Hipotesis Apungan Benua
Saat
perkembangan pembuatan peta dunia pada awal tahun 1900-an, seorang ahli
meteorologi dari Jerman, Alfred Wegener mengemukakan sebuah hipotesis
tentang Apungan Benua (
Hypothesis of Continental Drift). Dia mengemukakan bahwa dulunya ada sebuah super-kontinen, disebut
Pangaea,
yang pecah jutaan tahun yang lalu, kemudian benua-benua pecahannya
perlahan bergerak menuju posisinya saat ini dan masih terus bergerak
perlahan.
Bukti-bukti dari Wegener
Bukti pertama yang diajukan oleh Wegener
adalah adanya kesamaan garis pantai antara Benua Amerika Selatan dengan
Benua Afrika. Apabila kedua benua tersebut disatukan, maka garis
pantainya akan serasi satu sama lain. Kemudian ia juga mengajukan bukti
dokumentasi fosil Mesosaurus yang sejenis dan hanya ditemukan di kedua
sisi benua tersebut. Diyakini bahwa Mesosaurus ini ketika hidupnya tidak
akan dapat melintasi samudera yang luas di antara kedua benua ini.
Sisa-sisa organisme yang ditemukan tampaknya menjadi bukti menyatunya
dua benua ini selama Masa Paleozoikum dan Awal Mesozoikum. Lihat gambar
di bawah ini.
Bukti selanjutnya, jajaran pegunungan yang terpotong oleh samudera.
Gambar di bawah menunjukkan jajaran pegunungan pada kedua sisi Samudera
Atlantik. Pegunungan Appalachia yang terpotong oleh pantai Newfoundland
serupa dengan jajaran pegunungan di Kepulauan Inggris dan Scandinavia
dalam hal struktur dan juga umurnya.
Bukti terakhir yang diajukan oleh Wegener, untuk mendukung hipotesisnya, adalah iklim masa lampau (
ancient climates).
Ketika benua-benua disusun menjadi satu untuk membentuk Pangaea, sisa
dari material glasial menyatu membentuk pola seperti hamparan es yang
menutupi kutub bumi kita hari ini. Lihat gambar di bawah ini.
Teori Tektonik Lempeng
Sepanjang
tahun 1960-an, banyak penemuan teknologi yang kemudian mendorong revisi
Hipotesis Apungan Benua ini menjadi Teori Tektonik Lempeng (
Plate Tectonic Theory).
Pada teori ini, dijelaskan bahwa permukaan bumi dibentuk oleh
kepingan-kepingan litosfer, yaitu lapisan padat dari kerak bumi dan
mantel bumi bagian atas, yang mengapung di atas astenosfer. Astenosfer
adalah lapisan plastis di bawah litosfer yang memiliki sifat seperti
fluid yang dapat mengalir.
Masing-masing kepingan litosfer ini disebut lempeng. Gambar di atas ini
menunjukkan batas-batas utama lempeng tektonik dan bagaimana mereka
saling berinteraksi satu sama lain. Gambar di samping menunjukkan
pergerakan relatif dan kenampakan yang berasosiasi dengan tiga tipe
batas lempeng.
Gambar A
adalah batas divergen, yaitu masing-masing lempeng saling menjauhi satu
sama lain. Terbentuk rekahan pada lantai samudera dan keluarnya magma
yang berasal dari mantel bumi.
Gambar B adalah batas
konvergen, yaitu ketika dua lempeng bertemu dan bertabrakan satu sama
lain. Terbentuk busur gunungapi pada lempeng benua.
Gambar C adalah batas transform, dimana dua lempeng saling bergesekan satu sama lain.
Daerah timurlaut Afrika adalah contoh yang bagus untuk batas
divergen. Disini, magma yang keluar merekahkan lempeng litosfer. Ketika
rekah pada litosfer semakin melebar, batuan di atasnya runtuh dan
membentuk zona rekahan. Semakin melebar dan membentuk laut yang dangkal,
seperti Laut Merah.
Kemudian gambar dibawah ini adalah contoh yang bagus bagi benturan antar
lempeng benua. Benturan yang terus berlangsung antara India dan Asia,
yang dimulai sejak 45 juta tahun yang lalu, membentuk Pegunungan
Himalaya.
