Cara Membuat Jalan raya Yang Ideal

Jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:

Digunakan untuk kendaraan bermotor
Digunakan oleh masyarakat umum
Dibiayai oleh perusahaan negara
Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan

Di sini harus diingat bahwa tidak semua jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor itu jalan raya. Contohnya lintasan-lintasan di daerah perkebunan. Di Malaysia jalan raya yang sah haruslah diumumkan oleh pihak berkuasa.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Pembangunan jalan raya
2 Perekonomian jalan raya
3 Sejarah Pembangunan Jalan Raya
3.1 Jalan raya Mesopotamia-Mesir
3.2 Jalan raya di Eropa dan China
3.3 Jalan Romawi
3.4 Pembangunan Jalan Daendels di Pantura Pulau Jawa
4 Sejarah Konstruksi Membangun Jalan
5 Lihat pula

[sunting] Pembangunan jalan raya
Jalan Raya di Jepang

Pada dasarnya pembangunan jalan raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi pelbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowong, bahkan juag pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan). Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini.

Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan. Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.

Pengaliran air merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam pembangunan jalan raya. Air yang berkumpul di permukaan jalan raya setelah hujan tidak hanya membahayakan pengguna jalan raya, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan raya. Karena itu permukaan jalan raya sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya mempunyai landaian yang berarah ke selokan di pinggir jalan. Dengan demikian, air hujan akan mengalir kembali ke selokan.

Setelah itu retroflektor dipasang di tempat-tempat yang berbahaya seperti belokan yang tajam. Di permukaan jalan mungkin juga akan diletakkan "mata kucing", yakni sejenis benda bersinar seperti batu yang "ditanamkan" di permukaan jalan raya. Fungsinya adalah untuk menandakan batas lintasan.
[sunting] Perekonomian jalan raya

Jalan raya dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan raya, komoditi dapat mengalir ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar wilayah itu. Selain itu, jalan raya juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya. Contohnya, di pertengahan lintasan jalan raya utama yang menghubungkan bandar-bandar besar, penduduk setempat dapat menjual makanan kepada sopir truk yang kerap lewat di situ. Satu contoh yang baik bagi ekonomi lalu lintas dapat dilihat di pasar Machap, Johor Malaysia. Sehubungan itu, Machap telah menjadi tempat istirahat bagi bus jarak-jauh karena adanya fasilitas istirahat yang lengkap di situ dan juga letaknya di pertengahan Lebuh Raya Utara Selatan. Di Machap, penumpang-penumpang bus akan membelanjakan uang untuk pelayanan restoran dan kamar kecil.

Ekonomi Trafik-Istirihat seperti yang berlaku di Machap sebenarnya tidak hanya bergantung kepada lokasi dan juga fasilitas. Yang lebih penting ialah hubungan pihak pemilik restoran dengan sopir bus. Untuk menarik lebih banyak sopir bus datang ke mari bersama penumpangnya, pemilik restoran berusaha menarik hati sopir bus dengan menyediakan makanan dan rokok gratis kepada mereka. Tetapi cara yang paling baik ialah menghubungi langsung perusahaan bus tersebut agar memilih suatu tempat sebagai tempat istirahat yang tetap.
[sunting] Sejarah Pembangunan Jalan Raya

Jalan raya sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan terlebih-lebih setelah menemukan kendaraan beroda diantaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan jalan raya tersebut.

Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM. Jalan tersebut masih berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan kendaraan beroda padaknya diduga antara masa itu. Letaknya diduga antara Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.
[sunting] Jalan raya Mesopotamia-Mesir

Seiring perkembangan peradaban di Timur tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan raya yang menghubungkan Mesopotamia-Mesir. Selain untuk perdagangan, jalan tersebut berguna untuk kebudayaan bahkan untuk peperangan. Jalan utama pertama di kawasan itu, disebut-sebut adalah Jalan Bangsawan Persia yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2857 km. Jalan ini bertahan dari tahun 3500-300 SM.
[sunting] Jalan raya di Eropa dan China

Di Eropa, jalan tertua disebut-sebut adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani dan Tuscany hingga Laut Baltik.

Di Asia timur, bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya yang bila digabung mencapai 3200 km.
[sunting] Jalan Romawi

"Banyak jalan menuju Roma" begitulah istilah yang umum dikenal mengenai jalan-jalan Romawi. Istilah tersebut tidaklah keliru karena bangsa Romawi banyak membangun jalan. Di puncak kejayaannya , bangsa Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang dari Inggris hingga Afrika Utara, dari pantai Samudera Atlantik di Semenanjung Iberia hingga Teluk Persia. Keberadaan jalan tersebut diabadikan dalam peta yang dikenal sebagai Peta Peutinger.
[sunting] Pembangunan Jalan Daendels di Pantura Pulau Jawa

Artikel utama untuk bagian ini: Jalan Raya Pos

Herman Willem Daendels adalah seorang Gubernur-Jendral Hindia-Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Pada masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis. Pada masa jabatannya ia membangun jalan raya pada tahun 1808 dari Anyer hingga Panarukan. Sebagian dari jalan ini sekarang menjadi Jalur Pantura (Pantai Utara) yang membentang sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Pembangunan jalan ini adalah proyek monumental namun dibayar dengan banyak pelanggaran hak-hak asasi manusia karena dikerjakan secara paksa tanpa imbalan pantas.

Manfaat yang diperoleh dari jalan ini adalah sebagai jalan pertahanan militer. Selain itu dari segi ekonomi guna menunjang tanam paksa (cultuur stelsel) hasil produk kopi dari pedalaman Priangan semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan Indramayu padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopi Sumedang, Limbangan, Cisarua, dan Sukabumi. Selain itu, dengan adanya jalan ini perjalanan darat Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari bisa dipersingkat menjadi tujuh hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam dinas pos.
[sunting] Sejarah Konstruksi Membangun Jalan

Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya. Di Eropa Utara yang repot dengan tanah basah yang berupa "bubur", dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu dipasang diatas ranting, lalu diatasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui rintangan tersebut.

Di kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tidak meluncur turun. Sedangkan masyarakat di Lembah Sungai Indus, sudah membangun jalan dari bata yang disemen dengan bituna (bahan aspal) agar tetap kering. Dapat dikatakan, pemakaian bahan aspal sudah dikenal sejak milenium ke 3 sebelum masehi dikawasan ini, terbukti di Mahenjo Daro, Pakistan, terdapat penampung air berbahan batu bata bertambalkan aspal.

Konstruksi jalan Bangsa Romawi berciri khas lurus dengan empat lapisan. Lapisan pertama berupa hamparan pasir atau adukan semen, lapisan berikutnya berupa batu besar datar yang kemudian disusul lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava yang mirip batu api. Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Rancangan Jalan Romawi tersebut termasuk mutakhir sebelum muncul teknologi jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya jalan itu rusak ketika Romawi mulai runtuh.

Seorang skotlandia bernama Thomas Telford (1757 - 1834) membuat rancangan jalan raya, di mana batu besar pipih diletakan menghadap ke atas atau berdiri dan sekarang dikenal dengan pondasi jalan Telford. Konstruksi ini sangat kuat terutama sebagai pondasi jalan, dan sangat padat karya karena harus disusun dengan tangan satu per satu. Banyak jalan yang bermutu baik dengan konstruksi Telford, tetapi tidak praktis memakan waktu.

Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang di Indonesia dikenal dengan jalan Makadam itu lahir berkat semangat membuat banyak jalan dengan biaya murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Jalan Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun satu per satu dan saling mengunci sebagai satu kesatuan.

Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun jalan aspal namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu dapat disaksikan di Champ-Elysess, Paris, Perancis. Jalan aspal yang bersipat lebih plastis atau dapat kembang susut yang baik terhadap perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang lebih tahan air.

Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Sekarang banyak jalan tol dengan konstruksi beton (tebal minimum 29 cm) dan tahan hingga lebih dari 50 tahun serta sangat kuat sekali memikul beban besar.

Jalan Aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia University, New York. Pada tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal dengan kepadatan maksimum. Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan Pennsylvania Avenue, Washington D.C pada tahun 1877.

Pada saat ini sedikitnya 90 % jalan utama di perkotaan selalu menggunakan bahan aspal.

Ekonomi Rekayasa

Pengertian Ekonomi Rekayasa adalah suatu cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari /membicarakan tentang proyek.Analisis Ekonomi Rekayasa adalah suatu kajian mulai dari ide,sasaran proyek akan dapat diwujudkan dengan porsi yang layak secara ekonomi.

Definisi Proyek adalah suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas dan sasarannya ditentukan dengan jelas.Sumber daya proyek terdiri dari :

- Man Power (tenaga Kerja)

- Money (Pagu Dana)

- Method (metode pelaksanaan)

- Material (bahan baku)

- Machine (alat)

Kendala proyek (Triple Constrain) :

- Biaya (anggaran)

- Jadwal (waktu)

- Mutu (kualitas)

Ciri-ciri Pokok Proyek

- Memiliki tujuan Khusus,produk akhir/hasil akhir

- Telah ditentukan jumlah biaya,sasaran serta criteria mutu dalam mencapai tujuan

- Bersifat sementara dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas dari titik awal sampai titik akhir proyek.

Tahapan-tahapan Proyek :

1. Identifikasi suatu tujuan yang akan dicapai

2. Pra studi kelayakan

- Analisis Teknik

- Analisis Ekonomi

- Analisis sosial

- Analisis Lingkungan (AMDAL)

Jika Proyek Layak,maka Proyek tersebut dilanjutkan ke tahap :

3. Studi kelayakan

- Analisis Teknik

- Analisis Ekonomi

- Analisis sosial

- Analisis Lingkungan (AMDAL)

4. Rekomendasi beberapa alternatif

5. Seleksi Perancangan

6. Detail Desain (Berupa RAB,Bestek dan Gambar Rencana)

7. Pelaksanaan fisik / Tahap Konstruksi

8. Operasional dan pemeliharaan

Aspek teknis proyek :

1. Proses pembangunan dan operasional setelah pembangunan

2. Lokasi proyek

3. Skala operasi

4. Pemelihaaraan dan operasional mesin dan alat yang akan digunakan

5. Teknologi yang digunakan dan pengaruh terhadap aspek sosial

Lokasi proyek ditinjau dari :

· Bahan Baku

· Tenaga Listrik dan air

· Suplay tenaga kerja

· Transportasi

Dokumen Lelang (RKS) ada 6 Dokumen yaitu :

· Instruksi kepada peserta lelang (IPL)

· Syarat umum kontrak

· Syarat khusus kontrak

· Spesifikasi

· Drawing

· Bill Of quantity (BOQ)

4 Aspek yang dipertimbangkan dalam mendapatkan Grid (rangking) dalam proses lelang :

1. Administrasi

2. SDM

3. Pengalaman

4. Keuangan

Kontraktor Lokal Wajib Dilibatkan Dalam Setiap Proyek Konstruksi

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menegaskan pemerintah tetap akan mensyaratkan kepada perusahaan jasa konstruksi asing yang akan menggarap proyek di Indonesia. Menteri PU minta agar setiap kontraktor asing melibatkan tenaga kerja dan tenaga ahli lokal dalam setiap proyek yang digarapnya. Pemerintah pada prinsipnya mendukung kontraktor lokal selagi proyek bisa ditangani oleh tenaga ahli sendiri.

