JEMBATAN
I. UMUM
I.1. Definisi
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi diatas sungai yang digunakan sebagai prasarana lalulintas darat.
I.2. Kriteria Sistem
Lingkup jembatan dalam proyek ini adalah jem,batan yang melengkapi
sisitem lalulintas ekonomi dan transportasi masyarakat desa, yaitu :
§ Jembatan
pada jalan desa yang menghubungkan desa dengan desa lain atau kota
sebagai prasarana perhubungan ekonomi dan komunikasi desa;
§ Jembatan pada jalan desa yang menghubungkan perkampungan dengan pusat pemerintahan desa atau pusat kegiatan ekonomi/pasar desa.
§ Jembatan pada jalan desa yang menghubungkan perkampungan dengan pusat kegiatan produksi, seperti : pertanian, perkebunan, dll.
I.3. Teknologi dan Jenis Konstruksi
Perencanaan teknis dilaksanakan oleh Konsultan
Pendamping, dibantu Kepala Pelaksana (mandor) dan alternative desain
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pelaksanaan dan pemeliharaan dilakukan oleh masyarakat
desa itu sendiri dengan bahan bangunan diutamakan dari bahan yang
ada/mudah diperoleh di daerah tersebut.
I.4. Jenis Konstruksi
Kriteria jenis konstruksi yang disarankan dalam proyek ini adalah :
§ Jembatan untuk lalulintas orang dan kendaraan roda dua dengan konstruksi dari bambu atau kayu.
§ Jembatan
untuk lalulintas kendaraan beroda empat dengan beban ringan 3,5 ton,
yaitu jembatan kayu dan jembatan kayu dengan gelagar besi.
ALTERNATIF PILIHAN KONSTRUKSI JEMBATAN
Jenis Konstruksi
|
Fungsi Pemakaian
|
Ukuran Konstruksi
|
Jembatan Bambu
|
Pejalan kaki & roda dua
|
Lebar maks. = 2,0 meter
Panjang maks = 10,0 meter
|
Jembatan Gantung
|
Pejalan kaki & roda dua
|
Lebar maks. = 1,5 meter
Panjang maks = 60,0 meter
|
Jembatan Kayu
|
Kendaraan roda empat beban ringan
|
Lebar maks. = 3,5 meter
Panjang maks = 6,0 meter
|
Jembatan Kayu dengan Gelagar Besi
|
Kendaraan roda empat beban ringan
|
Lebar maks. = 4,5 meter
Panjang maks = 15,0 meter
|
Catatan : Gunakan bentang dengan kelipatan 3 meter untuk
jembatan gelagar kayu, dan 5 meter bila menggunakan gelagar profil
baja.
Jembatan konstruksi beton dengan gelagar beton dan lantai plat beton dapat digunakan bila keadaan mengijinkan.
I.5. Gambar Perencanaan
Gambar dibuat di kertas A3 yang terdiri dari :
- Gambar Tata Letak
- Gambar denah dan potongan
- Gambar detail konstruksi
Gambar dapat dilakukan dengan sket dengan syarat dapat dibaca dan dimengerti mandor, dengan ukuran dalam cm.
I.6. Perhitungan Volume Pekerjaan
Dibuat dengan berdasar gambar yang sudah selesai dan disetujui dalan MAD
berupa Daftar Kebutuhan Bahan, pada blangko yang telah tersedia.
I.7. Perhitungan Kebutuhan Hari Orang Kerja (HOK)
Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh masyarakat setempat dengan
menitikberatkan pada masyarakat miskin, dan perlu kesepatakan penggunaan
tenaga kerja dan kebutuhan HOK untuk menyelesaikannya. Kebutuhan tenaga
terampil minimal 2 orang tukang kayu.
I.8. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
RAB (Rencana Anggaran Biaya) dibuat berdasar hasil perhitungan volume
pekerjaan dan kebutuhan Hari Orang Kerja serta hasil suvei harga bahan.
