Biaya Overhead selama proyek berjalan

Biaya Tidak Langsung

Biaya overhead kantor (gaji karyawan, dsb) 
•Biaya Teknik (engineering cost) 
•Bunga 
•Biaya tak terduga (contingencies)


Biaya Tahunan (Annual Cost)

Biaya Pemeliharaan
Bunga
Depresiasi
BEP Pada Industri Konstruksi

BEP tidak dapat dihitung seperti pada industri barang dan tidak dapat terdeteksi dengan jelas.
Hal ini karena kegiatan jasa konstruksi memiliki ciri tersendiri yaitu:
  • Produknya tidak standar
  • Harga jual tidak standar
  • Waktu produksinya tidak standar
  • Lokasinya berpindah-pindah
  • Resiko satu proyek dengan yang lainnya berbeda-beda



Perencanaan Pelat Beton 1 (satu) Arah (SNI-03-2847-2002)

Perencanaan Pelat Beton 1 (satu) Arah, harus memperhatikan beban dan ukuran pelat serta jenis tumpuan tepi yang digunakan.

  1. Bila pelat dapat berputar (berotasi) bebas pada tumpuan, maka pelat dikatakan bertumpu bebas
  2. Bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir, maka pelat itu dikatakan terjepit penuh
  3. Bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah rotasi sama sekali, maka pelat itu terjepit sebagian (terjepit elastis)
Menurut bentuk geometri dan arah tulangan cara analisis pelat dibagi menjadi dua yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah. Pada Bab ini kita akan membahas pelat 1 arah.

Pada Gambar di bawah ini disajikan contoh gambar dari pelat satu arah satu bentang dan pelat dua bentang/ menerus.



Analisis momen lentur pada pelat satu arah sebenarnya dapat dianggap sebagai gelegar diatas banyak tumpuan.

Selain itu pada SNI-03-2847-2002 mengijinkan untuk menentukan momen lentur dengan menggunakan koefisien momen, asalkan dipenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini
  1. Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang terpanjang dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum 20%.
  2. Beban hidup harus < 3 kali beban mati
  3. Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :
- Untuk momen lapangan, L = bentang bersih diantara tumpuan.
- Untuk momen tumpuan, L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri dan kanan tumpuan.




Gambar 1. Koefisien momen pelat satu arah

Untuk dapat lebih memahami analisis perhitungan pelat satu arah, dibawah ini diberikan langkah-langkah perhitungan pelat satu arah sebagai berikut:

1. Tentukan tebal pelat, dengan syarat batas lendutan (Tabel 1.4).
2. Hitung beban-beban : beban mati, beban hidup dan beban berfaktor
3. Hitung momen akibat beban berfaktor (Tabel 2.1).
   ρ min < ρ < ρ mak
4. Tentukan diameter dan jarak tulangan, dengan memperhatikan lebar retak:





Untuk lebih jelas masalah perencanaan pelat lantai satu arah, silahkan lihat contoh soal perencanaan pelat lantai satu arah dibawah ini

Contoh :

Diketahui pelat lantai seperti pada gambar dibawah ditumpu bebas pada tembok bata, menahan beban hidup 150 kg/m2dan finishing penutup pelat (tegel,spesi,pasir urug) sebesar 120 kg/m2. Pelat ini terletak dalam lingkungan kering. Mutu beton fc’ = 20 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa (Polos).



Ditanyakan : Tebal Pelat dan Penulangan yang diperlukan.

Penyelesaian:

1. Tentukan tebal pelat (berkenaan syarat lendutan).

Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan pelat ditumpu bebas pada dua tepi adalah :

hmin =
Tebal pelat ditentukan h = 0,14 m (= 140 mm).

2. Penghitungan Beban-Beban yang terjadi.
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
qd akibat berat sendiri = 0,14 x 2,40 = 0,336 t/m2
qd dari finishing penutup lantai = 0,120 t/m2

Total beban mati qd = 0,456 t/m2
Beban hidup q1 = 0,150 t/m2

Beban berfaktor qu = 1,2 x 0,0,456 + 1,6 x 0,150
                            = 0,7872 t/m2

3. Penghitungan Momen-Momen yang terjadi

Dengan menggunakan koefisien momen, didapat :
Pada lapangan, Mu = 1/8 qu L2 = 1/8 x 0,7872 x 3,62
                            = 1,2753 tm