“Saya merasa keberatan bila suatu proyek ditangani oleh tenaga ahli dari luar negeri,” tegas Menteri PU saat menghadiri perayaan HUT Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) ke – 37, Selasa malam di Jakarta.

Turut hadir dalam perayaan itu, Sekjen PU, Agoes Widjanarko, Dirjen Bina Marga, Djoko Muryanto dan Kepala Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian PU Bambang Guritno.

Dicontohkan, Proyek Suramadu dan Waduk Jatigede adalah bukti proyek besar yang tenaga kerja dan tenaga ahlinya dari dalam negeri. Menyikapi permintaan Ketua Umum AKI, Sudarto terkait dengan bantuan pihak perbankan Menteri PU menyatakan bahwa masalah itu sudah ada aturan tersendiri. Para menteri hanya dapat menghimbau mereka.

Sudarto mengharapkan pemerintah terus memberikan dukungan bagi kemudahan mendapatkan modal pinjaman perbankan. Pasalnya, sejak 37 tahun organisasi ini dibentuk hingga saat ini tetap konsisten dengan tujuan awal yakni menjadi organisasi yang mengedepankan profesionalisme para anggotanya di bidang usaha jasa konstruksi.

“Kini anggota AKI menjadi pemain utama bidang konstruksi yang mendominasi pasar konstruksi nasional dan berkiprah sebagai Kontraktor Utama/Sub Kontraktor yang bermain di Luar Negeri,” tuturnya.

Tahun ini (2010) AKI menargetkan bisa meraih kontrak hingga mencapai Rp 100 Triliun atau sekitar 80% dari market share konstruksi sipil dimana Rp 38 Triliun diantaranya hasil kerja dari Kontraktor BUMN, tambahnya.
Pasar konstruksi pada tahun ini sudah mulai pulih meskipun masih harus ada terobosan dari pemerintah di bebragai regulasi. Pasar konstruksi yang dituju anggota AKI itu terdiri dari proyek bangunan gedung, jalan, jembatan, dan irigasi.
Kepada Menteri PU Sudarto juga meminta menjadi fasilitator kepada Departemen SDM, BP Miigas dan PLN terkait dengan kemudahan dan keberpihakan perbankan kepada calon investor anggota AKI.

Kepada anggotanya Sudarto mengingatkan agar terus berjuang khususnya dalam menghadapi persaingan dengan negara-negara maju sektor konstruksi di era perdagangan bebas. Menurutnya, perdagangan bebas tidak bisa dihindari dan harus dihadapi oleh pelaku usaha sektor konstruksi.

“Pelaku jasa konstruksi asing merupakan ancama terberat dalam persaingan di dalam negeri. Disisi lain, peluang untuk ekspansi ke luar juga terbuka lebar,” tegasnya.

Terlebih tahun ini, Pemerintah Indonesia akan menandatangani China Asean Free Trade Agreement (Ca-FTA). Disusul dengan perjanjian dengan Pemerintah India dan negara lain. Peningkatan mutu dan efisiensi agar mampu bersaing harus diciptakan. Sementara itu, pengalaman pasar domestik bisa menjadi nilai tambah anggota AKI dibanding pesaing kita, tambahnya.

Dalam proses penyusunan Perpres (Peraturan Presiden RI No.54/2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah) AKI telah membantu memberikan masukan kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP khususnya pada butir peraturan yang mungkin merugikan kontraktor Nasional.

Masuknya perusahaan asing yang ingin beroperasi di Indonesia AKI mengajukan beberapa usulan yakni dalam bekerjasama dengan perusahaan nasional, baik kemitraan modal/saham (joint venture) maupun (joint operation) kepemilikan saham perusahaan asing maksimun 55%.

Kemitraan tersebut (joint venture dan joint operation) tidak boleh memperoleh preferensi harga. Dalam kemitraan, Perusahaan asing juga diwajibkan menyiapkan jaminan dari perusahaan induk bila akan mengikuti tender lokal. Sudarto mengaku, hambatan yang dihadapi saat ekspansi ke Luar Negeri selama ini terdiri aturan negara ybs (National treatment), pendanaan dari perbankan, dukungan kelembagaan dan pajak berganda

Suatu negara biasanya merekrut tenaga kerja dan tenaga ahli dari negara bersangkutan. Disisi lain, penerapan kualifikasi professional terkadang sulit dipenuhi oleh tenaga kerja kita, papar Sudarto. Kendala lain, Perusahaan Kontraktor Indonesia, sulit memperoleh pendanaan dari perbankan nasional. Sekalipun dapat, bunganya sangat tinggi, sehingga tidak kompetitif.

Dikatakan, kelemahan kontraktor nasional sering diakibatkan antara lain terbatasnya tenaga bidang quantity surveyor yang memiliki sertifikat internasional. Sulit memahami isi kontrak (terkait bahasa) dan sulit menghadapi gangguan cuaca dan culture shock di Luar Negeri. “Ke depan, kendala ini harus dipecahkan pemerintah khususnya dalam hal pembinaan,” pinta Sudarto.

Untuk mengantisipasi terjadinya perusahaan kontraktor Swasta yang tidak dapat menyelesaikan proyeknya di Luar Negeri, sehingga merusak citra Kontraktor Nasional, AKI mengusulkan perlunya wajib mendapatkan persetujuan terlebih dulu dari pemerintah bagi perusahaan kontstruksi yang akan menggarap proyek di luar negeri.

Sudarto berharap, untuk penetrasi pasar konstruksi di luar negeri, para kontraktor selain mendapatkan dukungan pemerintah, juga perlu dukungan industri konstruksi dan juga dari perbankan. Dengan demikian akan tercipta Indonesia in corporate di bidang konstruksi, jelasnya.

Perayaan HUT dimeriahkan dengan acara penganugrahan penghargaan AKI AWARD sebagai bentuk apresiasi kepada anggota AKI yang berprestasi sekaligus diisi kegiatan halal bihalal. Kontraktor yang memperoleh AKI Awards diantaranya PT Adhi Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk PT Total Bangun Persada Tbk, PT pembangunan Perumahan Tbk, dan PT Bangun Tjipta Persada. (Sony)



















• Home

Untuk Anda, estimator atau kontraktor gedung dan bangunan sipil yang ingin setiap proyeknya sukses dan untung besar.....


"Dengan Software Manajemen Konstruksi Ini, Anda Akan Meningkatkan

Kecepatan Dalam Membuat RAB dan Menghitung Kebutuhan Volume Material

Proyek Hingga 8x Lebih Cepat dan Meningkatkan Efisiensi Keuangan Proyek

Hingga 120%...."



Bayangkan, jika dalam setiap proyek, Anda bisa....


# Membuat RAB tanpa perlu repot-repot menulis nama pekerjaan, satuan & harga satuan, cukup 1 input, semuanya otomatis terisi dan otomatis menghitung....


# Merubah harga satuan material sesuai dengan keinginan klien dan harga total pekerjaan langsung terupdate mengikuti harga material yang baru, dalam 5 detik atau kurang...


# Mengetahui berapa volume kebutuhan masing-masing material yang diperlukan dalam proyek, sehingga bisa merencanakan pengadaan/pembelian logistik dengan akurat tanpa ada material yang terbuang...


# Memonitor volume material yang sudah dibeli dengan akurat dan real time sehingga bisa meminimalisasi pembengkakan anggaran hingga 98%...


# Mengendalikan Keuangan Proyek sepenuhnya dan melacak setiap rupiah yang masuk atau keluar sehingga mengurangi kebocoran biaya hingga 99%...


# Mengatur dengan mudah hutang-piutang lengkap dengan jadwal jatuh temponya secara real time....




beberapa cara menangani proyek
23Jun08
Sebuah proyek arsitektur selalu memerlukan keputusan tentang tatacara serah terima hasil pekerjaan. Uraian mengenai penyerahan hasil pekerjaan (project delivery) tidak dapat dipisahkan dengan keputusan awal tentang bagaimana perancangan proyek akan diselenggarakan. tetapi sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai project delivery, ada baiknya dijelaskan sedikit mengenai beberapa istilah proyek untuk menyamakan persepsi.

