PENDAHULUAN
Gempa kembali mengguncang bumi Sumatera untuk kesekian kali, tepatnya
pada hari Rabu, 11 April 2012 lalu. Gempa berkekuatan 8,5 dan 8,1 Skala
Richter berpotensi menggeser pantai barat Sumatera dan Kepulauan Nias
serta Simeulue sejauh beberapa sentimeter (Widjo Kongko, Tsunami
Research Group). Gempa dianalisis dengan model homogen elastic, yang
mengasusmsikan kerak Bumi bersifat elastis dan homogen dari lapisan atas
hingga bawah. Berdasarkan analisis USGS dari 50 stasiun, diskolasi
horisontal pusat gempa mempunyai dua alternatif, 200 derajat arah timur
laut dan 110 derajat ke arah barat laut. Pergeseran vertikal terjadi
kurang dari enam meter, menyebabkan tsunami yang terjadi hanya dalam
skala kecil.
Indonesia adalah salah satu Negara yang
ada di antara 3 lempeng bumi, yaitu lempeng Pasifik, lempeng
Indo-Australia, dan lempeng Eurasia. Lempeng-lempeng tersebut merupakan
lempeng yang aktif, di mana lempeng tersebut selalu bergerak dan
berinteraksi. Lempeng Pasifik bergerak relatif ke barat, lempeng
Indo-Australia relatif ke utara, dan lempeng Eurasia bergerak relative
ke tenggara. Ketiga lempeng memiliki material penyusun yang berbeda
sehingga mempengaruhi sifat fisik lempeng. Berdasarkan teori tektonik
lempeng, dijelaskan bahwa pada dasarnya kerak bumi terbagi dalam 13
lempeng besar dan kecil.
|
PENYEBAB GEMPA BUMI |
Gempa bumi adalah sentakan bumi yang bersumber dari dalam bumi yang rambatan gelombang energinya berjalan melalui permukaan bumi dan menembus bumi. Gempa bumi disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi), dapat pula disebabkan oleh letusan gunung berapi. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak. Gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan sudah terlalu besar untuk ditahan.
1. Gempa tektonik
Harry Hess (1960)
dalam tulisannya menguraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran
lantai samudra yang terjadi di pematang tengah samudra, serta umur kerak
samudra yang lebih muda dari 180 juta tahun. Hal ini adalah asumsi
bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar samudra Atlantik tepatnya di
Pematang Tengah Samudra mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya
tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang berada
di bagian mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi ini yang menggerakan
kerak samudra (lempeng samudra) yang berfungsi sebagai ban berjalan
(conveyor-belt). Pergerakan ini adalah penyebab dari terjadinya gempa
tektonik.
Kerak bumi yang terdiri dari 13 lempeng, memiliki batas-batas yang
dapat saling berinteraksi. Interaksi antar lempeng antara lain:
a. Batas Konvergen
Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan.
Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau
Obduksi (Obduction). Batas subduksi adalah
batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana salah satu lempeng
menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan
(gambar 4 Bawah). Obduksi (Obduction) adalah batas lempeng yang
merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu
rangkaian pegunungan.
b. Batas Divergen
Batas
divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan
lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional
force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk
material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang
saling menjauh.
c. Batas Transform |
Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan
saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis
Strike Slip Fault
2. Gempa vulkanik
Gempa Vulkanik adalah
gempa yang disebabkan oleh kegiatan gunung api. Magma yang berada pada
kantong di bawah gunung mendapat tekanan dan melepaskan
energi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Terdapat
dua sifat magma yang dapat memberikan potensi untuk bertindak, kadar
gas dalam magma dan kekentalannya. Vulkanisme diawali dengan proses
pembentukan magma dalam litosfir akibat peleburan dari batuan, kemudian
magma naik ke permukaan melalui rekahan, patahan dan bukaan lainnya
dalam litosfir menuju dan
mencapai permukaan bumi. Wilayah sepanjang batas lempeng, dimana dua
lempeng litosfir berinteraksi merupakan tempat yang berpotensi mengalami
gejala vulkanisma. Gejala vulkanisma juga dapat terjadi ditempat dimana
astenosfir melalui
pola rekahan dalam litosfir naik dengan cepat dan mencapai permukaan.
