PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

1. PENGERTIAN JARAK
DALAM IUT, JARAK ANTARA DUA TITIK ADALAH JARAK DALAM BIDANG HORIZONTAL, YANG MERUPAKAN JARAK TERPENDEK  ANTARA DUA TITIK TERSEBUT.
Gambar 1. Bagan Pengukuran Jarak

2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENGUKURAN LANGSUNG  ANTARA LAIN:
1.       PITA UKUR à BAJA, FIBERGLASS, PLASTIK, KAIN ATAU CAMPURAN
2.       PEGAS UKUR YANG TERBUAT à PLAT/PITA BAJA DAN DILENGKAPI DENGAN PEGAS PENGUKUR KETEGANGAN
3.       RANTAI UKUR YANG TERBUAT DARI KAWAT BAJA
4.       KAYU UKUR


PANJANG ANTARA 20 m – 50 m ADA JUGA YANG 100 m (KECUALI KAYU 3 – 5 m)
LEBAR ANTARA 1 – 2cm DAN TEBAL 0,1 – 0,2mm
SATUAN : UMUMNYA DUA MACAM YAITU :
METER  (0,5 cm – 1 mm) DAN INCHI (0,125 inchi – 0,1 inchi)
       ALAT-LAT BANTU :
ALAT-LAT BANTU :
  1. YALON ATAU ANJIR
  2. PEN UKUR YANG TERBUAT DARI KAWAT BAJA
  3. BENANG DAN UNTING-UNTING
  4. KLINOMETER ATAU HELLING METER ATAU ABNEY LEVEL
  5. JEPITAN PENARIK
  6. PEGAS PENGUKUR KETEGANGAN
  7. CERMIN ATAU PRISMA PENYIKU

       3. PELURUSAN
PELURUSAN DILAKUKAN APABILA PEGUKURAN TIDAK DAPAT DILAKUKAN DENGAN SEKALI MEMBENTANGKAN PITA UKUR KARENA JARAK YANG DIUKUR MELEBIHI PANJANG PITA UKUR DAN ATAU PERMUKAAN TANAH TIDAK MENDATAR, SHG JARAK TSB PERLU DIPENGGAL AGAR SETIAP PENGGALAN DPT DILAKUKAN PENGUKURAN JARAK DENGAN  SEKALI MEMBENTANGKAN PITA UKUR DAN PITA UKUR DAPAT DITARIK HINGGA MENDATAR.
       4. PELAKSANAAN PENGUKURAN
-        MINIMAL DILAKUKAN DUA ORANG
-        DENGAN MENGGUNAKAN PITA UKUR DAN PEN UKUR, MAKA ANGKA PANJANG PITA UKUR DIBACA ORANG KEDUA, DATA DICATAT
-        UNTUK MEDAN  MIRING, TERLEBIH DULU DILAKUKAN PELURUSAN DAN PEMBUATAN PENGGAL-PENGGAL.
-        UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG LEBIH BAIK, MAKA DILAKUKAN PENGUKURAN PERGI (A – B) DAN PENGUKURAN PULANG ( B – A), YANG BIASANYA HASIL TIDAK SAMA DAN HASILNYA DIRATA-RATA.
-        RASIO KETELITIAN PENGUKURAN JARAK ADALAH SELISIH PERGI DAN PULANG DIBAGI DENGAN JARAK RATA-RATA. KETELITIAN BERKISAR 1:500 SMPAI 1:300.

       5. CARA PENCATATAN DATA UKURAN JARAK LANGSUNG
AGAR DATA UKURAN-UKURAN JARAK YANG BANYAK TIDAK MEMBINGUNGKAN DAN MENJADI LEBIH SISTEMATIK DAN MUDAH DIPAHAMI ORANG LAIN, MAKA DATA TSB DICATA DALAM FORMULIR UKUR ATAU BUKU UKUR DAN DISERTAKAN SKET PENGUKURAN, ARAH PENGUKURAN DAN CARA PENULISAN DATA DENGAN ATURAN YANG BAKU ATAU SERAGAM.
       Contoh