Apabila benturan yang terjadi antara sesama lempeng benua akan membentuk
busur kepulauan vulkanik. Sedangkan bila benturan yang terjadi antara
lempeng benua dan lempeng samudera, akan membentuk busur pegunungan
vulkanik pada lempeng benua.
Sesar geser Mendonico yang menghubungkan zona penunjaman dan zona
pemekaran menyebabkan landas samudera yang dihasilkan di pematang
lempeng Juan De Fuca bergerak relatif ke selatan dan menyusup di bawah
Lempeng Amerika Utara.
Menguji Model
Pada tahun 1950-an, diketahui bahwa ketika mineral kaya-Fe pada lava
membeku, mereka akan termagnetisasi dengan arah yang paralel dengan
medan magnet yang ada saat itu.
Plotting posisi semu dari kutub utara magnetik sejak 500 juta tahun
menunjukkan bahwa kutub magnetik bergerak sepanjang waktu, atau dapat
dikatakan bahwa lava tersebut bergerak dan begitu juga lempeng benua.
Lihat gambar di bawah ini.
Diketahui pula bahwa polaritas magnetik bumi selalu berarah bolak-balik
sepanjang periode magnetisasinya. hal ini merupakan bukti yang sangat
penting bagi Teori Tektonik Lempeng.
Ketika kita memperhatikan polaritas magnetik batuan di lantai samudera.
Polaritasnya akan terlihat berarah bolak-balik pada lapisan batuan
secara bergantian, membentuk image seperti cermin pada kedua sisi
pematang tengah samudera.
Bukti lainnya adalah penyebaran titik pusat gempa dangkal, menengah
dan dalam. Kalau diperhatikan lebih teliti, akan dijumpai titik pusat
gempa dalam hanya berasosiasi dengan zona penunjaman. Lihat gambar
penyebaran titik pusat gempa di bawah ini.
Terakhir, bukti lainnya yang mendukung teori ini adalah informasi yang didapatkan oleh para ilmuwan dari
hot spot.
Sebagai contoh, Kepulauan Hawaii dan gunungapi tengah laut yang
merupakan kepanjangan dari Hawaii menuju Palung Aleutia, menunjukkan
pergerakan Lempeng Pasifik searah deretan hot spot. Lihat gambar di
bawah ini.
Pentarikhan radiometrik menunjukkan aktivitas vulkanik semakin muda
menuju Kepulauan Hawaii, yang sekarang berada tepat di atas hot spot.
Pangaea
Gambar di bawah menunjukkan bagaimana Pangaea terpecah dan benua hasil pecahannya bergerak ke posisi mereka saat ini.
Mekanisme Penggerak
Satu hal yang mengganjal hipotesis Wegener tentang Apungan Benua
adalah dia tidak dapat menjelaskan mekanisme seperti apa yang
menyebabkan pergerakan lempeng. Saat ini, ada tiga ide yang dikemukakan
oleh para ilmuwan terkait mekanisme penggerak tersebut.
Pertama, ide tentang adanya arus konveksi yang besar di dalam mantel bumi yang menggerakkan lempeng seperti sabuk konveyor.
Kedua, ide yang menjelaskan bahwa lempeng yang menunjam lebih berat
daripada lempeng di atasnya, karenanya akan menarik lempeng ini ke
bawah. Hal ini disebut
slab-pull. Juga karena gravitasi, bagian atas dari lempeng di lokasi pematang terdorong ke atas. Ini disebut
slab-push.
Ketiga, ide tentang adanya
plume (aliran magma yang membumbung) yang bergerak ke atas. Ide ini memjelaskan bahwa hanya ada beberapa
plume
yang sangat besar yang menggerakkan arus konveksi ke arah atas di dalam
mantel bumi, sedangkan lempeng yang menunjam menggerakkan arus konveksi
ke arah bawah dan menyempurnakan perputaran arus konveksi tersebut.
Kesimpulannya, Teori Tektonik Lempeng adalah teori terbaru dan hingga
kini sangat bagus digunakan oleh para ilmuwan dalam menjelaskan
berbagai proses tektonik yang terjadi dalam sejarah bumi.
Terjemahan secara bebas dari
Plate Tectonic Mini Lecture