Rencana anggaran biaya ini harus disetujui oleh Ketua Umum LKMD,
Konsultan Pendamping, dan Pimpro yang harus bisa dimengerti oleh
pelaksana lapangan (mandor)
II. JEMBATAN BAMBU
II.1. Perencanaan Teknis
a. Survei Lokasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalan survey lokasi :
- kondisi situasi penampang sungai yang dilewati jalan atau rencana jalan.
- Rencana posisi jembatan
- Pengukuran lebar sungai untuk mengetahui rencana bentang jembatan
- Data
tinggi air maksimum / tinggi air banjir yang pernah terjadi yang
didapat dari penduduk setempat dan di control dengan data yang ada di
Dinas Pengairan setempat.
- Survei harga material yang tersedia dan material yang harus dibeli dari luar desa.
b. Kriteria Desain
Alternatif pemilihan desain konstruksi, setelah diperoleh bentang yang dibutuhkan :
- Jembatan bambo tipe Dua Perletakan, untuk batang maksimum 5,0 meter
- Jembatan bambo tipe Sokongan, untuk bentang maksimum 10,0 meter
Tinggi jagaan (clearance) minimum 1,0 meter
dari tinggi muka air banjir. Pengikat struktur bamboo digunakan tali
ijuk dengan diameter minimum 8 mm
II.2. Teknis Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pembangunan, yaitu sebagai berikut :
a. Pembersihan lokasi
b. Persiapan material
c. Pekerjaan konstruksi jembatan
d. Pembersihan dan pemulihan lokasi
a. Pembersihan Lokasi
Pembersihan dilakukan dengan cangkul, sabit, dsb pada lokasi yang akan
digunakan untuk jembatan dan telah ditentukan sebelumnya agar bersih
dari pohon-pohonan, akar-akaran, dan tonggak-tonggak.
Amankan lahan yang akan digunakan dengan pagar agar tidak terganggu oleh orang dan binatang.
b. Persiapan Material
Bambu yang digunakan untuk konstruksi jembatan harus cukup tua dengan
kualitas baik, lurus dan panjang, diantaranya jenis bambu gombong,
bambu tali, dan bambu betung,. Bambu ini memiliki kekuatan, keuletan,
dan keawetan yang baik, atau jenis lain dengan persyaratan antara lain :
- Bambu
harus berumur tua, berwarna kuning jernih, hitam atau hijau tua,
berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan
mengkilat, buku-bukunya tidak boleh pecah.
- Pelupuh
dan barang anyaman bambu seperti dan lain-lain harus terbuat dari bambu
yang terndam dengan baik, tahan lama dan terbuat dari jenis bambu
dengan garis tengah minimum 4 cm dan harus terbuat dari kulit bambu.
- Bambu untuk tiang atau cerucuk stabilitas tanah, harus dari jenis yang tahan lama dengan garis tengah minimum 8 cm.
c. Pemasangan Konstruksi Jembatan.
1) Pemasangan Kepala Jembatan
Pemasangan kepala jembatan ditandai dengan patok yang dipasang dengan
tinggi yang menggambarkan tinggi jembatan yang akan dibangun.
- Ratakan tanah disekitar perletakan untuk kepala jembatan
- Letakkan
dua batang bambu ke arah melintang dengan panjang sesuai lebar jembatan
dengan diameter bambu ± 10 -14 cm dan diperkuat dengan 3 buah pasak
bambu pada setiap batang bambu tersebut.
- Pancangkan
dikedua sisi bamboo perletakan masing-masing 5 batang dengan panjang ±
1,50 meter dan jarak bersih antara batang 30 cm.
- Pemancangan dengan palu tangan, berat 8-10 kg, bila tanah asli cukup keras, pemancangan dihentikan saat bambu susah masuk.