Tempat seperti itu dapat diamati pada batas lempeng litosfir yang saling
memisah diri seperti pada punggung tengah samudra, atau pada litosfir
yang membentuk lantai samudra.
GELOMBANG GEMPA
Gempa bumi menghasilkan berbagai jenis gelombang dengan kecepatan yang berbeda, ketika mencapai observatorium seismik. Waktu perjalanan yang berbeda memudahkan untuk menemukan sumber dari hiposentrum gempa. Dalam geofisika, refraksi atau refleksi gelombang seismik digunakan untuk penelitian struktur interior bumi.
Terdapat dua jenis gelombang seismik, body wave dan surface wave.
1. Body wave berjalan melalui bagian dalam bumi, menghasilkan berkas sinar yang
dibiaskan oleh kepadatan yang bervariasi dan modulus (kekakuan) dari
interior bumi. Kepadatan dan modulus bervariasi sesuai dengan suhu, dan komposisi fase. Hal ini mirip dengan pembiasan gelombang cahaya.
Body wave terdiri dari Gelombang primer dan sekunder. Gelombang primer adalah tekanan gelombang yang berjalan lebih cepat daripada gelombang lain melalui bumi dan sampai pertama kali pada seismograf. Garis berwarna merah adalah gelombang sekunder dan garis berwarna hijau adalah gelombang primer. Gelombang
ini dapat melakukan perjalanan melalui semua jenis bahan, termasuk
cairan, dan dapat melakukan perjalanan hampir dua kali kecepatan
gelombang sekunder. Di udara, gelombang ini mengikuti bentuk gelombang suara, dan memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan suara. Kecepatan gelombang primer yang sesuai dengan tipenya adalah 330 m/s di udara, 1450 m/s dalam air, dan sekitar 5000 m/s dalam granit.
Gelombang sekunder adalah gelombang geser yang melintang di alam. Gelombang ini sampai pada seismograf setelah gelombang primer. Gelombang ini dapat mengambil karakteristik permukaan yang berbeda, seperti dalam kasus gelombang sekunder terpolarisasi horizontal, tanah bergerak bergantian ke satu sisi dan kemudian yang lain. Gelombang sekunder dapat melakukan perjalanan hanya melalui padatan, seperti cairan (cairan dan gas) tidak mendukung tegangan geser. Gelombang sekunder lebih lambat dari gelombang primer, dan kecepatannya sekitar 60% dari gelombang primer.
Gelombang sekunder adalah gelombang geser yang melintang di alam. Gelombang ini sampai pada seismograf setelah gelombang primer. Gelombang ini dapat mengambil karakteristik permukaan yang berbeda, seperti dalam kasus gelombang sekunder terpolarisasi horizontal, tanah bergerak bergantian ke satu sisi dan kemudian yang lain. Gelombang sekunder dapat melakukan perjalanan hanya melalui padatan, seperti cairan (cairan dan gas) tidak mendukung tegangan geser. Gelombang sekunder lebih lambat dari gelombang primer, dan kecepatannya sekitar 60% dari gelombang primer.
2. Surface wave analog dengan gelombang air dengan perjalanan sepanjang permukaan bumi. Perjalanan surface wave lebih lambat dari body wave. Hal ini disebabkan frekuensi yang rendah, durasi panjang, dan amplitudo yang besar, sehingga menjadi tipe yang paling merusak dari seluruh gelombang seismik. Gelombang ini disebut surface wave karena energinya berkurang setelah melewati lebih jauh ke permukaan.