Design and Build.
Istilah Design and Build merupakan pengertian tentang tatacara penyelenggaraan proyek dimana proses perencanaan dan proses pelaksanaan konstruksi proyek dilakukan oleh satu pihak tertentu dan diikat secara hukum melalui kontrak dengan Pemberi Tugas. Secara umum, untuk proyek-proyek yang dilaksanakan dengan pola Design and Build, terdapat 2 (pihak) yang mengikatkan diri dengan kontrak kerja yaitu Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Pelaksana Pekerjaan. Walaupun demikian, kadangkala diperlukan keahlian lain yaitu Konsultan Pengawas/Manajemen Proyek/Manajemen Konstruksi yang bekerja untuk dan diikat kontrak dengan Pihak Pemberi Tugas. Tugasnya adalah melakukan dan melaporkan hasil pengawasan pekerjaan kepada Pemberi Tugas. Sementara itu, pembiayaan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan berdasarkan prestasi pekerjaan (dengan tahapan pembayaran), atau dibayarkan setelah pekerjaan selesai 100% dan disetujui oleh Pemberi Tugas (turn-key project).
Turn-key Project.
Proyek yang dilakukan dengan pola Turn-key Project adalah pola pekerjaan dimana masing-masing pihak yang terlibat mengikatkan diri dengan kontrak kerja, tetapi Pihak Pemberi Tugas akan melakukan pembayaran pekerjaan setelah prestasi pekerjaan selesai 100% dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas. Dengan kata lain, Pelaksana Pekerjaan (Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/Manajemen Konstruksi dan Kontraktor, baik sendiri-sendiri, sekaligus maupun kombinasi dari pihak-pihak tersebut) membiayai dirinya sendiri sampai pekerjaannya selesai 100% dan disetujui oleh Pemberi Tugas. Pada cara ini sangat penting pada saat awal untuk menyepakati hal-hal mengenai kualitas bangunan, perkiraan nilai pekerjaan, tatacara pembiayaan dan pembayaran total pada akhir pekerjaan.
Fast Track.
Sesuai dengan namanya, secara bebas istilah fast track dapat dibaca sebagai ‘jalur cepat’, yaitu melaksanakan tahapan-tahapan pekerjaan secara bersamaan agar diperoleh solusi dengan lebih cepat tanpa mengorbankan kualitas hasil pekerjaan. Sebagai contoh pekerjaan fast track ini adalah, tahapan pekerjaan pelaksanaan konstruksi di lapangan sudah dimulai tanpa menunggu tahapan pekerjaan perancangan selesai 100%. Umumnya pada pekerjaan dengan cara fast track adalah pentingnya kesepakatan mengenai hal-hal pokok yang tidak boleh berubah lagi pada tahap pekerjaan selanjutnya.
Pilihan project delivery.
Project delivery merupakan tata cara penyelenggaraan proyek yang meliputi tahapan pekerjaan perencanaan sampai dengan pelaksanaan konstruksi lapangan dan serah terima proyek dari Kontraktor kepada Pemberi Tugas. Secara umum dikenal adanya 3 (tiga) cara penyelenggaraan proyek, yaitu:
Tradisional.
Proses perancangan diselesaikan tuntas baru diadakan lelang pekerjaan untuk Kontraktor. Dalam proses ini juga lazim bahwa shop drawings (gambar detail pekerjaan khusus, misalnya detail profil alumunium) disiapkan oleh Kontraktor pelaksana pekerjaan dan atau pemasok terpilih.
Design and Build.
Kontrak kerja dilakukan terlebih dahulu antara Pemberi Tugas dengan Kontraktor design and build, dan kemudian seluruh perancangan, termasuk gambar kerja, dilakukan oleh Kontraktor tersebut.
Bridging.
Kombinasi antara kedua cara tersebut diatas. Seorang arsitek (kontrak ataupun in-house) menyiapkan konsep rancangan dan atau pra-rancangan untuk dilelangkan kepada Kontraktor atau Kontraktor design and build. Selanjutnya dokumen pengembangan rancangan sampai dokumen pelaksanaan diselesaikan oleh Kontraktor tersebut. Dalam cara ini diperlukan 2 (dua) fungsi arsitek yang berbeda, yaitu pada tahap awal perancangan, sebagai arsitek perancang, dan pada tahap penyelesaian dokumen perancangan, sebagai architect of record. Walaupun demikian, lazim juga ditemui arsitek kedua menyelesaikan seluruh dokumen perancangan sebelum dilelangkan kepada Kontraktor. Contoh proyek seperti ini adalah, misalnya, Pemberi Tugas memilih arsitek asing untuk mengerjakan pra-rancangan dan kemudian menunjuk arsitek lokal untuk meneruskan pekerjaan perancangan sampai selesai.
Ketiga cara tersebut diatas dapat dilakukan dengan proses fast track. Demikian pula halnya dengan tatacara pembayaran; bila disepakati untuk dilakukan dengan turn-key maka pembayaran dilakukan setelah pekerjaan dinyatakan selesai 100%, disetujui Pemberi Tugas dan dilakukan serah terima proyek.
Saat ini sejalan dengan makin kompleksnya tata cara membangun dan bertambah rumitnya pola pembiayaan proyek, prinsip-prinsip dasar tersebut diatas menimbulkan variasi-variasi baru.


Re: [konstruksi] Kontrak kerja Kontraktor

bu wilsa,
terima kasih sekali atas petunjuknya.
saya lagi coba-coba utk me review kembali.

bu, kalau ada contohnya beloh donk dikirim ke saya - japri juga boleh...
saya lagi buntu ide dengan isi perjanjian tsb.


terima kasih
michael

wilsa wrote:
Michael,

kalau di tempat saya, perjanjian kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:

nama para pihak, jabatan dan alamatnya secara jelas
lingkup pekerjaan (ditegaskan lagi dengan lampiran BQ)
periode penyelesaian pekerjaan
biayapekerjaan
cara pembayaran (ketentuan DP, termin vs progress)
persyaratan dokumen penagihan ( ada juga yang mencatumkan ini bila diminta
oleh klien)
denda keterlambatan (bila kontraktor yang terlambat karena lalai)
ketentuan bila klien yang terlambat melakukan pembayaran.
pelaksanaan pekerjaan addendum
tanggung jawab mutu pihak kedua (kontraktor)
larangan pemberian hadiah/tip (dari klien ke pihak kontraktor)
force majeure
klausul bila terjadi perselisihan (standar)

mungkin ada rekan-rekan lain yang bisa memberikan input atau tambahan?

regards,
Wilsa



----- Original Message -----
From: "A. Michael T."
To:
Sent: Tuesday, June 28, 2005 2:38 PM
Subject: [konstruksi] Kontrak kerja Kontraktor


> Salam semuanya,
>
> Ayah saya dan saya telah bergelut cukup lama di bidang general kontraktor,
kami menerima pekerjaan jasa mulai dari renovasi hingga membangun baik untuk
pabrik, toko/komersial/retail, rumah, villa, juga pekerjaan arsitektur,
interior dan furniturenya.
>
> Untuk pekerjaan tsb dulu kami pernah menerapkan kontrak kerja.
>
> sekarang ini kami hendak menerapkan dan me-review kembali kontrak kerja
tsb.
>
> mungkin teman-teman ada yg bisa membantu memberikan CONTOH KONTRAK KERJA
sehingga kami dapat masukan juga hal-hal apa saja yg diatur dlm kontrak tsb.
> Kontrak kerja yang teman-teman berikan tidak akan saya jiplak persis,
karena saya tahu semua aturan yg tercantum di dalamnya harus disesuaikan
dengan kondisi masing-masing.
>
> Bila ada Contoh kontrak kerja, ataupun ada masukan ttg aturan apa saja yg
perlu dimasukan dlm kontrak kerja, bahkan bila ada rujukan/referensi dimana
saya bisa melihat atau belajar banyak ttg kontrak kerja tsb baik dari
website, buku atao referensi manapun, saya mohon kesediaan teman-teman untuk
berbagi di milis kontruksi ini.
>
> terima kasih saya ucapkan sebelumnya.

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil


Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha
pengembangan jasa konstruksi nasional. Dari segi jumlah, sekitar 90% perusahan
pelaksana konstruksi yang terdaftar di LPJKN adalah kontrakor kecil. Di lain pihak,
kemampuan kontraktor kecil dalam pengelolaan proyek konstruksi relatif rendah. Hal ini
tentunya menimbulkan tantangan sendiri dalam usaha pengembangan jasa konstruksi di
Indonesia. Suatu penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran sejauh mana praktek
pengelolaan pro yek konstruksi dilakukan oleh kontraktor kecil. Penelitian ini fokus
kepada bagaimana kontraktor kecil melakukan perencanaan serta pengendalian proyek,
baik waktu maupun biaya, serta melakuk an indentifikasi permasalahan yang dihadapi
dalam pengelolaan pro yek konstruksinya. Dalam penelitian ini sebuah survey, dengan
menggunakan metoda lokakarya, dilakukan kepada 21 perusahaan kontraktor klasifikasi
kecil di kota Bandung. Hasil dari survey tersebut menunjukkan tingkat perencanaan serta
pengendalian proyek pada kontraktor kecil yang masih rend ah serta permasalahan
keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Gamb aran mengenai
praktek perencanaan dan pengendalian proyek p ada kontraktor k ecil ini akan bermanfaat
untuk usaha pengemb angan jasa konstruksi secara umum yan g terkait dengan usaha
perbaikan pada akar per masalahan serta pengembangan pendukung kegiatan pengelolaan
proyek, seperti metoda pelaksanaan, teknik perencanaan, teknik pengendalian, maupun
aplikasi komputer pendukungnya.
Kata-kata Kunci
: biaya, kontraktor k ecil, pengend alian, perencanaan, proyek
konstruksi, waktu.
1. Pendahuluan
Proyek konstruksi semak in hari semakin kompleks dan membutuhkan biaya yang besar,
sehingga membutuhkan perhatian dalam pengelolaan waktu dan sumber daya lebih baik
lagi. Industri konstruksi pada saat ini dan saat yang akan datang akan menghadapi tugas
berat untuk merekonstruksi infrastruktur dan fasilitas produksi yang sudah menurun
kondisin ya di berbagai negara maju dan industri, sebagaimana juga pembangunan
komunitas, infrastruktur dan kompleks industri yang baru di negara-negara berkembang.
Hal ini membutuhkan kemampuan pelaksana konstruksi (kontraktor) untuk bisa lebih
efesien dalam pengelolaan proyek konstruksinya (Hendrickson 2000, Oberlender 2000).
Suatu studi yan g dilakukan untuk menilai sejauh mana kesiapan pelaksana konstruksi di
Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan nilai (
value
) suatu produk konstruksi dengan
mengurangi pemborosan (
waste
) yang terjadi dalam proses pelaksanaan pro yek
konstruksi, atau lebih sering disebut prinsip konstruksi ramping (
lean construction
), telah
1
Staf Pengajar, Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil d an
Lingkungan, ITB, abduh@si.itb.ac.id
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB
2

menunjukkan kelemahan kontraktor besar di Indonesia dalam hal perencanaan dan
penjadwalan (
planning and schedulling
), evaluasi, dan pengendalian (Hengki 2006).
Penyebab dari kelemah an tersebut adalah faktor sumber daya manusia, serta ketersediaan
dan penggunaan teknologi yang mempermudah penguasaan dan pelaksanan pengelolaan
konstruksi di lapangan.
Sebagaimana diketahui, data statistik dari Lembaga Pengembagan Jasa Konstruksi
Nasional ( LPJKN) menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 160. 000 perusahan
pelaksana konstruksi dan 90% dari jumlah tersebut adalah kontrakor kecil. Hal ini
menimbulkan tantangan dalam upaya pen gembangan jasa konstruksi di Indonesia,
dengan mengingat kemampuan kontraktor kecil dalam pengelolaan proyek konstruksi
relatif lebih rendah dari kontraktor besar.
Dengan demikian, suatu kebutuhan yang n yata, bahwa diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan proyek konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor
kecil. Namun demikian, fakta yang n yata dari bagaimana praktek pengelolaan proyek
oleh kontraktor kecil masih diperlukan untuk lebih fokus kepada permasalahan inti dari
kelemahan pengelolaan proeyek yang dimiliki kontraktor kecil. Diharapkan gambaran
yang nyata dari kondisi cara pengelolaan pro yek kontraktor kecil tersebut dapat
memberikan jalan usaha peningkatakan yang harus dilakukan dalam pengembangan jasa
konstruksi di Indonesia, melalui pemberdayaan kontraktor kecilnya.
2. Tujuan dan Metoda Penelitian
Suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Manajemen dan Rekayasa Konstruksi,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, yang memiliki salah satu tujuan untuk
menggambarkan bagaimana praktek perencanaan, pemutahiran kemajuan, serta
pengendalian pro yek di lakukan oleh kontraktor kecil. Pada akhirnya nanti, penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan suatu perangkat lunak pengelolaan proyek konstruksi
untuk kontraktor kecil yang mudah digunakan dengan bertumpu pada aplikasi komputer
spreadsheet
, yang didasarkan pada praktek yan g terjadi di lapangan serta peningkatan
kemampuan pengelolaan proyek yang seharusnya.
Penelitian tersebut dilaksanakan den gan pendekatan pengambilan data empiris serta opini
tentang kebiasaan (
practice
) yang telah lama dilakukan oleh kontraktor kecil dengan
segala keterbatasannya d alam hal pengelolaan proyek konstruksi. Untuk itu, maka sebu ah
perangkat kuesioner digunakan untuk kegiatan survey. Agar lebih fokus, efektif dan
efisien, maka pelaksanaan survey dilakukan dalam bentuk lokakarya pendek. Lokakarya
tersebut dilakukan dengan mengundang beberapa perusahaan kontraktor kecil dan
membimbing pengisian kuesioner agar terjadi kesamaan persepsi dan kesamaan
pengertian istilah pada masing-masing responden.
3. Rancangan Survey
Sebagai bagian dari metoda penelitian, pelaksanaan survey menjadi sangat penting
dilakukan dengan baik, mengingat informasi dan data yan g dikumpulkan akan sangat