Pada tumpuan (memperhitungkan jepit tak terduga)
Mu = 1/24 qu L2 = 1/24 x 0,7872 x 3,62
      = 0,4251 tm

4. Penghitugnan Tulangan

Tebal pelat h = 140 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter tulangan f p = 10 mm

Tinggi efektif d = h – p – ½ f p








b. Tulangan Tumpuan


c. Tulangan Pembagi


5.Gambar Sketsa Penulangan



Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi buat rekan-rekan.
Sumber : http://newkidjoy.blogspot.com

Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung

Untuk Mendesain sebuah gedung / bangunan tentunya salah satu yang harus kita perhitungkan adalah beban yang berkerja pada konstruksi gedung tersebut. Dengan mengetahui berapa besar beban yang berkerja pada suatu konstruksi maka kita akan dapat merancang kekuatan sebuah gedung sesuai dengan spesifikasi kekuatan yang akan kita desain berdasarkan kebutuhannya. Untuk itu maka dikeluarkanlah peraturan pembebanan gedung indonesia yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan SNI yang berlaku. Peraturan pembebanan Gedung Indonesia ini diterbitkan guna mempermudah dalam perencanaan. Peraturan Pembebanan Gedung indonesia ini juga membantu kita dengan mempermudah kita dalam menentukan besarnya beban yang berkerja. Peraturan Pembebanan Gedung Indonesia tentunya menjamin kesesuaian beban dengan ketelitian yang baik karena Peraturan Pembebanan Gedung Indonesia yang diterbitkan oleh pemerintah sudah melewati beberapa pengujian, penelitian, perhitungan, serta pendalaman yang teliti oleh para ahli, sehingga dengan mengacu pada Peraturan Pembebanan Gedung Indonesia Ini akan memberikan perhitungan beban yang aman bagi struktur bangunan kita.

Peraturan Pembebanan Gedung Indonesia sebenarnya sudah terdapat pada SNI Perencanaan bangunan gedung Beton Bertulang, SNI Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, Bahkan Peraturan Pembebanan Gedung Indonesia yang banyak dijual di toko-toko buku.

Dalam artikel ini saya akan memberikan rangkuman yang ada didalam peraturan pembebanan gedung di Indonesia yang umum / sering digunakan dalam perencanaan gedung.


Kombinasi Pembebanan :

- Pembebanan Tetap         : M + H

- Pembebanan Sementara  : M + H + A


                                      : M + H + G


- Pembebanan Khusus      : M + H + G

                                      : M + H + A + K


                                      : M + H + G + K


dengan,

M = Beban Mati, DL (Dead Load)

H = Beban Hidup, LL (Live Load)

A = Beban Angin, WL (Wind Load)

G = Beban Hidup, E (Earthquake)

K = Beban Khusus


Beban   Khusus,   beban   akibat   selisih   suhu,   pengangkatan   dan   pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya rem dari keran, gaya sentrifugal, getaran mesin.


Perencanaan komponen struktural gedung direncanakan dengan kekuatan batas (ULS), maka beban tersebut perlu dikalikan dengan faktor beban.


Kombinasi pembebanan dengan Faktor Beban yang dipakai adalah yang biasanya digunakan untuk bangunan tembokan sebagai berikut:

1.U = 1.4 DL
2. U = 1.4 DL + 1.6 LL
3. U = 1.4 DL + 1.6 LL + 1.4 (1.0 EQX + 0.3 EQY + 0.67 EQZ)
4. U = 1.4 DL + 1.6 LL + 1.4 (0.3 EQX + 1.0 EQY + 0.67 EQZ)
5. U = 0.9 DL + 1.4 (1.0 EQX + 0.3 EQY + 0.67 EQZ)
6. U = 0.9 DL + 1.4 (0.3 EQX + 1.0 EQY + 0.67 EQZ)
7. U = 1.2 DL + 1.2 LL ± 1.2 WA
8. U = 1.2 DL + 1.2 LL ± 1.2 WB

Dimana:
U = Beban ultimate
DL = Beban mati
LL = Beban hidup
EQ = Beban gempa
W = Beban angin

 Pada   peninjauan   beban   kerja   pada   tanah   dan   pondasi,   perhitungan   Daya   Dukung   Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan (lihat tabel).
Jenis Tanah Pondasi Pembebanan Tetap DDT izin (kg/cm2) Pembebanan Sementara kenaikan DDT izin (%)
Keras ≥ 5,0 50
Sedang 2,0 – 5,0 30
Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30
Sangat Lunak 0,0 - 0,5 0
Note : 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2)

Faktor keamanan (SF ≥ 1,5) tinjauan terhadap guling, gelincir dll. Beban Mati, berat sendiri bahan bangunan komponen gedung.