       6. PENGUKURAN JARAK LANGSUNG DLM RINTANGAN
       7. MEMBUAT ARAH OBYEK TEGAK LURUS SEBUAH GARIS
APABILA DILAPANGAN AKAN DIBUAT SEBUAH GARIS MELALUI SUATU OBYEK ATAU GARIS TSB TEGAK LURUS GARIS LAIN DGN PERALATAN SEDERHANA, DAPAT DIKERJAKAN DGN BBRP CARA :
1.       PERBANDINGAN SISI SEGITIGA SIKU-SIKU
2.       MENGGUNAKAN TITIK TENGAH TALI BUSUR
3.       BANTUAN CERMIN PENYIKU ATAU PRISMA
       8. SUMBER-SUMBER KESALAHAN DALAM PENGUKURAN JARAK LANGSUNG
KESALAHAN DALAM PENGUKURAN JARAK LANGSUNG:
1.       PITA UKUR TIDAK BETUL-BETUL MENDATAR
2.       UNTING-UNTING TIDAK VERTIKAL BETUL KRN FAKTOR ANGIN, GANGGUAN YANG LAIN
3.       PELURUSAN YG KURANG SEMPURNA
4.       PANJANG PITA UKUR TIDAK STANDART
5.       KESALAHAN DLM MENGHITUNG JUMLAH BENTANGAN
6.       KESALAHAN MEMBACA PITA UKUR DAN PENCATATANYA

Perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium

Standar ini merupakan hasil revisi dari RSNI T-16-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium.
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan aluminium yang dapat dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk bangunan gedung dan perumahan.
Jenis pekerjaan besi dan aluminium yang ditetapkan meliputi:
  • Pekerjaan pemasangan rangka atap dan talang,
  • Pekerjaan pemasangan pintu atau jendela besi, pintu alluminium dan jendela nako, pintu gulung, pintu lipat sunscreen, venation blinds dan vertical-horizontal blinds,
  • Pekerjaan pemasangan kawat nyamuk.
Persyaratan indeks harga satuan terbagi menjadi dua, yaitu persyaratan umum menyesuaikan dengan kondisi setempat, serta persyaratan teknis yang didasarkan kepada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS).
Dalam standar ini dicantumkan Penetapan indeks harga satuan pekerjaan besi dan aluminium lengkap dengan contoh perhitungannya harga satuan pekerjaan.

Sumber :

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan (SNI 7393:2008)

Apa Itu Baja Ringan?

Baja ringan adalah baja berkualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, akan tetapi kekuatannya tidak kalah dari baja konvensional.  Ada bebarapa macam baja ringan yang dikelompokan berdasarkan nilai tegangan tariknya (tensile strength). Kemampuan tegangan tarik ini umumnya didasarkan pada fungsi akhir dari baja ringan tersebut.
Sebagai contoh untuk produk structural seperti rangka atap baja ringan menggunakan baja ringan dengan tegangan tarik tinggi (G550). Namun untuk berbagai produk home appliances diperlukan baja ringan dengan tegangan tarik yang lebih rendah (G300, G250) yang lebih lentur dan lunak sehingga lebih mudah dibentuk sesuai keinginan.
Karena tingkat kualitas dan kuat tarik tinggi, nggak heran baja ringan lebih tipis dan ringan dibandingkan baja konvensional. Baja G550 bisa diartikan sebagai baja yang mempunyai kuat tarik 550 Mpa (Mega Pascal). Uji kualitas ini hanya dapat dibuktikan di laboratorium.
Meskipun lebih ringan dan tipis dari baja konvensional, dengan kuat tarik sebesar 550 Mpa baja ringan dapat dijadikan andalan untuk menopang beban struktur bangunan. Untuk fungsi non structural seperti penutup atap diguanakan baja ringan kualitas G300.
Bagaimana dengan ketebalan baja ringan? Dipasaran umum ketebalannya berkisar antara 0,20 – 2,00 mm. Variasi ketebalan ini ditentukan oleh fungsi , sebarapa besar beban yang ditopang dan ukuran bentang baja itu sendiri. Ketebalan yang lebih kecil dibandimg dengan baja konvensional dengan tujuan untuk mengurangi beban strukutur bangunan.
Kuda-kuda baja ringan mempunyai ketebalan antara 0,45 – 1,00 mm. Berbeda dengan kolom yang akan menopang beban yang lebih besar, ketebalannya kisaran antara 1,00 -2,00 mm (profil C). Sedangkan untuk genteng metal ketebalannya 0,20 mm karena bisa dikatakan tidak memikul beban dengan ketebalan tersebut sudah cukup memadai.
Baja tersusun dari besi dan karbon (Fe dan C). Apabila unsur tersebut bercampur dengan air dan udara  akan timbul reaksi yang mendorong terjadinya karat. Maka baja ringan perlu dilapisi antikarat. Pengaplikasian lapisan antikarat sangat penting untuk menjaga agar material awet dan tahan lama.