2) Pemasangan Gelagar Memanjang
Bambu dipasang arah memanjang dengan bantuan perancah
selebar 1,5 meter. Pengikatan dilakukan dengan menggunakan tali ijuk
atau kawat dengan jarak antar ikatan 2 meter. Perkuatan tambahan untuk
ikatan gelagar memanjang dengan mengikat dengan besi beton diameter
maksimal 6 mm.
3) Membuat Tiang Sokongan
Tiang sokongan terdiri dari dua batang bambu yang diikat satu sama lain dengan ijuk atau kawat.
- Pancangkan tiang sokongan pada kedua tebing sungai dengan kedalaman 2,5 meter.
- Hubungkan bagian atas kedua sokongan pada masing-masing sisi tebing dengan tali ijuk/kawat.
- Pasang batang mendatar (panjang 3 meter / sesuaikan dengan lebar jembatan + 30 cm) pada puncak sokongan dengan tali ijuk/kawat.
4) Pemasangan Batang Tegak
- Batang tegak terdiri dari dua batang bambu yang terpisah.
- Kedua
batang tegak dilubangi ± 8 cm pada bagian sebelah atas batang mendatar,
kedalam lubang tersebut dimasukkan pasak batang bambu ukuran 8 cm,
antara batang tegak diperkuat dengan ikatan silang dari ijuk/kawat.
Batang tegak diperkuat dengan ikatan silang dari ijuk.
Catatan : Satu lubang untuk pasak dibuat tepat di bawah buku bambu.
- Hubungan
seperti diatas dilakukan juga pada batang yang dipasang di bawah lantai
jembatan dengan lubang pasak diletakkan di atas buku bambu.
5) Pemasangan Lantai
Pasang anyaman bambu dilantai jembatan dengan cara mengikatnya pada besi pengikat gelagar memanjang.
6) Pemasangan Tiang Sandaran
Pasang tiang sandaran setinggi satu meter dari lantai
jembatan dengan cara mengikatkan pada batang tegak dengan menggunakan
tali ijuk, dengan jarak tiang 1 meter.
Hubungkan bambu dari tiang pada bagian atas dan diikat satu sama lain.
III. JEMBATAN GANTUNG
III.1. Perencanaan Teknis
a. Survei Lokasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan survei sama dengan yang tertulis pada jembatan bambu. ( Secara umum pelaksanaan survey lokasi sama untuk pembangunan jembatan jenis apa saja)
b. Kriteria Desain
Alternatif pemilihan desain konstruksi dari material bambu setelah
diperoleh bentang yang dibutuhkan, ukuran lebar 1,5 meter dan panjang
maksimum 60 meter.
Bentang
(m)
|
H
(m)
|
f
(m)
|
Ø seling
Pengaku
|
Ø kabel
Utama
|
Δf
(m)
|
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
|
3,0
3,5
4,0
5,0
6,0
7,0
7,5
8,0
9,0
10,0
|
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
|
3/8”
1/2”
1/2”
1/2”
5/8”
5/8”
5/8”
3/4”
3/4”
3/4”
|
1/2”
5/8”
5/8”
3/4”
3/4”
7/8”
7/8”
1”
1 1/8”
1 1/4”
|
0,31
0,42
0,52
0,62
0,73
0,83
0,94
1,04
1,15
1,25
|
III.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pembangunan, yaitu sebagai berikut :
a. Pembersihan lokasi
b. Persiapan material
c. Pekerjaan konstruksi jembatan
d. Pembersihan dan pemulihan lokasi
a. Pembersihan Lokasi
Pembersihan dilakukan sama dengan jembatan bambu.
b. Persiapan Material
Material yang disiapkan sebelum pelaksanaan pembangunan yaitu :
- Tiang utama (Pylon), dibuat di bengkel besi. Pelaksanaan di lapangan hanya tinggal merakit dan menyetel pada lantai pondasi.
- Klem, kabel sling, besi penggantung, warfel, dll jumlahnya tergantung kebutuhan, jadi ditentukan pada saat perencanaan.
- Kayu balok, papan, paku untuk lantai jembatan.