menentukan proses penelitian lebih lanjut. Survey tersebut dinamakan
”Survey Praktek
Perencanaan dan Pengendalian Proyek Konstruksi pada Kontraktor Kecil”
. Adapun
tujuan dari kegiatan survey tersebut ad alah seb agai berikut:
1. Untuk mengetahui praktek pengelolaan proyek konstruksi yang biasa dilakukan
oleh kontraktor kecil
2. Untuk mengetahui permasalahan – p ermasalahan yang dih adapi dalam
pengelolaan proyek konstruksi tersebut
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka suatu kuesioner dikembangkan, yang terdiri dari
empat bagian penting, yaitu:
1.
Umum
; yang berisi mengenai informasi respon den serta profil perusahaannya,
seperti jenis pekerjaan, jumlah pegawai, jenis owner, dan lain-lain.
2.
Perencanaan
; pada bagian ini ditanyakan beberapa hal mengenai praktek
perencanaan serta masalah yang dihadapinya. Pertanyaan-pertan yaan tersebut
terkait den gan objek perencanaan, metoda per encan aan, jenis ketergantungan
pekerjaan, spesifikasi penjadwalan dari owner, penetuan durasi pekerjaan, sumber
daya yang dibutuhkan, dan lain-lain.
3.
Kema juan Pekerjaan
; pada bagian ini ditanyakan tentang praktek perhitungan
progress pekerjaan. Pertanyaan-p ertan yaan yan g diajukan terkait dengan proses
pemutahiran, perbandingan aktual dan rencana, laporan kemajuan, spesifikasi
laporan dari owner, sumber daya yang digunakan, dan lain-lain.
4.
Pengendalian
; pada bagian ini ditanyakan tentang praktek pegendalian proyek.
Pertanyaan-pertanyaan pada bagian ini terkait dengan objek pengendalian,
toleransi, aksi yang diambil, sumber daya yang digunak an, dan lain-lain.
4. Prof il Responden Survey
Lokak arya dilakukan dengan mengundang beber apa kontraktor kecil yang berdomisili di
kota Bandung. Pada pelaksanan survey ter sebut, terdapat 21 responden yang
berpartisipasi. Sebagian besar kontraktor kecil tersebut bergerak pada bidang konstruksi
gedung dan jalan. Terdapat 48,78 % responden bergerak pada bidang konstruksi gedung
dan 29.27 % responden bergerak pada bidan g pekerjaan jalan. Mayoritas dari r esponden
telah lama berkecimpung dalam usah a konstruksi, yaitu lebih dari 6 hingga 10 tahun
(76,19 % responden).
Meskipun tergolong perusahaan–p erusahaan yang sudah cukup lama berkecimpung
dalam dunia konstruksi, namun kontraktor–kontraktor tersebut tidak banyak memiliki
pegawai tetap, hanya 14,3 % responden yang mempun yai pegawai tetap diatas 10 orang
sisanya dibawah 10 orang, bahkan 4,8 % responden jumlah pegawainya dibawah 3 orang
(
Gambar 1
). Dari
Gambar 1
pula, dapat dilihat bahwa kontr aktor responden melakukan
pengerjaan proyek pada instansi pemerintah (42 %) dan swasta (32 %), namun demikian
dari hasil survey menunjukkan bahwa kontraktor – kontraktor tersebut sebagian besar
berpengalaman untuk bekerja pada lebih dari satu tipe owner.

La i n -l a in
4 ,0 %
Pe ro ra n g a n
< 3 o r g
> 10 or g
4, 8 %
22 ,0 %
P eme r in t a h
1 4 ,3 %
42 , 0%
3 - 6 o rg
4 2 ,9 %
7- 1 0 o rg
Swa s ta
38 , 1%
3 2 ,0 %
Gambar 1. Jumlah Pegawai Tetap dan Tipe Owner Responden
5. Praktek Pengelolaan Proyek Konstruksi oleh Kontraktor Kecil
Berdasark an hasil survey, secara umum kontraktor k ecil telah melakukan proses
prencanaan, perhitungan kemanjuan pekerjaan, serta pengendalian. Hal ini dilakukan
karena kebutuhan untuk mendapatkan kinerja proyek yang baik serta memenuhi
permintaan owner dalam kontrak kerja berupa spesifikasi pengelolaan pro yek. Den gan
kompleksitas pekerjaan yang ditangani tidak terlalu tinggi, mengingat jumlah item
pekerjaan yang banyak ditangani adalah seban yak 70 item pekerjaan (95,2%) den gan
durasi pro yek yang ban yak ditangani adalah selama 6 bulan (91,3%) (lihat
Gambar 2
),
maka proyek yang dikerjakan tidak membutuhkan teknik perencanaan, pemutahiran, serta
pengendalian yang tinggi.
42 ,9 %
5 6, 5%
4 5, 0%
6 0 ,0%
4 0, 0%
5 0 ,0%
3 5, 0%
3 0, 0%
4 0 ,0%
2 5, 0%
19 ,0 %
1 9 ,0 %
3 0 ,0%
2 0, 0%
14 ,3 %
17 ,4 %
1 5, 0%
2 0 ,0%
1 3, 0%
1 0, 0%
8 ,7 %
4,8 %
1 0 ,0%
4 ,3 %
5, 0%
0, 0%
0 ,0%
1 0 -2 0 2 0- 5 0 50 - 70 70 - 10 0 > 1 00
> 6 B u la n 4 - 6 Bu la n 2- 4 Bu lan 1- 2 B u la n < 1 Bu la n
Ju mla h It e m Pe ke r ja an
Du r as i Pro y ek
Gambar 2. Jumlah Item Pekerjaan dan Durasi Proyek yang Ditangani
Secara umum kontraktor kecil menggunakan bantuan Gantt Chart atau bar chart sebagai
alat bantu peren canaan penjadwalan serta kur va S untuk menampilkan perencanaan
jadwal dan biaya. Kedua alat tersebut digunakan pula untuk menampilkan sejauh mana
kemajuan pekerjaan telah tercapai serta digunakan sebagai alat b antu pen gendalian.
Menarik untuk diperhatikan, sebagaimana terlihat pada
Gambar 3
, bagaimana hubungan
kebiasaan pengelolaan proyek untuk setiap tahap dibandingkan dengan spesifikasi
pengelolaan proyek yang diminta oleh owner dalam kontrak kerjanya. Kontraktor kecil
biasa melakukan pengendalian proyek terutama pada tahap perencanaan (100%) dan hal
ini sesuai pula dengan permintaan owner dalam spesifikasi perencanaan proyek.
Selanjutnya hanya 90,5% kontraktor yang biasa melakukan pemutahiran kemajuan
proyek sebagaimana diminta pula oleh o wner dalam kontrak kerjanya. Namun demikan,














dalam pengendalian proyek, terdapat lebih banyak kontraktor kecil yang biasa
melakukannya (95,2%) dibandingkan kegiatan pemutahiran kemajuan pekerjaan,
meskipun owner yang meminta dengan spesifik pengend alian harus dilakukan oleh
kontraktor dalam kontrak kerjasaman ya lebih sedikit (71,4%).
100% 95,2%
100%
100%
90,5%
90,5%
90%
80%
71,4%
70%
60%
Praktek
50%
Spesifikasi
40%
30%
20%
10%
0%
Peren canaan Pemutah iran Pengendalian
Tahap Pen gen dalian Proy ek
Gambar 3 Praktek dan Spesifikasi Pengelolaan Proyek
Dalam pelaksanaan pengelolaan pro yek, masih terdapat empat hambatan yang dihadapi
oleh kontraktor kecil, yaitu SDM, software, waktu dan biaya (
Gambar 4
). Hanya
sebagian kecil responden menyatakan bahwa tidak terdap at hambatan dalam perencanaan
serta pemutahiran. Dalam pengend alian proyek, tidak terdapat satupun responden
menyatakan tidak ada hambatan. Ini berarti bah wa pengend alian proyek relatif lebih sulit
dilakukan oleh kontr aktor kecil, meskipun relatif lebih sering dilakukan oleh kontraktor
kecil daripada pemutahiran data (
Gambar 3
). Kebutuhan akan pengendalian yang baik
ini juga tidak didukung oleh permintaan owner yang lebih spesifik dalam kontrak
kerjanya. Ini dapat dilihat pula kaitann ya dengan ketidakmampuan SDM (33,3%) yang
harus melakukan pemutahiran kemajuan pekerjaan serta p engendalian dalam waktu yang
terbatas (33,3%). Dalam perencanaan proyek, nampaknya hambatan lebih tertuju kepada
biaya (33,3%) yan g harus dikeluarkan serta waktu yang terbatas (28,6%). Tetapi dari segi
SDM, nampaknya kontraktor kecil telah men yiapkannya lebih baik.
100,0
4,8 9,5 0,0
90,0
33,3
28,6
80,0
33,3
Tidak Ada
70,0
Waktu
60,0
14,3
50,0
33,3 14,3
Biaya
40,0
Software
9,5 19,0
30,0
SDM
14,3
20,0
33,3 33,3
10,0
19,0
-
Perencanaan Pemutahiran Pengendalian
Tahap Pengelolaan
Gambar 4 Hambatan yang Dihadapi dalam Pengelolaan Proyek