Kekurangan dan Kelebihan Rangka Atap Baja Ringan

Kekurangan dan Kelebihan Rangka Atap Baja RinganSetiap bahan konstruksi yang digunakan dalam membangun rumah anda pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya baik dari kekuatan, keindahan bentuk atau yang lainnya. Begitu juga dalam penggunaan rangka atap baja.
Konstruksi baja ringan sudah diuji coba melalui penelitian yang dilakukan oleh para ahli selama bertahun-tahun dan telah lolos uji kekuatan serta lolos pengujian yang berhubungan dengan keselamatan manusia.
Jika kita perbandingkan dengan struktur rangka atap dengan bahan dasar kayu, maka penggunaan rangka atap baja ringan akan mempunyai perbandingan yang berbeda dari cara pandang setiap penggunanya.  Mungkin bisa dikatakan tergantung akan lokasi dan biaya produksi untuk mendatangkan material tersebut.
Kelemahan atap baja ringan dibandingkan dengan konstruksi atap kayu seperti dalam hal suhu yang cenderung menyerap panas lebih banyak dibandingkan dengan kayu. Hal itu juga bergantung terhadap lokasi rumah, yaitu pada daerah iklim tropis atau bukan tropis.
Selain itu, masalah biaya menjadi kekurangan yang lain karena pemasangannya memerlukan keahlian khusus atau tukang yang terlatih sehingga biaya pemasangan rangka atap baja ringan lebih tinggi dibandingkan dengan rangka atap dari material kayu.
Patut pertimbangkan nilai keuntungan dari penggunaan material baja ringan ini ketimbang material kayu yang sering diganggu rayap sehingga memerlukan perawatan dan bahkan penggantian menyeluruh pada jangka waktu tertentu.
Betapa dahsyatnya akibat dari serangan rayap di rumah Anda?. Lemari pakaian akan menjadi hancur dan seluruh pakaian beraroma lembab. Akan parah lagi kalau rayap itu menyerang rangka atap rumah kita yang menahan beban genteng yang demikian berat. Bayangkan jika ratusan keping genteng tersebut ambruk ke bawah menimpa seisi rumah hanya karena ulah rayap.
Solusinya adalah rangka atap baja ringan atau light steel frame. Material rangka atap ini terbuat dari bahan dasar baja dengan campuran zinc dan aluminium atau zinc-alum. Material ini sudah diproduksi secara massal di Indonesia.
Rangka baja ini terdiri dari lempengan-lempengan panjang dengan profil yang bervariasi bentuk dan ukurannya sesuai fungsi masing-masing struktur rangka atap.
Untuk kuda-kuda atau rangka utama dan gording, profil baja ringan ini biasanya berbentuk “I” atau “U” terbalik dan memiliki ukuran yang lebih besar.
Sedangkan reng untuk pengikat kuda-kuda dan gording yang posisinya melintang di atas kuda-kuda dan gording, serta mengikat kuda-kuda dan gording tersebut hingga membentuk suatu kerangka yang kokoh. Lempengan reng adalah profil yang paling kecil bentuk dan ukurannya. Fungsinya sebagai penahan genteng atau jenis atap lainnya dan sebagai pengatur jarak setiap baris genteng agar lebih rapi dan lebih pas perletakannya.
Kelebihan dari material rangka atap ini ialah bobot beratnya yang demikian ringan dibandingkan dengan material rangka atap lainnya. Dengan daya tahan terhadap tekanan dan tarikan yang lebih unggul daripada material rangka kayu serta bobot materialnya sendiri yang demikian ringan, rangka atap baja ringan mungkin menjadi pilihan utama para developer dan pemilik rumah di kemudian hari.
Dengan sistem pabrikasi dan perakitan yang begitu efisien dan praktis, rangka atap baja ringan dapat memenuhi tuntutan akan efisiensi waktu dalam penyelesaian suatu gedung.
Rangka atap baja ringan diset sesuai spesifikasi yang tertuang dalam gambar detail mengikuti bentuk dan ukuran yang terinci. Dalam bentuk yang hampir atau telah utuh setelah diikat dan disatukan oleh jepitan sekrup atau sejenisnya, material rangka atap dinaikkan pada posisinya di atas pasangan dinding bata atau balok beton. Setelah berada pada dudukan yang tepat, lalu dilakukan pengikatan  mengikuti prosedur teknis selanjutnya.
Dengan sistem pabrikasi ini, rangka atap baja ringan dapat dikerjakan terlebih dahulu atau bersamaan dengan dimulainya pekerjaan awal pembangunan suatu gedung, sebagai contoh saat dilakukan galian fondasi atau pelaksanaan tiang pancang. Dan ketika pemasangan dinding bata telah mencapai level tertentu yang diinginkan, rangka atap baja ringan siap ditempatkan pada posisinya.
Namun, sistem pabrikasi yang efisien dan praktis tidak berarti lepas dari berbagai kendala atau kekurangan. Meskipun perakitan telah mencapai kesempurnaan dan presisi yang tinggi, problem lain telah menanti.
Masalah yang paling umum ialah tidak adanya presisi pada garis level pasangan dinding bata atau balok beton yang menjadi tempat dudukan kuda-kuda rangka atap baja ringan tersebut. Dengan demikian, diperlukan revisi berupa penambalan, pengganjalan, ataupun pembobolan dan pemangkasan di bagian-bagian yang tidak level.
Sering dijumpai pemuntiran pada bagian rangka atau profil baja tertentu akibat kecerobohan pemasangan, yang sangat fatal adalah kelalaian dalam peletakan posisi profil baja yang berfungsi sebagai reng. Hal itu mengakibatkan kurang rapinya pemasangan genteng pada tahap selanjutnya.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memakai material baja ringan produksi suatu pabrik atau industri tertentu sebagai rangka atap.
Setiap produsen memproduksi material ini dengan profil yang berbeda bentuk atau cetakannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih material baja ringan yang kuat berdasarkan perhitungan struktur bentuk profilnya.
Hindari jatuhan adukan semen pada profil saat melakukan plesteran dinding atau ketika pemasangan nok genteng. Adukan semen yang jatuh, selain mengganggu kebersihan dan kerapian perangkat kuda-kuda, memiliki daya lekat yang sangat kuat dan dapat, yang mengakibatkan kerusakan pada lapisan coating material baja tersebut.
Lapisan atau coating berfungsi lapisan anti karat sebagai pelindung material baja ringan dari proses korosi atau karat sehingga daya tahan material baja ringan terhadap karat menjadi empat kali lipat daripada baja biasa.
Sangat penting untuk tidak melakukan goresan apa pun terhadap lempengan profil rangka atap baja ringan. Proses karat biasanya akan muncul pada lubang-lubang bekas bor untuk pemasangan sekrup lantaran di bagian ini lapisan coating telah terkelupas.