- Batu belah, pasir dan semen unutk pondasi.
c. Pemasangan Konstruksi Jembatan
1) Penentuan
as jembatan dengan menggunakan patok kayu, ketinggian jembatan
ditentukan pada patok tersebut. Usahakan jembatan berdiri pada posisi
datar.
2) Gali pondasi untuk dudukan pylon dan pondasi angker.
1) Pasang tiang pylon yang sudah dibuat di luar lokasi, kemudian baut pada hubungan antara tiang pylon dan pondasi dikencangkan.
Pengaku dari besi siku dipasang melintang pada ujungatas pylon dengan baut.
2) Pasang kabel dengan menghubungkan dua blok angker di kedua tepi sungai melalui kedua puncak (rol) pylon yang dilewati. Sambungan kabel dan blok angker harus menggunakan warfel.
3) Pasang besi penggantung dan gelagar melintang dimulai dari bagian (segmen I) yang paling dekat dengan Pylon.
4) Pemasangan
bangian II dan seterusnya, sama dengan pemasangan bagian I. Untuk
kelancaran kerja, antara 2 gelagar melintang dipasang lantai sementara. (dari bambu/papan/balok kayu).
5) Pasang kabel seling (pengaku) di bawah gelagar.
6) Pasang
gelagar memanjang yang menumpu pada gelagar melintang. Penyambungan
gelagar-gelagar memanjang tidak boleh dalam satu garis (harus
seling-seling).
7) Pasang lantai jembatan
II. JEMBATAN KAYU DAN JEMBATAN GELAGAR BESI
II.1. Perencanaan Teknis
A. Survei Lokasi
Semua kegiatan survei untuk pembangunan jembatan pada umumnya sama dengan penjelasan sebelumnya
B. Kriteria Desain
Jembatan desa difungsikan untuk prasaranan penghubung lalu lintas kendaraan ringan dengan volume rendah
1. Ketentuan Tinggi Jagaan (ruang bebas dibawah jembatan / clearance)
Kondisi
|
Sifat Aliran Sungai
|
Tinggi Jagaan dari Muka Air Banjir (MAB)
|
Irigasi
Dataran
Perbukitan
|
Tenang
Tenang
Deras
Tenang
Deras
|
0.50 meter
0.60 meter
1.00 meter
1.0 meter
1.50 meter
|
2. Konstruksi Bangunan Atas
a. Bentang Jembatan
Bentang jembatan < 6 m dengan gelagar kayu
Bentang jembatan 6 s/d 15 meter dengan gelagar besi
b. Konstruksi jembatan gelagar kayu
Konstruksi jembatan gelagar kayu dengan dua perletakan
- Kayu yang digunakan minimal kayu klas kuat II (kruing, meranti merah, rasamala, atau menggunakan bahan lokal)
- Lantai menggunakan kayu 6/20 cm
- Baut dan paku untuk sambungan struktur kayu.