Jika dilihat lebih lanjut, terdapat sebagian kecil yang sepakat bah wa tidak terdapat
permasalah an dalam SDM, yaitu hanya 4,8% (
Ga mbar 5
). Permasalahan yan g utama
adalah kurangnya keahlian yang dimiliki personil dalam pen gelolaan proyek (33%) serta
keterbatasan jumlah personil untuk pengelolaan p royek (28,6%), untuk perencan aan biasa
digunakan han ya 2 o rang personil, sedangkan dalam pengendalian proyek hanya satu
orang (
Gambar 6
).
Tidak Ada; 4,8%
Biaya; 14,3%
Keahlian; 33,0%
Tuga s Rangkap;
19,0%
Jumlah; 28,6%
Gambar 5 Permasalahan SDM dalam Pengelolaan Proyek
120,0%
100,0%
27,8% 26,3%
Tidak Ada
80,0%
0,0%
4 orang
5,3%
5,6%
5,6%
60,0%
3 orang
26,3%
2 orang
33,3%
40,0%
1 orang
42,1%
20,0%
27,8%
0,0%
Perencanaan Pen gen dalian
Gambar 6 Jumlah Personil Khusus untuk Pengelolaan Proyek
Meskipun perangkat lunak pendukung pengelolaan proyek, tidak menjadi hambatan yang
besar, tetapi hal ini masih menjadi faktor pendukung kinerja pengelolaan proyek. Khusus
untuk kegiatan pengelolaan proyek ini, sebagian besar responden selalu menggunakan
Microsoft Excel (aplikasi spreadsheet) sebagai software pendukungn ya (
Gambar 7
).
Belum ada kontraktor kecil yang menggunak an Primavera Project Planner. Sedangkan
Microsoft Project semakin dibutuhkan untuk memutahirkan kemajuan pekerjaan serta

pengendalian. Ini berarti, aplikasi spreadsheet yang digunakan belum dapat dimanfaatkan
untuk mendukung kegiatan pemutahiran p ekerjaan dan pengendalian pro yek.
100%
4,5 5,9 4,3
80%
Tidak ada
60%
78,3
Micro soft Excel
90,9 88,2
Micro soft Project
40%
Primav era PP
20%
17,4
4,5 5,9
0%
0,0
0,0
0
Perencanaan Pemu tahiran Peng end alian
Tahap Pengelolaan Pro yek
Gambar 7 Perangkat Lunak yang Digunakan dalam Pengelolaan Proyek
Informasi lebih jauh mengenai praktek pengelolaan proyek secara spesifik untuk masing-
masing tahap, yaitu perencanaan, perhitungan kemajuan pekerjaan serta pengendalian,
yang didapat dari survey disampaikan pada b agian selanjutnya di b awah ini.
5.1. Perencanaan

Untuk melakukan perencanaan waktu, kontraktor pada umumnya memakai Kurva
S dan Barchart dalam menampilkan perencanaan (85 %). Sementara itu ada 15 %
responden yan g tidak mempunyai alat bantu perencanaan.

Penjadwalan yang diminta owner paling banyak adalah berupa kurva S (61,54%).
Namun demikian, kebanyakan dari owner meminta kontraktor untuk
menampilkan penjadwalannnya d alam bentuk 2 bentuk, yaitu: kurva S dan
Barchart. Sementara hanya 3,85 % responden yang diminta detail penjadwalannya
berupa Critical Path Method (CPM) dan Preced ence Diagram Method (PDM)

Jenis ketergantungan pekerjaan pada setiap kontraktor cukup bervariasi, namun
pada umumnya jenis keter gantungan yang digunakan adalah Start To Start (SS)
dan Start To Finish (SF) dan atau kedua – duanya.

Untuk menentukan durasi pada umumnya ko ntraktor lebih mengutamakan
pengalaman p ada proyek sejenis dibandingkan dengan metoda lain, kalaupun ada
metoda lain yang dipakai, hal itu akan dibandingkan lagi dengan pengalaman
kontraktor pada p royek sejenis.

Dari kebanyakan responden (71,43 %), hampir semuanya menyatakan bahwa
tidak dibutuhkan dana besar untuk dapat menggun akan software untuk
perencanaan, sementara hanya 28,57 % saja responden yang membutuhkan dana
besar untuk penggunaan software

Sebanyak 80,95% responden menyatakan membutuhkan tenaga kerja yang khusus
ahli dalam software pengelolaan proyek. Sementara han ya 19,05 % responden

yang menyatakan tidak membutuhkan tenaga kerja khusus yang ahli dalam
software pengelolaan proyek konstruksi
5.2. Kemajuan Pekerjaan

Sama halnya den gan perencanaan, pada perhitungan progress kebanyakan
kontraktor menggunakan Kurva S dan Barchart sebagai alat bantu dalam
menampilkan kemajuan pekerjaan (58,97%). Kurva S dan Bar chart dapat
ditampilkan sendiri maupun ditampilkan kedua – duanya atau dikombinasikan
dengan menggunak an tabel.

Sebagian besar dari responden tampaknya sudah memiliki sistem perencanaan
yang baik, hal ini dibuktikan dari hasil survey yang menunjukkan, bahwa
sebagian besar responden dalam melakukan proyek progress aktualn ya sama
dengan rencana (57,14%) dan bahkan Pro gr ess aktualnya lebih besar dari rencana
(23,81%).

Karena rata – rata proyek yang dikerjakan berskala kecil, maka laporan progress
pekerjaan dari kontraktor sebagian besar dilakuk an secara mingguan (57,58 %)
dan harian (27,27%). Hal ini sesuai dengan permintaan owner dalam spesifikasi
pelaporan pekerjaan, dimana sebagian besar owner meminta kontraktor untuk
melaporkan progress pekerjaannya secara mingguan (62,07 %) serta harian (20,69
%).

Tampilan dari progress pekerjaan sebagian besar responden adalah berupa
capaian fisk periode saat ini (50%) serta capaian fisik periode saat ini dan
sebelumnya ( 28,125%) . Hanya sebagian kecil yang menampilkannya dalam
bentuk biaya yang keluar dan atau biaya dalam ko ntrak.

Secara umum laporan dari kontraktor kepada owner adalah berupa Kurva S dan
Barchart. Sementara ad a juga responden yang tidak memilih keduanya, karena
mereka memilih bentuk tabel.
5.3. Pengendalian

Aspek biaya, waktu dan mutu merupakan faktor yang sama pentingnya untuk
dikendalikan dalam suatu proyek, namun masih dikendalikan secara terpisah
terutama dalam hal pendalian waktu dan biaya.

Semua responden menyatakan ada toleransi atas keterlambatan dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan variasi besaran toleransi sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Pada 1/3 awal dan 2/3 durasi awal proyek, nilai toleransi rata – rata
di bawah 10%. Sedangkan pada 1/3 durasi akhir proyek, nilai toleransi rata – rata
di bawah 5%. Namun demikian, masih terdapat kontraktor yang menerapkan nilai
toleransi ini sebesar 20%, bahkan di tahap akhir proyek (
Ga mbar 8
).

Penyebab terbesar dari keterlambatan pelakasnaan pekerjaan biasanya adalah
perencanaan yang kurang baik (39,29%) dan faktor luar (42,06%)

Fakta yang sering terjadi pada pelaksanaan proyek adalah biaya aktual yang lebih
kecil dari biaya r encana (40%) hal ini menunjukkan efisiensi dalam kinerja
kontraktor.

Sebagian besar dari kontraktor sering melakukan penambahan SDM dan
meningkatkan produktivitas pekerja (48,57%) untuk mengendalikan pekerjaan
jika terlambat sementara yang lainnya melakukan penjadwalan ulang.

100,0%
0,0% 4,8% 10,5%
9,5%
90,0%
14,3% 5,3%
80,0%
15,8%
70,0%
42,9%
> 20%
60,0%
42,9%
10% - 20%
50,0%
5% - 10%
40,0%
68,4%
< 5%
30,0%
47,6% 38,1%
20,0%
10,0%
0,0%
Awal Proyek Tengah Proyek Akhir Proyek
Tahap Peng elolaan Proyek
Gambar 8. Nilai Toleransi dalam Pengendalian Proyek
6. Penutup
Kontraktor klasifikasi kecil di Indonesia, meski berjumlah 90% dari kontraktor yang
terdaftar, sering dianggap sebelah mata karena kontrubusi kepada pembangunan
infrastruktur di Indonesia yang bernilai sebaliknya. Namun demikian, karena jumlahnya
yang besar, maka signifikansinya tidak dapat diabaikan dalam hal pembinaan jasa
konstruksi di Indonesia. Salah satunya adalah dalam hal bagaimana kontraktor kecil ini
mengelola proyeknya agar didapatkan kinerja proyek yang efisien dan efektif.
Pada kenyataannya, dari hasil survey, kontraktor kecil telah melakukan praktek
perencanaan, pemutahiran kemajuan pekerjaan, serta pengendalian pekerjaan konstruksi.
Namun demikian, tin gk at kecanggihan, akurasi dan manfaat informasi serta data yang
dihasilkan oleh sistem yang diadopsi masih rendah. Hal ini karena sumber daya yang
relatif masih seadanya digunakan untuk mendukung kegiatan pengelolaan proyek
konstruksi, meskipun pemilik proyek telah meminta secara khusus dalam spesifikasi
penjadwalan dalam kontrak kerja konstruksin ya dengan kontaktor kecil. Kurangnya
sumber daya yang khusus ditugaskan untuk pengelolaan proyek, pendukung teknologi
software, pengetahuan yang mencukupi serta keterbatasan dana untuk pengembangan
terkait dengan pengelolaan pro yek adalah sumber dari rendahnya kinerja kontraktor kecil
dalam pengelolaan proyek konstruksinya.
Hasil survey memberikan gambaran yang memadai untuk dijadikan titk awal
pengembangan berbagai hal yan g dapat meningkatkan kinerja kontraktor kecil. Salah
satunya dengan menjadikan hasil survey ini sebagai sebuah spesifikasi pengembangan
perangkat lunak pengelolaan proyek konstruksi oleh kontraktor kecil. Perangkat lunak
yang dimaksud bertujuan untuk mengakomodasi praktek yang telah biasa dilakukan,
keterbatasan sumberdaya, serta di pihak lain mencoba mengintroduksi car a pengelolaan
proyek yang sebaiknya dilakukan. Aplikasi spreadsheet merupakan potensi aplikasi yang
sebaiknya digunakan untuk hal ini karena telah dikenal luas, kemudahan, serta

kemampuan yan g dimilikinya. Untuk menin gkatkan kemudahan, kecepatan, keakuratan
data pengelolaan proyek, maka perlu juga dilakukan automasi aplikasi spreadsheet
tersebut.
7. Daftar Pustaka
Hendrickson, C. (2000). “Project Management for Construction,” 2nd Edition, Prentice
Hall.
Hengki, A. R., (2006). “Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Kontraktor Indonesia
Menuju Konstruksi Ramping”. Thesis Magister, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, ITB.
Oberlender, Garold D. (2000). Project Management for En gineering and Construction,”
2nd edition, McGraw-Hill.