BAHAN BANGUNAN.
Baja          : 7.850 kg/m3


Batu Alam : 2.600 kg/m3

Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) : 1.500 kg/m3

Batu karang (berat tumpuk)  : 700 kg/m3

Batu pecah : 1.450 kg/m3

Besi tuang  : 7.250 kg/m3
Beton (1)    : 2.200 kg/m3


Beton bertulang (2)  : 2.400 kg/m3

Kayu (Kelas I) (3)     : 1.000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak)  : 1.650 kg/m3


Pasangan bata merah  : 1.700 kg/m3

Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung : 2.200 kg/m3

Pasangan batu cetak    : 2.200 kg/m3

Pasangan batu karang  : 1.450 kg/m3


Pasir (kering udara sampai lembap) : 1.600 kg/m3

Pasir (jenuh air)             : 1.800 kg/m3

Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) : 1.850 kg/m3


Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) : 1.700 kg/m3

Tanah, lempung dan lanau (basah) : 2.000 kg/m3

Tanah hitam                  : 11.400 kg/m3


KOMPONEN GEDUNG
Adukan, per cm tebal :

- dari semen : 21 kg/m2

- dari kapur, semen merah atau tras : 17 kg/m2

Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan,  per cm tebal : 14 kg/m2


Dinding Pas. Bata merah :

- satu batu         : 450 kg/m2

- setengah batu : 250 kg/m2

Dinding pasangan batako :


Berlubang :

- tebal dinding 20 cm (HB 20)  : 200 kg/m2

- tebal dinding 10 cm (HB 10)  : 120 kg/m2

Tanpa lubang

-  tebal dinding 15 cm  : 300 kg/m2


-  tebal dinding 10 cm  : 200 kg/m2



Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :

- semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 4 mm : 11 kg/m2

- kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2


Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan bentang maksimum 5m : 40 kg/m2,

dan untuk beban hidup maksimum : 200 kg/m2

Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 7 kg/m5m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m

Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m50 kg/m2


Bidang atap

Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2      : 40 kg/m2

Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng  : 10 kg/m2

Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, 24 kg/mtanpa adukan, per cm tebal


Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) : 11 kg/m2

Catatan :

(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi

(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.

(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.




Beban Hidup pada lantai gedung, sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan

kegunaan dan juga dinding pemisah ringan (q ≤ 100 kg/m'). Beban berat dari lemari arsip, alat dan mesin harus ditentukan tersendiri.


Tabel Beban Hidup pada Lantai Gedung.

a Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2
b Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel. 125 kg/m2
c Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit. 250 kg/m2
d Lantai ruang olah raga 400 kg/m2
e Lantai ruang dansa 500 kg/m2
f Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton 400 kg/m2
g Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton yang berdiri. 500 kg/m2
h Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m2
i Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g. 500 kg/m2
j Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2
k Lantai untuk:  pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum 400 kg/m2
l Lantai gedung parkir bertingkat:


- untuk lantai bawah 800 kg/m2

- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum 300 kg/m2


Beban Hidup pada atap gedung, yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar.
Atap dan/atau bagian atap yang  tidak dapat dicapai  dan dibebani oleh orang, harus diambil yang menentukan (terbesar) dari:
  • Beban terbagi rata air hujan, Wah = 40 - 0,8 α
  • dengan α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan).Wah  = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2).
  • Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
Balok   tepi   atau   gordeng   tepi   dari   atap   yang   tidak   cukup   ditunjang   oleh   dinding   atauvpenunjang   lainnya   dan   pada   kantilever   harus   ditinjau   kemungkinan   adanya   beban   hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.

Beban Hidup  Horizontal perlu ditinjau akibat gaya desak orang yang nilainya berkisar 5% s/d 10% dari beban hidup vertikal (gravitasi).


Reduksi Beban Hidup  pada perencanaan  balok induk dan portal (beban vertikal/gravitasi), untuk   memperhitungkan  peluang   terjadinya  nilai   beban   hidup   yang   berubah-ubah,   beban hidup merata tersebut dapat dikalikan dengan koefisien reduksi.