Berikut Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Beban Ringan
Bentang Bersih
|
Penampang Balok
|
Panjang Balok
|
Ukuran Balok
(mm)
|
Lebar Jembatan (m)
|
2.5
|
3
|
4.5
|
|
Jumlah Balok
|
s/d 3,0 m
|
Persegi panjang
Persegi
bundar
|
3,0 m
+ 50 cm
|
255 × 150
215 × 215
255
|
3
|
4
|
6
|
s/d 4,5 m
|
Persegi panjang
Persegi
bundar
|
4,5 m
+ 50 cm
|
300 × 150
240 × 240
300
|
3
|
4
|
6
|
s/d 6,0 m
|
Persegi panjang
Persegi
bundar
|
6,0 m
+ 50 cm
|
300 × 200
280 × 280
400
|
3
|
4
|
6
|
c. Konstruksi Jembatan Gelagar Besi
Konstruksi jembatan gelagar besi dengan dua perletakan system simple beam
i. Besi profil yang digunakan I profil
ii. Lantai dengan balok kayu 6/20 cm
iii. Baut dan paku untuk menghubungkan elemen struktur besi dan kayu
Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Beban Ringan
Bentang Bersih
|
Penampang Gelagar (m)
|
Tinggi (H)
(mm)
|
Lebar Leher
(mm)
|
Berat per m’
(kg)
|
Lebar Jembatan (m)
|
2.5
|
3
|
4.5
|
|
|
|
|
|
Jumlah Balok
|
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
3
14
15
16
|
3,5
4,5
5,5
6,5
7,5
8,5
9,5
10,5
11,5
12,5
13,5
14,5
15,5
16,5
|
200
200
230
260
280
300
320
360
380
400
425
425
450
475
|
90
90
102
113
119
125
131
143
149
155
163
163
170
178
|
78
105
166
250
333
430
545
757
918
1100
1340
1442
1725
2040
|
3
|
4
|
6
|
3. Pembebanan Jembatan
Pembebanan pada jmebtan untuk lalu lintas ringan
- Beban merata 300 kg/cm2
- Beban kendaraan ringan : poros depan 1,5 ton
Poros belakang 3,5 ton
4. Konstruksi Bangunan Bawah
Konstruksi bangunan bawah jembatan terdiri dari kepala jembatan dengan pondasi langsung.
a. Pondasi langsung tipe pasangan batu kali.
b. Pondsi langsung tipe balok kayu
c. Pondasi tiang pancang kayu untuk tanah jelek
5. Kontruksi Tiang Pancang
Konstruksi ini digunakan untuk bangunan bawah jembatan yang lokasinya
berada di tanah jelek, sehingga kayu yang dugunakan harus terbuat dari
kayu klas kuat I
- Ukuran balok kayu persegi 15 × 15 cm s/d 30 × 30 cm
- Ukuran balok gelondong / bulat diameter 24 cm s/d 34 cm
kedalaman pancang yang disyaratkan untuk pondasi ini minimal 3 meter dan maksimum 6 meter.
Pemancangan dilakukan dengan menggunakan palu pemukul yang pemukulannya
R =
Dimana : R = Pembebanan aman (kg)
W = berat palu (kg)
H = tinggi jatuh palu dikurangi 2 kali tinggi balik palu (cm)
S = tinggi penurunan (cm)
II.1. TEKNIS PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan pembangunan, yaitu sebagai berikut :
a. Pembersihan lokasi
b. Persiapan material
c. Pekerjaan konstruksi jembatan
d. Pembersihan dan pemulihan lokasi
a. Pembersihan Lokasi
Pembersihan lokasi secara garis besar sama dengan pembersihan lokasi untuk pembangunan jembatan pada umumnya.
b. Persiapan Material
Jembatan Kayu
- Kayu balok 15/30 atau 30/30 atau kayu gelondong diameter 24 s/d 40 cm
- Papan kayu dimensi 8/25 cm
- Kayu kaso/usuk 5/7
- Besi strip tebal 4 mm × lebar 50 mm
- Paku, tali sabut
- Sirtu (40% pasir dan 60% batu)
- Batu kali
- Meterial lainnya sesuai dengan gambar rencana
Jembatan Kayu Gelagar Besi
- Kayu balok 30/15 atau 30/30 atau kayu gelondongan (kayu dolken) besar diameter 24 s/d 40 cm
- Besi profil I sesuai dengan ukuran untuk jembatan gelagar besi
- Papan kayu tebal 8/25
- Besi siku L 40. 60. 5 ; L. 70. 700. 7 ; L 90. 150. 10
- Besi strip tebal 4 mm × lebar 50 mm
- Paku dan mur baut
- Sirtu (40% pasir dan 60 5 batu)
- Batu kali
- Material lainnya sesuai dengan gambar rencana
c. Pemasangan Konstruksi Jembatan
1. Penentuan as jembatan
Gunakan patok kayu dengan ketinggian jembatan sesuai dengan tinggi patok, yang kemudian tarik benang pada patok tersebut.