TATA CARA PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

Tanpa pemeliharaan dan perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan kerusakan yang besar pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya. Jalan beton semen atau perkerasan kaku terdiri dari slab dan lapis pondasi beton.
Apabila perkerasan kaku dipelihara dengan baik dan tetap dalam kondisi yang baik, maka jalan beton semen tersebut akan mempunyai umur lebih lama dari pada jalan aspal. Tetapi sekali jalan beton ini mulai rusak, maka kerusakan itu berlangsung sangat cepat.
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang timbul, dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi) secara rutin.
Tiga hal yang menjadi tujuan pemeriksaan rutin dalam pemeliharaan jalan adalah:
  • Menghilangkan penyebab kerusakan perkerasan jalan dan membuat langkah- langkah pencegahan.
  • Menemukan lokasi kerusakan jalan pada tahap sedini mungkin, untuk dilakukan penanganan sementara dan merencanakan perbaikan secepat mungkin.
  • Mempertimbangkan pengaruh pelaksanaan perbaikan terhadap lalu-lintas dan lingkungan di sepanjang jalan.
Pemeriksaan merupakan bagian yang penting dalam pemeliharaan jalan, oleh karena itu petugas yang akan melaksanakan pemeriksaan harus dilatih untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai tentang cara pemeriksaan yang benar.
Dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan perkerasan kaku sangat penting diketahui penyebab kerusakannya. Jalan beton dapat mengalami kerusakan pada slab, lapis pondasi dan tanah dasarnya.
Apa penyebab kerusakan tersebut dan bagaimana perbaikannya dapat dipelajari dalam Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Kaku disini.

Perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit

Standar ini merupakan hasil revisi SNI 03-2839-2002, Analisa Biaya Konstruksi (ABK) Bangunan Gedung dan Perumahan Pekerjaan Langit-langit, dengan perubahan pada indeks harga bahan dan indeks harga tenaga kerja.
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan langit-langit yang dapat dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan langit-langit untuk bangunan gedung dan perumahan.
Jenis pekerjaan langit-langit yang ditetapkan meliputi pekerjaan menutup rangka plafon dengan berbagai bahan penutup dan list.
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan mencakup perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat dan spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan terdiri atas pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS),  perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana di dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan dan jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam per-hari.


Sumber :
Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan (SNI 2839:2008)

Perhitungan harga satuan pekerjaan kayu

Standar ini merupakan hasil revisi SNI 03-3434-2002, Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk bangunan gedung, yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia dengan melakukan modifikasi terhadap indeks harga satuan.
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan kayu yang dapat dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan kayu untuk bangunan gedung dan perumahan.
Jenis pekerjaan kayu yang ditetapkan meliputi:
  1. pekerjaan pembuatan atau pemasangan kusen pintu atau jendela jenis kayu kelas I, II atau III;
  2. pekerjaan pembuatan pintu panel, pintu klamp, pintu kayu lapis (plywood, teakwood), pintu atau jendela jalusi, pintu atau jendela kaca dan pintu teakwood.
  3. pekerjaan pembuatan kuda-kuda atap dan rangka atap jenis kayu kelas I, II atau III. pekerjaan pembuatan rangka langit-langit jenis kayu kelas II atau III.
  4. pekerjaan pembuatan rangka dinding dan pemasangan dinding pemisah jenis kayu kelas I, II atau III.
  5. pekerjaan pemasangan listplank jenis kayu kelas I dan kayu kelas II.
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan mencakup perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia yang berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat, spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan terdiri atas pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS), perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, di mana di dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan dan jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam perhari.


Sumber :

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan (SNI 3434:2008)

Perhitungan harga satuan pekerjaan dinding

Standar ini merupakan hasil revisi SNI 03-6897-2002, Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding  yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia dengan melakukan modifikasi terhadap indeks harga satuan.
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan dinding yang dapat dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan dinding untuk bangunan gedung dan perumahan.
Jenis pekerjaan dinding yang ditetapkan meliputi:
  • pekerjaan dinding bata merah dengan berbagai ketebalan dan spesi.
  • pekerjaan dinding hollow block dengan berbagai dimensi dan spesi.
  • pekerjaan pemasangan terawang (roster) atau bata berongga.
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan mencakup perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia yang berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat, spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan terdiri atas pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS).
Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana di dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan; jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam perhari; dan penggunaan bahan lain sejenis dengan ukuran dan berat yang sama, analisa ini dapat digunakan.


Sumber :
Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan (SNI 6897:2008)

Perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi

Standar ini merupakan hasil revisi SNI 03-2836-2002, Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi batu belah untuk bangunan sederhana, dengan perubahan pada indeks harga bahan dan indeks harga tenaga kerja.
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan pondasi yang dapat dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan pondasi untuk bangunan gedung dan perumahan.
Jenis pekerjaan pondasi yang ditetapkan meliputi:
  1. pekerjaan pembuatan pondasi batu belah dalam berbagai komposisi campuran.
  2. pemasangan anstamping / batu kosong.
  3. pembuatan pondasi sumuran dan pondasi siklop.
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan terdiri atas perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia yang berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat, spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan mencakup pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan didasarkan kepada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS).
Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana di dalamnya termasuk angka susut yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan, jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam perhari.


Sumber :
Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan (SNI 2836:2008)