EPISENTRUM DAN HIPOSENTRUM GEMPA
Seismograf
|
Lokasi absis
(km)
|
Ordinat
(km)
|
Amplitudo max (cm)
| ||
A
B
C
D
E
F
|
40
60
90
30
110
10
110
|
70
40
80
30
100
80
50
|
6,84
7,74
7,17
5,00
4,34
3,68
5,87
|
Penentuan letak episentrum dapat dilakukan dengan metode kontur dan
extrapolasi. Metode kontur adalah penentuan letak episentrum dengan penandaan
daerah gempa yang mempunyai amplitudo sama. Metode ekstrapolasi adalah
penentuan letak episentrum dengan perhitungan linier dari suatu titik
diluar dua titik yang menjadi acuan. Metode extrapolasi
dicontohkan pada Gambar 9.
Misalnya terdapat data rekaman beberapa seismograf seperti pada Tabel 1.
Plot koordinat dan amplitude tiap-tiap seismograf buat segitiga lokasi epicentrum yang amplitudonya tertinggi.
(A, B, C) Extrapolasi di titik (70, 60)
Rumus : f (x) = a + (b – a)
Extrapolasi FA ;
f (x) = 3,68 + (6,84 – 3,68) = 10
Extrapolasi EC ;
f (x) = 4,34 + (7,17 – 4,34) = 10
Extrapolasi DB pada segitiga tidak dilakukan karena diluar segitiga.
y’ = y + 3,68 = 6,32 + 3,68 =10
y’ = y + 3,68 = 6,32 + 3,68 =10
INTENSITAS
Intensitas adalah besar kecilnya getaran permukaan di tempat
konstruksi. Secara kuantitatif intensitas gempa setempat dinyatakan
dengan percepatan permukaan dengan satuan gal (cm/dt2). Skala ini digunakan oleh artitek untuk melihat pengaruhnya pada konstruksi. Skala yang digunakan adalah skala Modified Mercalli Intensity scale. (MMI) Perkiraan hubungan kesetaraan Richter Mangnitude (M) dan Modified Mercalli (MM) ditunjukkan pada Tabel 2.
M
richter
|
MM
|
Percepatan permukaan max
|
Radius pengaruh
|
3
4
5
6
7
8
|
II – III
IV – V
VI
VII – VIII
IX
X - XI
|
0,003 g
0,010 g
0,030 g
0,010 g
0,030 g
1,000 g
|
25 km
50 km
100 km
200 km
400 km
700 km
|
|
ENERGI GEMPA
Besarnya energi yang dilepas sumber gempa diukur dengan skala Richter.
Hubungan antara Skala Richter dan besarnya energi yang dilepaskan pada
saat terjadi gempa, dapat ditulis dalam suatu persamaan:
Log E = 11,4 + 1,5 M
dimana
E adalah energi gempa yang dilepaskan (erg atau dyne-cm), dan M adalah
besaran atau magnitude gempa pada Skala Richter. Misalnya diketahui gempa dengankekuatan 6 skala Richter, berarti energi yang dilepaskan pada sumber gempa
Log E = 11,4 + 1,5 R
= 11,4 + 1,5. 6
= 20,4
E = 1020,4 = 2,512. 1020 erg
Tabel
3 menunjukkan kekuatan gempa (Skala Richter) dibandingkan dengan
kekuatan bahan peledak, percepatan puncak rata-rata, serta deskripsinya.
Insensitas Mercalli
|
Mangnitude (Skala Richter)
|
Kecepatan tertinggi rata-rata (cm/dt)
|
Perbandingan dengan bahan peledak
|
Deskripsi
|
Percepatan puncak rata-rata (g adalah gravity = 9,8 m/s2)
|
Jumlah Gempa pertahun di dunia
|
I
|
0 – 1,9
|
0,45 TNT
|
Tidak terasa kecuali menggunakan alat bantu pendeteksi gempa
|
Sangat besar
| ||
II
|
2 – 2,9
|
50 kg TNT
|
Dirasakan
oleh hanya sedikit orang yang beristirahaat, khususnya pada lantai
atas gedung, benda-benda yang bergantung akan terayun.
|
300,00
| ||
III
|
3 – 3,9
|
Mulai
dirasakan sebagaian orang, khususnya pada lantai atas gedung, tapi
banyak orang yang tidak menyadari akan adanya gempa tersebut.