2. Pembuatan pondasi jembatan dan kepala jembatan.
Pondasi langsung tipe batu kali untuk tanah yang kurang baik.
- tentukan rencana ukuran pondasi batu kali
- gali tanah hingga kedalaman yang ditentukan, atau sampai tanah keras.
- hamparkan pasir urug setebal 10 cm dan padatkan.
- Pasang pondasi batu kali dengan speci 1 semen : 3 pasir, sesuai dengan rencana ukuran pondasi.
- Tempatkan
balok kayu dimensi 30 × 30 cm sebagai tumpuan, diangkur dengan besi
beton Ø12 mm, yang ditanam ke pondasi panjang 75 cm, setiap 50 cm.
Pondasi langsung Tipe Balok kayu untuk tanah stabil dan tanah keras.
- Gali tanah sedalam 50 cm, lebar 150 cm
- Tempatkan
balok kayu persegi atau bulat, panjang 5 m ke arah melintang dengan
jarak bersih 30 cm antar batang, sebagai pondasi lapis pertama.
- Tempatkan
balok kayu persegi atau bulat, panjang 1,5 m diatas lapis pertama
sebagai pondasi lapis kedua. Jarak as ke as balok lapis kedua 100 cm
dengan takikan 5 cm.
- Tempatkan balok kayu persegi atau bulat untuk lapis ketiga dengan susunan sama dengan lapisan pertama.
- Tempatkan balok kayu persegi atau bulat untuk lapis ketiga dengan susunan sama dengan lapisan kedua.
- Tempatkan
satu balok sebagai tumpuan gelagar jembatan pada bagian tengah pondasi,
untuk balok bulat bagian atasnya diratakan setebal 5 cm.
- Isi bagian kosong pada bagian belakang antara balok dengan batu kerikil 2 -3 cm yang dipadatkan lapis demi lapis.
Catatan : Untuk pondasi langsung tipe balok kayu susunan yang digunakan sama dengan jarak antar balok 30 cm
Pondasi Tiang Pancang Kayu untuik tanah kurang baik.
Kedalaman pancang kayu untuk tanah kurang baik.
- Pancangkan 6 batang kayu ukuran 30 ×
30 cm yang ujung-nya telah diruncingkan pada posisi as jembatan, yang
dipukul dengan palu beton berat 100 kg ukuran 30 × 30 × 50 cm, dengan
tinggi jatuh 50 – 100 cm.
- Penghentian pemancanggan apabila pada 10 kali pukulan terakhir, dengan tinggi jatuh 100 cm, jumlah penurunan kumulatif 5 m.
- Penyambungan
tiang pancang denagn cara memotong kedua bagian tiang kemudian diklem
dengan plat besi 3 cm × 3 mm dan diikat dengan kawat Ø 3 mm
- Di
atas tiang pancang dipasang balok kayu ukuran 30 × 30 cm yang
menghubungkan dua tiang pancang dengan cara diklem dengan plat atau
menggunakan paku pengapit dari besi beton Ø 16 mm.
- Pasang
balok kayu sbagai tumpuan gelagar antara dua kepala tiang pancang,
panjang 3,5 meter atau sesuai lebar rencana jembatan dan pasang kayu
pengapit pada setiap tiang pancang.
3. Pemasangan gelagar jembatan dan lantai jembatan
a. Gelagar kayu
Pemasangan gelagar balok dilakukan setelah kegiatan pondasi dan kepala
jembatan, pemasangan gelagar diatas balok tumpuan. Klem gelagar jembatan
ke balok tumpu dengan pondasi.
Pasang lantai jembatan dari kayu 8/25 dan pakukan ke gelagar jembatan.
Pada bagian lintasan roda dipasang papan 4/30 sepanjang jembatan.
b. Gelagar Besi
Gelagar besi tidak memerlukan balok tumpu, gelagar dipasang diatas pondasi
Pasang lantai jembatan dari kayu 8/25, yang diikat dengan 2 baut sekrup Ø 10 mm dan plat pengapit ke gelagar jembatan.