Tanah Dasar Jalan

Tanah dasar merupakan pondasi bagi perkerasan baik perkerasan yang terdapat pada alur lalu-lintas maupun bahu. Dengan demikian tanah dasar merupakan konstruksi terakhir yang menerima beban kendaraan yang disalurkan oleh perkerasan.
Pada kasus yang sederhana tanah dasar dapat terdiri atas tanah asli tanpa perlakuan sedangkan pada kasus lain yang lebih umum, tanah dasar terdiri atas tanah asli pada galian atau bagian atas timbunan yang dipadatkan.
Tanah dasar sebagai pondasi perkerasan disamping harus mempunyai kekuatan atau daya dukung terhadap beban kendaraan, maka tanah dasar juga harus mempunyai stabilitas volume akibat pengaruh lingkungan terutama air. Tanah dasar yang mempunyai kekuatan dan stabilitas volume yang rendah akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami  deformasi dan retak. Dengan demikian maka perkerasan yang dibangun pada tanah dasar yang lemah dan mudah dipengaruh lingkungan akan mempunyai umur pelayanan yang pendek.
Sebagai prasarana transportasi darat, perkerasan harus mempunyai permukaan yang selalu rata dan kesat, agar para pengguna jalan dapat merasa nyaman dan aman (safe). Karena dibangun pada tanah dasar, maka kinerja perkerasan akan sangat dipengaruhi oleh mutu tanah dasar.
Dengan dituntutnya perkerasan yang harus selalu mempunyai permukaan yang rata, maka persyaratan utama yang harus dipenuhi tanah dasar adalah tidak mudah mengalami perubahan bentuk. Tanah dasar yang mengalami perubahan bentuk, baik akibat beban lalu-lintas maupun cuaca, akan mengakibatkan perkerasan mengaiami kerusakan seperti bergelombang, alur dan terjadi penurunan.
Perubahan bentuk tanah dasar dapat diakibatkan oleh kekuatan atau daya dukung yang rendah (tanah mudah runtuh), pengembangan, penyusutan dan densifikasi tanah dasar serta konsolidasi tanah di bawah tanah dasar. Lebih jauh lagi, faktor-faktor tersebut akan tergantung pada jenis tanah, berat isi kering dan kadar air.
Sehubungan dengan hal diatas Bina Marga menyajikan pedoman untuk pekerjaan tanah dasar dengan ruang lingkup sebagai berikut:
Buku 1. Umum
Menguraikan tentang sifat alami tanah, sifat-sifat dasar tanah, udara dalam tanah, air dalam tanah, klasifikasi tanah, persyaratan dan pengendalian pekerjaan tanah, serta perencanaan pekerjaan tanah. Dapat diunduh disini
Buku 2. Pedoman Pekerjaan Tanah Dasar untuk Pekerjaan Jalan
Menguraikan tentang tata cara pekerjaan galian tanah, tata cara pekerjaan timbunan tanah, tata cara pekerjaan pemadatan tanah, permasalahan dalam pekerjaan tanah, serta keselamatan kerja, pengendalian lingkungan pada pelaksanaan pekerjaan tanah, permasalahan tanah dasar serta contoh perencanaan dan proyek pekerjaan tanah. Dapat diunduh disini.
Buku 3. Pedoman Penyelidikan dan Pengujian Tanah Dasar untuk Pekerjaan Jalan
Menguraikan tentang tata cara penyelidikan dan pengambilan contoh tanah, serta pengujian tanah. Dapat diunduh disini atau di page download.

Perhitungan harga satuan pekerjaan beton

ini merupakan revisi RSNI T-13-2002, Tata cara perhitungaan harga satuan pekerjaan beton, menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan beton yang dapat dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan.
Jenis pekerjaan beton yang diterapkan meliputi pekerjaan:
  • Pembuatan beton ƒ’c=7,4 MPa (K100) s/d ƒ’c=31,2 MPa (K350) untuk pekerjaan beton bertulang,
  • Pemasangan water stop dan bekisting berbagai komponen struktur bangunan,
  • Pembuatan pondasi, sloop, kolom, balok, dinding, beton bertulang, kolom praktis dan ring balok.
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:
  1. Berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat,
  2. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
Sedangkan persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:
  • Perhitungan harus didasarkan pada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS),
  • Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, termasuk angka susut, yang besarnya tergantung jenis bahan dan komposisi adukan,
  • Jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam/hari.
  • Secara rinci dilampirkan penetapan indek harga satuan pekerjaan beton.


Sumber :
Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan (SNI 7394:2008)

Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-05-2004-B) prosedur pelaksanaan perkerasan beton mencakup persyaratan bahan, penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi, penyiapan pembetonan, pembetonan, pengendalian mutu dan pembukaan untuk lalu-lintas.
Hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan perkerasan beton semen adalah sebagai berikut:
a) pekerjaan awal:
- mempelajari gambar rencana dan spsefikasi
- pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan
- peralatan dan organisasi kontraktor
- penentuan tugas dan tanggung jawab
- mementukan pengujian, pencatatan dan laporan yang diperlukan
b) bahan:
semua bahan harus diindentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak. Bahan tersebut meliputi:
- semen
- agregat
- air
- bahan tambah
- tulangan, ruji dan bahan pengikat
- material perawatan beton
- bahan sambungan
c) perbandingan campuran:
  • pengujian agregat meliputi gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar lempung
  • data perencanaan campuran meliputi kadar semen, proporsi agregat, air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan
  • volume takaran meliputi ukuran takaran, berat material dalam takaran dan koreksi kadar air agregat
d) unit penakaran/penimbangan meliputi:
- pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur semen, agregat, air dan bahan tambah
- pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkut dan skala timbangan
e) unit pencampuran:
pemeriksana peralatan pencampuran, lama waktu pencampuran, alat pengatur waktu dan penghitungan jumllah takaran sebelum pengecoran beton semen;
- acuan : kecocokan acuan, alinyemen, kemiringan dan ruji
- tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air
- sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinyemen, dudukan dan ruji
f) pembetonan:
  • persiapan meliputi bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan pelindung cauca
  • pencampuran meliputi jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir (segregasi) dan ketrlambatan
  • pengangkutan meliputi bats waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan konsistensi
  • pengecoran meliputi penempatan adukan, pemisahan butir, kelurusan dan kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi
  • pembentukan sambungan susut meliputi pembentukan sambungan, alinyemen, perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan
g) setelah pembetonan:
  • waktu pembongkaran acuan, kerusakan agar dihindari
  • perawatan meliputi metode, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai perawatan dan lama waktu perawatan
  • perlindungan meliputi beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan pencatatan temperatur
  • sambungan yang digergaji meliputi peralatan, temperatur, bahan penutup, pembersihan sambungan dan penutup
  • pemeriksaan permukaan meliputi kelurusan dan kerataan, perbaikan atau penggantian
h) pengujian beton semen:
  • campuran beton basah, pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar udara
  • pengujin kekuatan, pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.
sumber:
Pedoman Pelaksanaan Pekrkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-05-2004-B)
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah

Dapat diunduh klik : Download Link 1 atau Download Link 2

KUAT TEKAN KAYU (SNI 03-3958-1995)


1.        Maksud dan Tujuan
Maksud
Metode pengujian ini dimaksud sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian modulus elastisas kayu.
Tujuan
Tujuan metode pengujian ini adalah untuk memperoleh nilai modulus elastisitas lentur kayu.
Ruang Lingkup
Metode pengujian ini mencakup tentang persyaratan, ketentuan, dan cara pengujian kayu, dengan benda uji bebas catat untuk jenis kayu kering udara.
Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dengan metode pengujian ini :
1.      Benda uji kecil bebas cacat adalah benda uji kayu untuk keperluan pengujian yang bebas dari mata kayu, gubal, retak, lubang, jamur, rapuh, dan tidak memuntir;
2.      Modulus elastisas lentur adalah benda uji kayu untuk keperluan pengujian yang bebas dari mata kayu, gubal, retak, lubang, jamur, rapuh, dan tidak memuntir;
3.    Newton  adalah satuan menurut Sistem Internasional (SI) untuk gaya ekivalen dengan 0,1 kgf dan tulis dengan notasi N;
4.    Mega pascal adalah 106 pascal ekivalen dengan 10 kgf/cm2 dan tulis dengan notasi MPa;
5.    Kayu kering udara adalah kayu dengan kadar air maksimum 20%;
6.      Gubal adalah bagian terluar dari kayu yang berdekatan dengan kulit dan merupakan bagian batang yang masih hidup berisi zat makanan cadangan biasanya berwarna terang;
2. Persyaratan Pengujian
Penanggung Jawab
Hasil pengujian disyaratkan harus disyahkan oleh yang berwenang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pengujian, dengan mencantumkan nama, tanda tangan, dan tanggal pengesahan.
Laporan Pengujian
Laporan pengujian harus diberi nomor kode, tanggal pelaporan dan disyahkan oleh yang berwenang.
Benda Uji
Benda uji harus mengikuti persyaratan sebagai berikut :
1.      Kelompok benda uji sama jenisnya;
2.      Benda uji bebas cacat;
3.      Setiap benda uji mempunyai identitas dengan nomor dan huruf, sehingga mencerminkan nomor urut dan jenis kayu;
4.      Jumlah benda uji yang disyaratkan tidak boleh kurang dari 5 buah untuk satu jenis kayu;
Peralatan
Peralatan yang dipakai harus dengan kalibrasi yang masih berlaku. Untuk pengujian modulus elastisitas lentur kayu diperlukan peralatan sebagai berikut :
1)      Mesin uji;
2)      Alat pengukur waktu;
3)      Alat ukur;
(1)   Roll meter
(2)   Jangka sorong
4)      Alat pengukur lendutan;
5)      Alat pengukur kadar air;
3.    Benda Uji
Benda uji harus memenuhi ketentuan :
1)      Benda uji harus berukuran (50x50x760)mm. (Gambar 1);