Getarannya seperti truk yang sedang lewat.
|
49,00
| |||
IV
|
4 – 4,4
|
1 – 2
|
2.107 kg TNT (bom atom kecil)
|
Pada
siang hari dirasakan banyak orang dalam ruangan dan sedikit orang
diluar ruangan. Pada malam hari beberapa orang akan terjaga dari
tidurnya. Pintu dan jendela mulai berbunyi; dinding mulai menimbulkan
suara. Ada getaran seperti truk besar lewat dibawah gedung. Mobil yang
sedang parkir dapat berpindah.
|
0,015g – 0,03g
|
4,00
|
V
|
4,5 – 4,9
|
2 – 5
|
Dirasakan
oleh hampir semua orang, bnyak orang terbangun dari tidurnya. Kaca
jendela mulai pecah, terjadi keretakan dibeberapa plesteran semen,
benda tidak stabil akan terguling. Kerusakan pada pohon, tiang-tiang
listrik, dan objek tinggi lainnya. Bandul jam mungkin berhenti.
|
0,03g – 0,05g
|
1,20
| |
VI
|
5 – 5,9
|
5 – 8
|
Dirasakan
oleh semua orang, banyak yang ketakutan dan lari keluar ruangan.
Beberapa furniture berat akan bergerak. Plesteran akan mulai runtuh,
cerobong mulai retak.
|
0,05g – 0,07g
|
800
| |
VII
|
6 – 6,3
|
8 – 20
|
1.109 kg TNT (1 bom hydrogen)
|
Semua
orang lari keluar ruangan. Dirasakan orang yang mengendarai mobil,
bangunan yang konstruksinya kurang baik akan runtuh, cerobong akan
runtuh.
|
0,07g – 0,15g
|
65
|
VIII
|
6,4 – 6,6
|
20 – 30
|
Kerusakan
mulai terjadi pada bangunan dengan desain baik. Beberapa bangunan
akan runtuh sebagian. Panel dinding akan keluar dari rangka
strukturnya. Cerobong tumbang, tumpukan material pabrik akan runtuh,
dinding, kolom, dinding, monumen runtuh. Furniture berat akan tumbang.
Pasir dan lumpur terlempar sebagian. Terjadi perubahan dalam air
sumur. Pengendara mobil akan tergangu.
|
0,15g – 0,30g
|
35
| |
IX
|
6,7 – 6,9
|
30 – 60
|
Kerusakan
akan terjadi pada bangunan dengan desain baik, struktur rangka akan
miring, sebagian bangunan runtuh, perubahan terjadi pula pada pondasi.
Keretakan tanah terjadi, pipa bawah tanah rusak
|
0,30g – 0,60g
|
20
| |
X
|
7 – 7,5
|
Lebih dari 60
|
1011kg TNT (100 bom hydrogen)
|
Bangunan
konstruksi kayu mulai rusak, sebagaian besar pasangan batu rusak, dan
struktur rangka dan pondasinya rusak. Tanah akan terjadi retakan
besar, rel kereta bengkok, kelongsoran akar terjadi di tepi sungai dan
tebing-tebing tanah. Pasir dan lumpur sungai akan bercampur. Air
berombak berdeburan.
|
Lebih dari 0,60 g
|
14
|
XI
|
7,6 – 7,9
|
Sangat
sedikit bangunan yang masih berdiri. Jembatan hancur. Terjadi
retakan-retajkan besar di tanah dan jalan aspal, pipa-pipa bawah tanah
total tidak berfungsi. Terjadi longsior di sebagian besar tebing. Rel
kereta melengkung parah.
|
4
| |||
XII
|
8 - 8,6
|
6 x 1013kg TNT (60.000 bom hydrogen)
|
Kerusakan total. Gelombang terlihat pada permukaan tanah. Benda-benda terlempar ke udara.