Pada perhitungan gempa beban hidup yang berkerja pada lantai dapat direduksi hingga 30%

Sumber : Berbagai Sumber

Definisi Pelat Satu Arah dan Pelat Dua Arah

Sistem perencanaan tulangan Pelat Beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :

  1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat satu arah/ one way slab)
  2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/two way slab)
Apabila Lx >= 0,4  Ly seperti gambar dibawah , pelat dianggap sebagai menumpu pada balok B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang timbul.




Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di atas pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.

1) Penulangan pelat satu arah
a) Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja.Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.
Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti terlihat pada gambar di bawah).
Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.
 
Gambar di atas adalah pelat dengan tulangan pokok 1 arah
b) Simbol gambar penulangan.Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak depan (gambar (a)), maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika dilihat pada gambar Tampak Atas (gambar (a)), pada garis tersebut hanya tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan simbol-simbol sbb :
 
2) Penulangan pelat 2 arah
a) Konstruksi pelat 2 arah.Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar.
Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus(bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan lagi. Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx), tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar ) dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1)
Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah.
Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan bagi.
 
pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni
Sumber : http://kampuzsipil.blogspot.com

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 Download

Sepertinya banyak permintaan mengenai Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, sehingga saya pikir dengan adanya postingan ini akan bisa membantu. Bagi yang ingin mendownload, saya sudah menyediakan link download nya di kolom DOWNLOAD FILE  di sebelah kiri atau langsung klik di sini untuk download melalui ziddu, dan  klik di sini untuk download melalui halaman scribd.

Untuk diketahui MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) 1997 adalah buku manual/panduan (yang disertai piranti lunaknya, KAJI) yang digunakan untuk menghitung kapasitas dan perilaku lalulintas di segmen-segmen jalan (mikro) di Indonesia, sehingga tidak dapat digunakan untuk melihat atau menganalisis kinerja jaringan jalan secara makro. Analisis kinerja jaringan jalan membutuhkan software pemodelan, bukan software seperti KAJI. Di Amerika Serikat, MKJInya bernama AHCM (American Highway Capacity Manual).

Penggunaan MKJI 1997 biasanya digunakan untuk melihat kinerja simpang (bersinyal dan tidak bersinyal), kinerja ruas jalan, jalinan, dll yang terisolasi(isolated), jadi sifatnya tertutup pada sebuah segmen.

Sumber :  RizkiBeo the Transporter

Cara Cepat Menganalisa Harga Bangunan

Bagaimana Cara Cepat Menganalisa Harga Bangunan?? Sebelum memulai renovasi/membangun rumah/ruko/dll, harus dipersiapkan RAB /rencana anggaran biayanya. Bagaimana cara menghitung biaya renovasi rumah atau pembangunan rumah? Berikut beberapa tipsnya.
BIAYA MEMBANGUN DARI AWAL

Biaya permeter saat ini untuk membangun bangunan dari tanah kosong adalah berkisar Rp. 2,5jt – Rp. 3jt/m2. Maka menghitung biayanya adalah dengan mengkalikan luas bangunan dengan nilai permeter.

LUAS BANGUNAN X Rp. 2,5jt = TOTAL BIAYA BANGUNAN

Jika rumah bertingkat, maka total luas bangunan yang digunakan adalah keseluruhan lantai (bawah+atas) baru kemudian dikalikan dengan biaya pembangunan permeter.

Jika rumah menggunakan standar bahan bangunan yang lebih sederhana seperti untuk kost atau kontrakan, maka harga nya bisa diturunkan ke Rp. 2jt/m2.

BIAYA RENOVASI BANGUNAN

Menghitung biaya renovasi rumah tanpa merubah struktur bangunan adalah sbb:

1 – Biaya penggantian lapisan lantai keramik berkisar Rp. 150rb – Rp. 200rb/m2
2 – Biaya cat ulang dinding Rp. 20rb -25rb/m2
3 – Biaya ganti plafond gypsum Rp. 110rb/m2 atau hanya pengecatan ulang Rp. 20rb/m2
4 – Biaya ganti rangka atap menjadi rangka galvanize Rp. 150rb – Rp. 175rb/m2

Cara menghitungnya adalah, siapkan ukuran yang akan dikerjakan untuk poin 1,2, 3 dan 4 dengan cara mengukur ruangan yang akan direnovasi. Kemudian kalikan masing-masing poin dengan biaya permeternya, baru kemudian ditotal keseluruhannya. Maka anda akan mendapatkan biaya perkiraan renovasi rumah anda.

sumber : http://benerinrumah.wordpress.com