Indetitas Nasional

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional.

Namun kita juga telah melihat bahwa, khususnya dalam lima tahun terakhir, telah terjadi krisis pemerintahan dan tuntutan reformasi (tanpa platform yang jelas) yang menimbulkan berbagai ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (governance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah berawal tindakan-tindakan anarkis, pelanggaran-pelanggaran moral dan etika, tentu pula tak terkecuali pelanggaran hukum dan meningkatnya kriminalitas. Di kala hal ini berkepanjangan dan tidak jelas kapan saatnya krisis ini akan berakhir, para pengamat hanya bisa mengatakan bahwa bangsa kita adalah “bangsa yang sedang sakit”, suatu kesimpulan yang tidak pula menawarkan solusi.

Timbul pertanyaan: mengapa bangsa kita dicemooh oleh bangsa lain? Mengapa pula ada sejumlah orang Indonesia yang tanpa canggung dan tanpa merasa risi dengan mudah berkata, “Saya malu menjadi orang Indonesia” dan bukannya secara heroik menantang dan mengatakan, “Saya siap untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ini”? Mengapa pula wakil-wakil rakyat dan para pemimpin malahan saling tuding sehingga menjadi bahan olok-olok orang banyak? Mengapa pula banyak orang, termasuk kaum intelektual, kemudian menganggap Pancasila harus “disingkirkan” sebagai dasar negara? Kaum intelektual yang sama di masa lalu adalah penatar gigih, bahkan “manggala” dalam pelaksanaan Penataran P-4. Pancasila adalah “asas bersama” bagi bangsa ini (bukan “asas tunggal”). Di samping itu, makin banyak orang yang kecewa berat terhadap, bahkan menolak, perubahan UUD 1945 (lebih dari sekedar amandemen) sehingga perannya sebagai pedoman dan acuan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diibaratkan sebagai menjadi lumpuh.

Perjalanan panjang hampir enam dasawarsa kemerdekaan Indonesia telah memberikan banyak pengalaman kepada warganegara tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Nation and character building sebagai cita-cita membentuk kebudayaan nasional belum dilandasi oleh suatu strategi budaya yang nyata (padahal ini merupakan konsekuensi dari dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan sebagai “de hoogste politieke beslissing” dan diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai hukum dasar negara.

Proses Pembentukan Kebudayaan Nasional Indonesia: Identitas Nasional dan Kesadaran Nasional dimasa lalu, kebudayaan nasional digambarkan sebagai “puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia”. Namun selanjutnya, kebudayaan nasional Indonesia perlu diisi oleh nilai-nilai dan norma-norma nasional sebagai pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di antara seluruh rakyat Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai yang menjaga kedaulatan negara dan integritas teritorial yang menyiratkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air, serta kelestariannya, nilai-nilai tentang kebersamaan, saling menghormati, saling mencintai dan saling menolong antar sesama warganegara, untuk bersama-sama menjaga kedaulatan dan martabat bangsa.

Pembentukan identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa, merupakan tugas utama dari pembangunan kebudayaan nasional. Singkatnya, kebudayaan nasional adalah sarana bagi kita untuk memberikan jawaban atas pertanyaan: “Siapa kita (apa identitas kita)? Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita? Watak bangsa semacam apa yang kita inginkan? Bagaimana kita harus mengukir wujud masa depan bangsa dan tanah air kita?”

Jawaban terhadap sederet pertanyaan di atas telah dilakukan dalam berbagai wacana mengenai pembangunan kebudayaan nasional dan pengembangan kebudayaan nasional. Namun strategi kebudayaan nasional untuk menjawab wacana tersebut di atas belum banyak dikemukakan dan dirancang selama lebih dari setengah abad usia negara ini, termasuk dalam kongres-kongres kebudayaan yang lalu.

Gagasan tentang kebudayaan nasional Indonesia yang menyangkut kesadaran dan identitas sebagai satu bangsa sudah dirancang saat bangsa kita belum merdeka. Hampir dua dekade sesudah Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia telah menanamkan kesadaran tentang identitas Indonesia dalam Manifesto Politiknya (1925), yang dikemukakan dalam tiga hakekat, yaitu: (1) kedaulatan rakyat, (2) kemandirian dan (3) persatuan Indonesia. Gagasan ini kemudian segera direspons dengan semangat tinggi oleh Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Makalah ini akan membatasi diri pada dua hal pokok yang menurut hemat penulis perlu menjadi titik-tolak utama dalam “membentuk” kebudayaan nasional, yaitu: (1) identitas nasional dan (2) kesadaran nasional. Dalam kaitan ini, “Bhineka Tunggal Ika” adalah suatu manifesto kultural (pernyataan das Sollen) dan sekaligus merupakan suatu titik-tolak strategi budaya untuk bersatu sebagai satu bangsa.

Kita tidak dapat pula mengingkari sifat pluralistik bangsa kita sehingga perlu pula memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan sukubangsa dan kebudayaan agama yang dianut oleh warganegara Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan sukubangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarnai perilaku dan kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu berseiringan, saling melengkapi dan saling mengisi, tidak berdiri sendiri-sendiri, bahkan mampu untuk saling menyesuaikan (fleksibel) dalam percaturan hidup sehari-hari.

Dalam konteks itu pula maka ratusan suku-sukubangsa yang terdapat di Indonesia perlu dilihat sebagai aset negara berkat pemahaman akan lingkungan alamnya, tradisinya, serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya, yang keseluruhannya perlu dapat didayagunakan bagi pembangunan nasional. Di pihak lain, setiap sukubangsa juga memiliki hambatan budayanya masing-masing, yang berbeda antara sukubangsa yang satu dengan yang lainnya. Maka menjadi tugas negaralah untuk memahami, selanjutnya mengatasi hambatan-hambatan budaya masing-masing sukubangsa, dan secara aktif memberi dorongan dan peluang bagi munculnya potensi-potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.

Banyak wacana mengenai bangsa Indonesia mengacu kepada ciri pluralistik bangsa kita, serta mengenai pentingnya pemahaman tentang masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang multikultural. Intinya adalah menekankan pada pentingnya memberikan kesempatan bagi berkembangnya masyarakat multikultural itu, yang masing-masing harus diakui haknya untuk mengembangkan dirinya melalui kebudayaan mereka di tanah asal leluhur mereka. Hal ini juga berarti bahwa masyarakat multikultural harus memperoleh kesempatan yang baik untuk menjaga dan mengembangkan kearifan budaya lokal mereka ke arah kualitas dan pendayagunaan yang lebih baik.

Kelangsungan dan berkembangnya kebudayaan lokal perlu dijaga dan dihindarkan dari hambatan. Unsur-unsur budaya lokal yang bermanfaat bagi diri sendiri bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan bangsa, memperkaya unsur-unsur kebudayaan nasional. Meskipun demikian, sebagai kaum profesional Indonesia, misi utama kita adalah mentransformasikan kenyataan multikultural sebagai aset dan sumber kekuatan bangsa, dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan sebagai “de hoogste politieke beslissing” dan diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai hukum dasar negara.


BAB II PEMBAHASAN

a. Indetitas Nasional

Pengertian Identitas nasional Dilihat dari segi bahasa identitas berasal dari bahasa inggris yaitu identity yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri adalah suatu yang menandai suatu benda atau orang. Jadi identity atau identitas atau jati diri dapat memiliki dua arti :
1. Identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang atau sebuah benda.
2. Identitas atau jati diri dapat berupa surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang.

Sedangkan nasional berasal dari bahas inggris “national” yang dapat diartikan sebagai warga negara atau kebangsaan. Jadi identitas nasional berasal dari kata “national identity” yang dapat diartikan sebagai kepribadian national atau jati diri national. Kepribadian nasional atau jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa.
indentitas nasional terbentuk sebagai rasa bahwa bangsa indonesia mempunya pengalaman bersama, sejarah yang sama dan penderitaan yang sama dan penderitaan yang sama. Identitas nasional diperlukan dalam interaksi karena di dalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung, maka dalam berinteraksi seorang berpedoman kepada kebudayaannya. Jika kebudayaan di katakan bagian dari identitas nasional maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah laku.

b. Indentitas Nasianal Indonesia

Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan terhadap Sang Saka Merah-Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Nasional, pembentukan TKR yang kemudian menjadi TNI dan PNS, sistem pendidikan nasional, sistem hukum nasional, sistem perekonomian nasional, sistem pemerintahan dan sistem birokrasi nasional). Di pihak lain, kesadaran nasional dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan patriotisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan akan perlunya memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai perjuangan mencapai peradaban, sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing atau kekuatan asing.

Secara internal manusia dan masyarakat memiliki intuisi dan aspirasi untuk mencapai kemajuan. Secara internal, pengaruh dari luar selalu mendorong masyarakat, yang dinilai statis sekali pun, untuk bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan besar dari lingkungan pada saat ini datang dari media masa, melalui pemberitaan maupun pembentukan opini. Pengaruh internal dan khususnya eksternal ini merupakan faktor strategis bagi terbentuknya suatu kebudayaan nasional. Sistem dan media komunikasi menjadi sarana strategis yang dapat diberi peran strategis pula untuk memupuk identitas nasional dan kesadaran nasional.

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional Indonesia.
Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Uraiannya mencakup :

1. Identitas manusia
Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara individu maupun kolektif adalah perpaduan antara keunikan-keunikan yang ada pada dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.


2. Identitas nasional
Identitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman) baik menyangkut sosiokultural atau religiositas. - Identitas fundamental/ ideal = Pancasila yang merupakan falsafah bangsa.- Identitas instrumental = identitas sebagai alat untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan.- Identitas religiusitas = Indonesia pluralistik dalam agama dan kepercayaan.- Identitas sosiokultural = Indonesia pluralistik dalam suku dan budaya.- Identitas alamiah = Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
3. Nasionalisme Indonesia
Nasionalime merupakan situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa. Nasionalisme sangat efektif sebagai alat merebut kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno adalah bukan yang berwatak chauvinisme, bersifat toleran, bercorak ketimuran, hendaknya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
4. Integratis Nasional
Menurut Mahfud M.D integrai nasional adalah pernyataan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masayarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih untuh , secara sederhana memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan, kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membersakan SAR. Ini perlu dikembangkan karena pada hakekatnya integrasi nasional menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa.KesimpulanIdentitas Nasional Indonesia adalah sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas.


BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

a.Kesimpulan

Sebagai penutup dapat diulangi di sini bahwa dalam penataan mindset untuk “membentuk” kebudayaan nasional Indonesia, makalah ini mengambil titik-tolak utama sebagai awal strategis: (1) identitas nasional dan (2) kesadaran nasional.