|
0,2 (satu dalam lima tahun)
|
|
Magnetudo atau kekuatan gempa ialah tingkat besaran gempa yang berhubungan
dengan pelepasan energi regangan pada saat terjadi patahan batuan sepanjang garis sesaran, yang terdiri atas :
a. ML ialah kekuatan gempa yang diperkenalkan pertama kali oleh Richter (1935)
dan disebut kekuatan gempa lokal. Kekuatan ini diperoleh sebagai
logaritma dari amplitudo maksimum yang tercatat dengan alat Wood Anderson Torsion Seismometer pada jarak episentrum 100 km. Untuk jarak yang lain, kekuatan ini harus dikoreksi. Persamaan umumnya ialah
ML = Log (A/A0)
dengan :
ML : kekuatan gempa lokal
A : amplitudo maksimum yang terekam oleh alat Wood
A0 : amplitudo 1/1000 mm.
b. Ms ialah kekuatan gempa yang didasarkan atas gelombang permukaan (surface waves) yang diperkenalkan oleh GUTENBERG (1945). Skala kebesaran ini berlaku untuk setiapseismograf dan diperoleh dengan persamaan
Ms= Log A + C1 Log d + C2
dengan :
A : amplitudo yang terekam
C1 dan C2 : konstanta
d : jarak episentrum
c. Mb atau M ialah kekuatan gempa yang didasarkan atas gelombang badan (body waves) dan pada umumnya digunakan untuk gempa-gempa dalam karena tidak menghasilkan amplitudo yang cukup besar.
PERCEPATAN MAKSIMUM PERGESERAN TANAH
Hubungan antara Skala Richter dan percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA)
akibat pengaruh gempa pada suatu wilayah, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Donovan dan Matuschka. Jika M adalah besarnya gempa
menurut Skala Richter, H adalah jarak hiposentrum (dalam km), maka
besarnya percepatan tanah maksimum a (dalam cm/detik2) adalah:
Rumus Donovan (1973): a = 1080.(2,718)0,5.R (H+25)–1,32
Rumus Matuschka (1980): a = 119.(2,718)0,81.R.(H+25)–1,15
Rumus Matuschka (1980): a = 119.(2,718)0,81.R.(H+25)–1,15
Perpindahan materi disebut displacement. Jika dapat diketahui waktu
yang diperlukan untuk perpindahan, maka dapat dihitung kecepatan materi.
Percepatan gelombang gempa yang sampai di permukaan bumi disebut
percepatan tanah, dan merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk setiap
gempa, kemudian dipilih percepatan tanah yang maksimum untuk dipetakan
agar bisa memberikan pengertian tentang efek paling parah yang pernah
dialami suatu lokasi.
GEMPA PERINGATAN TSUNAMI
Gempa berpotensi tsunami memiliki zona subduksi, yaitu tempat
terjadinya pergeseran lempengan Bumi, dengan pergerakan lempeng yang
lebih rendah dibandingkan gempa tak berpotensi tsunami. Kecepatannya
mencapai 1 hingga 1,5 kilometer per detik di area yang dekat dengan
daerah dasar laut yang dekat dengan air. Kombinasi itu membuat air
terangkat sekitar 10 hingga 20 meter di daerah pantai. Biasanya
pergeseran lempeng Bumi berkecepatan hingga 3 kilometer per detik pada
jarak 20 hingga 50 kilometer di bawah permukaan Bumi. Karena kedalaman
itu, air di permukaan tidak mengalami kenaikan berarti. Ketika
pergeseran seperti ini terjadi di bawah laut dan mengakibatkan gempa
sekuat 7,8 Skala Richter, air di permukaan hanya naik sekitar 20
sentimeter.
Sistem RTerg berhasil memprediksi tsunami di Mentawai sekitar 8,5 menit
setelah gempa pertama terjadi dan mengirim peringatan segera setelah
itu. Tibanya air di daerah pantai biasanya terjadi 30 hingga 40 menit
setelah gempa, dengan analisis waktu 20 hingga 30 menit untuk
menyampaikan informasi.
Dengan energy tsunami sebesar
Gelombang tsunami memiliki kecepatan kelompok dan kecepatan
masing-masing fase gelombang. Grafik 2 menunjukkan tahapan kecepatan
dengan tingkat ketinggian tertentu yang memiliki kecepatan kelompok
(ditunjukkan oleh garis putus-putus). Daerah tsunami ditandai pada
grafik dengan “Tsunami Window”.