Dibagian lintasan roda kendaraan dipasang papan 4/30 sepanjang jembatan.
4. Pemasangan sandaran pengaman (tiang sandaran/hand railing)
Tiang sandaran dari kaso 5/7 dengan cara pasangnya yaitu memakukannya pada balok tepi.
V. JEMBATAN BETON
Untuk desain dan konstrusi jembatan beton konsultan
pendamping dapat menggunakan Standar Bina Marga / KIMPRASWIL untuk jalan
kabupaten.
Keuntungan dan kerugian penggunaan jembatan beton dibanding jembatan kayu atau jembatan gelagar besi, antara lain:
Keuntungan
- Masa pakainya lebih lama
- Kebutuhan untuk pemeliharaan seharusnya/relatif lebih ringan
- Harga tidak jauh berbeda dengan jembatan kayu, dan lebih murah daripada gelagar besi
- Dapat dibangun di tempat yang tidaj ada kayu dan pengangkutan gelagar besi sangat sulit/relatif mahal
- Masyarakat
mendapatkan ketrampilan baru, yaitu cara menggunakan bahan beton yang
notabene sangat dipengaruhi oleh tingkat dan kualitas pemahaman struktur
beton dan cara pengerjaannya.
Kerugian
- Perlu ketrampilan khusus dalam desain
- Perlu pengawasan yang tenaga trampil yang dapat mengawasi tanpa meninggalkan lokasi bangunan
- Perlu perhatian khusus untuk menjamin kualitas pekerjaan
- Sangat peka terhadap penurunan tanah (settlement)/ turunnya pondasi, maka perlu pondasi yang terjamin kuat
- Lebih sulit pemeliharaan bila ada kerusakan
- Kerusakan lebih sulit dideteksi sampai dengan jembatan ambruk, maka lebih berbahaya
- Bila
dibuat lebar dan panjang, proporsi biayanya sangat besar, dan proporsi
dana untuk bahan lebih tinggi dibanding proporsi untuk tenaga kerja
- Tanpa pengawasan yang ketat, resiko kegagalan cukup besar
- Ketrampilan
untuk membangun jembatan beton tidak dapat diterapkan oleh masyarakat
sendiri pada masa pasca proyek, karena sangat bergantung pada konsultan
dan pemngawas. Mereka tidak mendapatkan ketrampilan yang dapat
diterapkan pada kebutuhan lain-lain.
Persyaratan untuk Jembatan Beton
Karena masalah-masalah yang telah diuraikan diatas, maka perlu beberapa
pembatasan dan persyaratan untuk jembatan beton, sebagai berikut :
1. Ukuran
bentang dibatasi yaitu 6 meter. Untuk bentang lebih panjang harus
mendapatkan persetujuan dari konsultan inti dan Pimpro berdasarkan hasil
dan temuan di lapangan, dan hal ini perlu didukung dengan alasan yang
sangat kuat
2. Desainer harus sudah berpengalaman dalam pembuatan jembatan beton
3. Harus
tersedia tenaga pengawas lapangan yang sudah berpengalaman dengan
pembuatan struktur yang sama. Orang tersebut harus siap bekerja di
tempat jembatan selama pelaksanaan jembatan, dan tidak boleh merangkap
pengawas lokasi proyek lain.
4. Pondasi harus jelas kuat dan stabil, yang dapat diperiksa melalui tes pit atau pengeboran (soil auger). Jembatan beton tidak diijinkan pada lokasi yang mempunyai sifat tanah kurang stabil dan daya tahan lemah.
Jembatan beton untuk lokasi dengan tanah kurang baik memerlukan suatu
penelitian yang cukup mahal, termasuk test laboratorium tanah, dengan
pondasi yang rumit dan mahal. Harganya sudah tidak memenuhi persyaratan
yang ada pada pedoman operasional program.