Pertama, rakyat Indonesia yang pluralistik merupakan kenyataan, yang harus dilihat sebagai aset nasional, bukan resiko atau beban. Rakyat adalah potensi nasional harus diberdayakan, ditingkatkan potensi dan produktivitas fisikal, mental dan kulturalnya.

Kedua, tanah air Indonesia sebagai aset nasional yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote, merupakan tempat bersemayamnya semangat kebhinekaan. Adalah kewajiban politik dan intelektual kita untuk mentransformasikan “kebhinekaan” menjadi “ketunggalikaan” dalam identitas dan kesadaran nasional.

Ketiga, diperlukan penumbuhan pola pikir yang dilandasi oleh prinsip mutualisme, kerjasama sinergis saling menghargai dan memiliki (shared interest) dan menghindarkan pola pikir persaingan tidak sehat yang menumbuhkan eksklusivisme, namun sebaliknya, perlu secara bersama-sama berlomba meningkatkan daya saing dalam tujuan peningkatan kualitas sosial-kultural sebagai bangsa.

Keempat, membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu strategi kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?” yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia”.

Kelima, yang kita hadapi saat ini adalah krisis budaya. Tanpa segera ditegakkannya upaya “membentuk” secara tegas identitas nasional dan kesadaran nasional, maka bangsa ini akan menghadapi kehancuran

b.Saran
Sebagai warga negara indonesia kita juga harus tau tentang indentitas negara indonesia
DAFTAR PUSTAKA


Anderson, Benedict. (1983). Imagined Communities: Reflection on the Origin and Spread of Nationalism, Wonder: Verso.

Danusiri, Aryo & Wasmi Alhaziri, ed. (2002). Pendidikan Memang Multikultural: Beberapa Gagasan. Jakarta: SET.

Forum Rektor Indonesia Simpul Jawa Timur (2003). Hidup Berbangsa dan Etika Multikultural. Surabaya: Penerbit Forum Rektor Simpul Jawa Timur Universitas Surabaya.

Greenfeld, Leah (2001). The Spirit of Capitalism: Nationalism and Economic Growth, Cambridge, Mass.: Harvard University Press

Gudykunst, William B. dan Young Yun Kim (1997). Communicating with Strangers. Boston: McGraw Hill.

Kompas (2003). “Presiden Canangkan Gerbang Mina Bahari”, hlm. 11 kol. 1-3, 12 Oktober.

Lustick, Ian S. (2002). “Hegemony and the Riddle of Nationalism: The Dialectics of Nationalism and Religion in the Middle East”, Logos Vol. One, Issue Three, Summer , hlm. 18-20.

Petras, James dan Henry Veltmeyer (2001). Globalization Unmasked: Imperialism in the 20 th Century. London: Zed Books, 2001.

Smith, J.W. (2000). Economic Democracy: The Political Struggle of the Twenty-First Century, New York: M.E. Sharpe.

Sulastomo (2003). Reformasi: Antara Harapan dan Realita. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Swasono, Meutia F.H. (1974). Generasi Muda Minangkabau di Jakarta: Masalah Identitas Sukubangsa. Skripsi Sarjana. Jakarta: Fakultas Sastra UI.

--- (1999). “Reaktualisasi dan Rekontekstualisasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Kerangka Persatuan dan Kesatuan Bangsa”, makalah pada seminar yang diselenggarakan oleh IAIN Syarif Hidayatullah dan Yayasan Haji Karim Oei, Jakarta, 6 Mei.

--- (2000a). “Reaktualisasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Menghadapi Disintegrasi Bangsa”, makalah diajukan dalam Simposium dan Lokakarya Internasional dengan tema “Mengawali Abad ke-21: Menyongsong Otonomi Daerah, Mengenali Budaya Lokal, Membangun Integrasi Bangsa”, diselenggarakan oleh Jurnal Antropologi Indonesia bekerjasama dengan Jurusan Antropologi Universitas Hasanuddin, di Makassar, 1-5 Agustus 2000.

--- (2000b). “Kebudayaan Nasional sebagai Kekuatan Pemersatu Bangsa”, makalah dalam Seminar Sehari tentang Aktualisasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda dan Bhineka Tunggal Ika, diselenggarakan oleh DPP Badan Interaksi Sosial Masyarakat (DPP-BISMA) di Jakarta, 25 November.

--- (2002). “Strategi Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata Menjelang AFTA 2002”, Perencanaan Pembangunan. Januari-Maret 2003, hlm. 10-15.

--- (2003a). “Merancang Masa Depan Indonesia di Tengah Tantangan Globalisasi dan Demokratisasi”, makalah diajukan dalam Seminar Nasional Merancang Masa Depan Indonesia di Tengah Tantangan Globalisasi dan Demokratisasi, diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa FISIP-UI di Depok, 30-31 Januari.

--- (2003b). 4. “Membangun Kebudayaan Nasional”, majalah Perencanaan Pembangun¬an, No.31, April-Juni 2003, hlm. 42-48.

--- (2003c). “Masalah Psikososial, Pandangan Masyarakat tentang Kesehatan Jiwa, dan Membangun Jiwa Bangsa”, makalah diajukan pada Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa II di Jakarta, 9-11 Oktober.

Swasono, S.E. (2003a). “Pluralisme, Mutualisme dan Semangat Bersatu: Mempertanya¬kan Jatidiri Bangsa”, makalah utama diajukan pada Dies Natalis ke-57 Fakultas Ilmu Budaya UGM, Yogyakarta 25 Februari 2003.

Swasono, S.E. (2003b). Kemandirian Bangsa, Tantangan Perjuangan dan Entre¬preneurship Indonesia. Yogyakarta: Universitas Janabadra.

Tambunan, A.S.S. (2002). UUD 1945 Sudah Diganti Menjadi UUD 2002 Tanpa Mandat Khusus Rakyat. Jakarta: Yayasan Kepada Bangsaku.

Manajemen Konstruksi

yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbtas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangnan atau infrastruktur.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimtis pada suatu proyek dengan mengunkan sumber daya yang ada secara efktif dan efsien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikrenakan manajemen perecanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fugsi antara lain :
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjdinya perubahan kondisi lapngan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktupelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicpai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dpat dijadikan tindakan pengmbilan keptusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa dilapangan
Tujuan Manajemen Konstruksi
Sasaran Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu ( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan pengawasan waktu pelaksanaan ( Time Control ).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap – tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap – tahap proyek sebagai berikut
1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem Manajemen Konstruksi, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
2. Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (‘feasible “) mulai dari tahap disain.
3. Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai.
4. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tugas pokok yang

kontraktor (1)

• Sedikit perubahan antara CDM 1994 dan CDM 2007

• Klien harus menunjuk PC untuk proyek-proyek dilaporkan dan menunjuk sesegera mungkin dapat dilaksanakan

• Kontraktor utama harus memastikan klien yang menyadari tugas, koordinator CDM telah ditunjuk dan HSE diberitahu

• Mereka mereka menunjuk kompeten

• Tahap konstruksi benar direncanakan, dikelola, dipantau dan sumber daya



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 2

Tugas pokok yang

kontraktor (2)

• Menginformasikan kontraktor dari waktu minimum yang diperbolehkan untuk perencanaan dan persiapan

• Menyediakan informasi yang relevan kepada kontraktor

• Pastikan kerja yang aman, koordinasi dan kerjasama antara kontraktor

• Tahap konstruksi kesehatan dan keselamatan rencana disiapkan dan dilaksanakan

o Merencanakan kebutuhan untuk menetapkan organisasi dan pengaturan untuk mengelola risiko dan koordinasi kerja

o Rencana harus tailoured untuk proyek tertentu dan resiko yang terlibat

• Cocok kesejahteraan dari awal



Mengelola kesehatan dan keselamatan di situs,

tidak dokumen

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 3

Tugas pokok yang

kontraktor (3)

• Menyiapkan dan menegakkan aturan situs seperti yang diperlukan

• Memberikan arah yang wajar kepada kontraktor termasuk kontraktor yang ditunjuk klien

• Mencegah entri yang tidak sah

• Menyediakan rencana untuk mereka yang membutuhkannya

• Segera menyediakan CDM koordinator dengan informasi untuk file

• Bekerja sama dengan koordinator CDM dalam kaitannya dengan perubahan desain dan desain

• Pastikan semua pekerja telah disediakan dengan kesehatan dan keselamatan yang sesuai, informasi dan pelatihan



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 4

Tugas pokok yang

kontraktor (4)

• Pastikan tenaga kerja yang berkonsultasi tentang masalah kesehatan dan keselamatan

• Menampilkan informasi proyek kunci untuk pekerja

• Tidak harus

o Menyediakan pelatihan bagi para pekerja mereka tidak menggunakan (tetapi kontraktor lakukan)

o Melakukan pengawasan rinci dari pekerjaan kontraktor '

o Isi rencana fase konstruksi dengan informasi yang tidak relevan atau dokumen generik tak berujung



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 5

Kepala kontraktor - pesan kunci

• Anda akan mendapatkan keuntungan dari perubahan Peraturan CDM dengan terlibat dalam proyek sebelumnya, bekerja untuk desain yang aman dan sehat untuk membangun, menerima informasi yang lebih relevan dan dokumen kurang

• Ini akan lebih mudah bagi Anda untuk menunjukkan klien bahwa Anda dan kontraktor Anda memiliki keterampilan yang tepat dan pengalaman untuk pekerjaan

• Mengelola kesehatan dan keselamatan di situs - mengelola risiko, bukan dokumen



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 6

Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek semua (1)

• Klien memeriksa menyadari tugas mereka

• Tidak mulai bekerja sampai mereka telah memperoleh informasi pra-konstruksi dari klien (atau PC)

• Merencanakan, mengelola dan memantau pekerjaan mereka sendiri untuk memastikan bahwa para pekerja mereka aman

• Memastikan mereka dan mereka yang menunjuk kompeten dan cukup sumber daya



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 7

Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek semua (2)

• Menginformasikan setiap kontraktor bahwa mereka terlibat, dari jumlah minimal waktu yang mereka miliki untuk perencanaan dan persiapan

• Menyediakan pekerja mereka (entah bekerja atau wiraswasta) dengan informasi yang diperlukan dan pelatihan dan induksi

• Laporan apa pun yang mereka menyadari yang mungkin membahayakan H & S dari diri mereka sendiri atau orang lain

• Pastikan bahwa pekerjaan desain yang mereka lakukan sesuai dengan tugas desain CDM



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 8

Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek semua (3)

• Sesuai dengan tugas untuk kesehatan dan keselamatan situs

• Bekerja sama dan koordinasi dengan orang lain bekerja pada proyek

• Konsultasikan tenaga kerja

• Tidak mulai bekerja kecuali mereka telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah akses tidak sah ke situs

• Mendapatkan saran spesialis (misalnya dari seorang insinyur struktural atau kebersihan kerja) bila perlu



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 9

Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek dilaporkan (1)