MEMBANDINGKAN ENERGI GEMPA BUMI DENGAN ENERGI LEDAKAN NUKLIR
Skala
Richter menunjukkan besarnya energi yang dilepaskan oleh pusat gempa.
Satu skala Richter adalah untuk kategori siaga yang hanya tercatat pada
seismograf. Menurut pencatatan seismograf pada aktifitas Gunung Merapi
pada tanggal 24 Oktober 2010 yaitu :
Berdasarkan Grafik 3 ditunjukkan bahwa untuk gempa 1 skala Richter sebesar 584 x 1012 erg. Jika dikonversikan ke dalam satuan Joule maka :
1 erg = 10−7 J
584 x 1015 erg = 584 x 1012 x 10−7 = 584 x 105 Joule
|
Energi
yang dilepaskan oleh gempa biasanya dihitung dengan mengintegralkan
energi gelombang sepanjang kereta gelombang (wave train) yang dipelajari
(misal gelombang badan) dan seluruh luasan yang dilewati gelombang
(bola untuk gelombang badan, silinder untuk gelombang permukaan), yang
berarti mengintegralkan energi keseluruh ruang dan waktu. Berdasar
perhitungan energi dan magnitudo yang pernah dilakukan, ternyata antara
magnitudo dan energi mempunyai relasi yang sederhana dengan satuan
energi dyne cm atau erg. Berdasar persamaan tersebut, kenaikan magnitudo
gempa sebesar 1 skala richter akan berkaitan dengan kenaikan amplitudo
yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10 kali, dan kenaikan energi
sebesar 25 sampai 30 kali. Untuk mendapatkan gambaran seberapa besar
energi yang dilepaskan pada suatu kejadian gempa, kita dapat menggunakan
persamaan di atas untuk menghitung energi gempa yang mempunyai
magnitudo mb = 6.8. Perhitungan energi ini akan menghasilkan angka
sebesar 1022 erg = 1015 joule = 278 juta kWh.
Angka ini mendekati energi listrik yang dihasilkan oleh generator
berkekuatan 32 mega watt selama 1 tahun. Jadi untuk gempa dengan
magnitudo 7.8, energinya menjadi kurang lebih 30 kali lipat dari itu (30
x 278 juta kWh).
Pada
kasus gempa tsunami Aceh pada tahun 2004, gempa New Zealand pada tahun
2010, dan gempa Tsunami Jepang pada tahun 2011 yang berkekuatan di atas 9
skala richter. Ini berarti energi gempa tersebut sebesar :
Jika dikonversikan ke dalam satuan TNT maka :
1 ton TNT = 4.184 GJ
1021 Joule = 1012 GJ = 2,39 x 1011 ton TNT
Satu
kilo ton TNT memiliki radius rata-rata 8,46 m, maka jika dibandingkan
dengan ledakan sebuah bom nuklir, radius gempa yang berkekuatan 9 skala
Richter akan memiliki jangkauan sebesar:
2,39 x 108 x 8,46 = 20,2194 x 108 meter = 2,02 x 106 km.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari
penjelasan pada bab pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1) Penyebab
gempa bumi adalah oleh pelepasan secara tiba-tiba energi yang tertimbun
di batuan di bawah permukaan bumi. 2) Klasifikasi gelombang gempa yaitu
a) Body Wave yang dibagi menjadi dua bagian yaitu gelombang primer dan
gelombang sekunder b) Surface Wave. 3) Cara menentukan episentrum dengan
menggunakan Hukum Laska dan cara menentukan hiposentrum dengan mencatat
secara seismik deviasi waktu datangnya gelombang primer dan sekunder.
4) Kekuatan gempa diukur dengan skala numerical dari manegtudo. 5)
Ukuran gempa bumi dapat dinyatakan dengan besarnya energi yang
dilepaskan dari dalam bumi. 6) Klasifikasi gempa bumi berdasarkan
penyebab gempa yaitu gempa tektonik, gempa vulkanik.
No comments:
Post a Comment