 
1)      Ketelitian bentuk benda uji pada tengah bentang ± 0,25 mm;
2)      Kadar air kayu maksimum 20%;

Peralatan
Peralatan harus memenuhi ketentuan :
1)      Kedua tumpuan pelat dan rol yang terbuat dari baja harus mempunyai bentuk dan ukuran seperti Gambar 2 dan harus memungkinkan benda uji bisa bergerak dalam arah horisontal;


1)      Bantalan penekan dari bahan baja harus mempunyai bentuk dan ukuran seperti pada Gambar 3;

 
1)      Mesin uji yang digunakan untuk pengujian modulus elastisitas lentur harus memenuhi ketentuan yang berlaku pada pengujian lentur dan juga harus memenuhi ketentuan yang berlaku pada pengujian lentur dan juga harus memenuhi persyratan kecepatan pembebanan sebagaimana yang diatur pada Pasal 3.5.
 Jarak Tumpuan
Benda uji diletakkan diatas kedua tumpuan dengan jarak tumpuan 710 mm.
Letak Beban
Pembebanan pada benda uji dilakukan dengan meletakkan bantalan penekan ditengah bentang.
Kecepatan Pembebanan
Kecepatan pembebanan harus memenuhi ketentuan :
1)      Untuk kecepatan pembebanan yang dapat diatur, gunakan kecepatan pembebanan sebesar 20%;
2)      Untuk kecepatan pembebanan yang tidak dapat diukur, gunakan kecepatan pembebanan sebesar 600 N/menit.
Pengukuran Lendutan
Pembacaan lendutan harus memenuhi ketentuan :
1)      Pembacaan lendutan dilakukan pada setiap kenaikan beban uji sebesar 500 N dan dengan ketelitian 0,02 mm, atau
2)      Pembacaan lendutan dilakukan pada setiap kenaikan beban 250 N, apabila lendutan yang diukur masih terlalu besar.
Perhitungan Modulus Elastisitas Lentur
Modulus elastisitas lentur dari benda uji di hitung dengan rumus :



Keterangan :
b     = lebar benda uji
h     = tinggi benda uji
P     = selisih lendutan dari satu tahap pembebanan ke tahap pembebanan
        berikutnya 
y     = selisih lendutan dari satu tahap pembebanan ke tahap pembebanan
          berikutnya
L     = jarak tumpuan
Eb    = modulus lentur
3.        Cara Uji
Pengujian modulus elastisitas lentur kayu bangunan struktural harus dilakukan sebagai berikut :
1)        Siapkan benda uji dengan ketentuan ukuran pada gambar 1;
2)        Beri nomor atau kode pengujian, sebelum dipasang pada alat uji, ukur alat uji dengan menggunakan alat ukur seperti tercantum pada pasal 2.4 butir 3, dan catat pada lembar data/formulir pengujian;
3)        Atur jarak tumpuan menurut pasal 3.3;
4)        Letakkan bantalan penekan di atas benda uji menurut pasal 3.4;
5)        Letakkan alat ukur lendutan menurut pasal 3.6;
6)        Jalankan alat ukur lendutan menurut pasal 3.6.1;
7)        Baca dan catat nilai lendutan sesuai pasal 3.6.1;
8)        Lakukan perubahan pembacaan dan pencatatan nilai lendutan menurut pasal 3.6.2;
9)        Catat/gambar keretakan dari benda uji;
10)    Buat grafik lendutan dan beban;
11)    Hitung modulus elastisitas lentur menurut rumus pada pasal 3.7;
12)    Cantumkan nilai hasil pengujian kedalam formulir;
5.  Laporan Uji
Laporan hasil pengujian kayu untuk setiap benda uji harus membuat :
1)      Tanggal pengujian;
2)      Nomor identifikasi;
3)      Ukuran lebar dan tinggi dari benda uji dalam mm;
4)      Beban uji batas proposional dalam N;
5)      Grafik lendutan vs beban dalam N;
6)      Bentuk keretakan pada benda uji setelah pengujian;
7)      Nilai modulus elastisitas lentur;
8)      Nama, tanda tangan penanggung jawab dan cap pengesahan.