• Periksa bahwa koordinator CDM telah ditunjuk dan HSE diberitahu sebelum mereka mulai bekerja

• Bekerja sama dengan kontraktor utama, CDM koordinator dan lain-lain bekerja pada proyek

• Katakan kontraktor utama mengenai risiko kepada orang lain dibuat oleh pekerjaan mereka

• Mematuhi petunjuk yang wajar dari kontraktor utama

• Bekerja sesuai dengan rencana tahap konstruksi



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 10

Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek dilaporkan (2)

• Menginformasikan kontraktor utama dari identitas kontraktor pun dia menunjuk atau melibatkan

• Menginformasikan kontraktor utama masalah dengan rencana atau risiko yang diidentifikasi selama pekerjaan mereka yang memiliki implikasi signifikan untuk manajemen proyek

• Menginformasikan kontraktor utama mengenai kematian, cedera, kondisi atau kejadian berbahaya

• Memberikan informasi untuk file kesehatan dan keselamatan



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 11

Kontraktor - Pesan-pesan kunci

• Anda akan mendapatkan keuntungan dari perubahan Peraturan CDM dengan terlibat dalam proyek sebelumnya, bekerja untuk desain yang aman dan sehat untuk membangun, menerima informasi yang lebih relevan dan dokumen kurang

• Ini akan lebih mudah bagi Anda untuk menunjukkan kontraktor utama, atau klien Anda, bahwa Anda dan subkontraktor Anda memiliki keterampilan yang tepat dan pengalaman untuk pekerjaan

• Manajer kesehatan dan keamanan di situs - mengelola risiko, bukan dokumen



CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 12

Pekerja & bekerja sendiri - pesan kunci

• Peraturan CDM baru ini akan membantu membuat tempat kerja konstruksi yang aman dan sehat dengan fasilitas kesejahteraan yang baik dari awal

• Anda memiliki peran untuk menunjukkan bahwa Anda memiliki keterampilan yang tepat dan pengalaman untuk bekerja tanpa cedera dan sakit

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tugas pokok yang
kontraktor (1)
• Sedikit perubahan antara CDM 1994 dan CDM 2007
• Klien harus menunjuk PC untuk proyek-proyek dilaporkan dan menunjuk sesegera mungkin dapat dilaksanakan
• Kontraktor utama harus memastikan klien yang menyadari tugas, koordinator CDM telah ditunjuk dan HSE diberitahu
• Mereka mereka menunjuk kompeten
• Tahap konstruksi benar direncanakan, dikelola, dipantau dan sumber daya

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 2
Tugas pokok yang
kontraktor (2)
• Menginformasikan kontraktor dari waktu minimum yang diperbolehkan untuk perencanaan dan persiapan
• Menyediakan informasi yang relevan kepada kontraktor
• Pastikan kerja yang aman, koordinasi dan kerjasama antara kontraktor
• Tahap konstruksi kesehatan dan keselamatan rencana disiapkan dan dilaksanakan
o Merencanakan kebutuhan untuk menetapkan organisasi dan pengaturan untuk mengelola risiko dan koordinasi kerja
o Rencana harus tailoured untuk proyek tertentu dan resiko yang terlibat
• Cocok kesejahteraan dari awal

Mengelola kesehatan dan keselamatan di situs,
tidak dokumen
CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 3
Tugas pokok yang
kontraktor (3)
• Menyiapkan dan menegakkan aturan situs seperti yang diperlukan
• Memberikan arah yang wajar kepada kontraktor termasuk kontraktor yang ditunjuk klien
• Mencegah entri yang tidak sah
• Menyediakan rencana untuk mereka yang membutuhkannya
• Segera menyediakan CDM koordinator dengan informasi untuk file
• Bekerja sama dengan koordinator CDM dalam kaitannya dengan perubahan desain dan desain
• Pastikan semua pekerja telah disediakan dengan kesehatan dan keselamatan yang sesuai, informasi dan pelatihan

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 4
Tugas pokok yang
kontraktor (4)
• Pastikan tenaga kerja yang berkonsultasi tentang masalah kesehatan dan keselamatan
• Menampilkan informasi proyek kunci untuk pekerja
• Tidak harus
o Menyediakan pelatihan bagi para pekerja mereka tidak menggunakan (tetapi kontraktor lakukan)
o Melakukan pengawasan rinci dari pekerjaan kontraktor '
o Isi rencana fase konstruksi dengan informasi yang tidak relevan atau dokumen generik tak berujung

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 5
Kepala kontraktor - pesan kunci
• Anda akan mendapatkan keuntungan dari perubahan Peraturan CDM dengan terlibat dalam proyek sebelumnya, bekerja untuk desain yang aman dan sehat untuk membangun, menerima informasi yang lebih relevan dan dokumen kurang
• Ini akan lebih mudah bagi Anda untuk menunjukkan klien bahwa Anda dan kontraktor Anda memiliki keterampilan yang tepat dan pengalaman untuk pekerjaan
• Mengelola kesehatan dan keselamatan di situs - mengelola risiko, bukan dokumen

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 6
Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek semua (1)
• Klien memeriksa menyadari tugas mereka
• Tidak mulai bekerja sampai mereka telah memperoleh informasi pra-konstruksi dari klien (atau PC)
• Merencanakan, mengelola dan memantau pekerjaan mereka sendiri untuk memastikan bahwa para pekerja mereka aman
• Memastikan mereka dan mereka yang menunjuk kompeten dan cukup sumber daya

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 7
Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek semua (2)
• Menginformasikan setiap kontraktor bahwa mereka terlibat, dari jumlah minimal waktu yang mereka miliki untuk perencanaan dan persiapan
• Menyediakan pekerja mereka (entah bekerja atau wiraswasta) dengan informasi yang diperlukan dan pelatihan dan induksi
• Laporan apa pun yang mereka menyadari yang mungkin membahayakan H & S dari diri mereka sendiri atau orang lain
• Pastikan bahwa pekerjaan desain yang mereka lakukan sesuai dengan tugas desain CDM

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 8
Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek semua (3)
• Sesuai dengan tugas untuk kesehatan dan keselamatan situs
• Bekerja sama dan koordinasi dengan orang lain bekerja pada proyek
• Konsultasikan tenaga kerja
• Tidak mulai bekerja kecuali mereka telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah akses tidak sah ke situs
• Mendapatkan saran spesialis (misalnya dari seorang insinyur struktural atau kebersihan kerja) bila perlu

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 9
Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek dilaporkan (1)
• Periksa bahwa koordinator CDM telah ditunjuk dan HSE diberitahu sebelum mereka mulai bekerja
• Bekerja sama dengan kontraktor utama, CDM koordinator dan lain-lain bekerja pada proyek
• Katakan kontraktor utama mengenai risiko kepada orang lain dibuat oleh pekerjaan mereka
• Mematuhi petunjuk yang wajar dari kontraktor utama
• Bekerja sesuai dengan rencana tahap konstruksi

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 10
Tugas pada kontraktor dan bekerja sendiri - proyek dilaporkan (2)
• Menginformasikan kontraktor utama dari identitas kontraktor pun dia menunjuk atau melibatkan
• Menginformasikan kontraktor utama masalah dengan rencana atau risiko yang diidentifikasi selama pekerjaan mereka yang memiliki implikasi signifikan untuk manajemen proyek
• Menginformasikan kontraktor utama mengenai kematian, cedera, kondisi atau kejadian berbahaya
• Memberikan informasi untuk file kesehatan dan keselamatan

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 11
Kontraktor - Pesan-pesan kunci
• Anda akan mendapatkan keuntungan dari perubahan Peraturan CDM dengan terlibat dalam proyek sebelumnya, bekerja untuk desain yang aman dan sehat untuk membangun, menerima informasi yang lebih relevan dan dokumen kurang
• Ini akan lebih mudah bagi Anda untuk menunjukkan kontraktor utama, atau klien Anda, bahwa Anda dan subkontraktor Anda memiliki keterampilan yang tepat dan pengalaman untuk pekerjaan
• Manajer kesehatan dan keamanan di situs - mengelola risiko, bukan dokumen

CDM PC 2007 & kontraktor - Slide 12
Pekerja & bekerja sendiri - pesan kunci
• Peraturan CDM baru ini akan membantu membuat tempat kerja konstruksi yang aman dan sehat dengan fasilitas kesejahteraan yang baik dari awal
• Anda memiliki peran untuk menunjukkan bahwa Anda memiliki keterampilan yang tepat dan pengalaman untuk bekerja tanpa cedera dan sakit

Menentukan biaya keuntungan kontraktor pada rencana anggaran biaya pekerjaan

Pembangunan infrastruktur saat ini begitu pesat. Namun, pembangunan itu sepertinya tidak terencana secara profesional sebab tampaknya asal hantam kromo tanpa memperhatikan kualitas.
Kontraktor bukan tak bisa bekerja profesional dan berkualitas, tetapi faktor biaya birokrasinya yang tinggi. Semua biaya yang dikeluarkan rekanan, dibebankan terhadap pagu pekerjaan. Dengan membebankan cost kepada pagu pekerjaan, tentu kualitas menjadi taruhannya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kontraktor mendapatkan proyek APBD dengan upaya berbagai pendekatan sehingga pekerjaan bisa didapat. Pendekatan rekanan terhadap pejabat tidak bisa dengan tangan hampa. Maklum saja tradisi itu sudah demikian dan harus diikuti, jika tidak tentu akan ketinggalan kereta.
Dengan tradisi demikian, tentu saja cost rekanan bertambah dan belum lagi saat melaksanakan pekerjaan di lapangan. Semua cost yang dikeluarkan rekanan sejak melakukan pendekatan untuk mendapatkan pekerjaan hingga pelaksaan di lapangan dibebankan kepada pagu anggaran pekerjaan, tentu solusinya kualitas pekerjaan dikurangi ditambah lagi adanya kontraktor nakal yang berorientasi hanya pada keuntungan tanpa perduli dengan kualitas pekerjaan.
Bagaimana dengan analisa harga satuan yang ada sekarang ?
Apakah sudah memasukkan biaya keuntungan dan over head dari pelaksana ?

Dasar Perhitungan indeks bahan bangunan dan upah kerja berdasar SNI 2007
Perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan:
• Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat;
• Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan:
• Pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS);
• Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana di dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan;
• Jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam per-hari.
Kalau kita cermati teryata pada SNI tidak mencantumkan adanya nilai indeks keuntungan dan overhead dari pelaksana tentu ini akan menimbukan adanya pengelembungan harga bahan untuk menutup biaya operasional dari pelaksana dan adanya biaya birokrasi yang tidak murah.
Dalam PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH diatur adanya nilai keuntungan dan biaya overhead dari pelaksana walaupun tidak secara spesifik dinyatakan besaran dari nilai yang dimaksud.
Penjelasan perpres 54_2010 Pasal 66