Masyarakat
di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan
cerucuk bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan
rumah/gedung, bangunan jalan, bangunan drainase/irigasi, bangunan break
water dan bangunan lainnya. Pada akhir-akhir ini cerucuk bambu dengan
matras bambu mulai banyak digunakan sebagai soil improvement untuk
dasar reklamasi pantai atau badan jalan di daerah rawa atau tambak.
Sampai saat ini para Engineer
atau para teknisi geoteknik dalam perencanaan cerucuk belum ada acuan
yang jelas, sehingga dalam penerapannya didasarkan pangalaman
masing-masing Perencana, sehinga hasil perencanaan akan berdampak kurang
aman atau terlalu aman sehingga kurang efektif. Agar para Perencana dan
Teknisi merasa yakin dalam merencanakan konstruksi cerucuk dan dapat
diterima secara teknis, maka perlu metode atau pedoman perhitungan
cerucuk yang diakui oleh para ahli geoteknik. Untuk mendapatkan metode
perhitungan tersebut perlu adanya penelitian yang mendalam tentang
analisis interaksi tanah lunak dengan cerucuk dan dibuktikan dengan
model di laboratorium atau skala penuh.
Sampai sekarang ini belum ada
penjelasan ilmiah, bagaimana sistim cerucuk tersebut dapat meningkatkan
kapasitas daya dukung tanah dan dapat mengurangi penurunan tanah, akan
tetapi dalam praktek dilapangan telah menunjukkan peningkatan daya
dukung tanah lunak/lembek bilamana menggunakan cerucuk bambu/dolken
dengan jarak tertentu. Pengembangan cerucuk nantinya harus lebih
ekonomis, dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dapat dilaksanakan
dengan mudah dan dalam perencanaan dapat dengan mudah dipahami oleh
para perencana.
Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan pedoman teknis “Tata cara Pelaksanaan Pondasi Cerucut Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut”
No.029/T/BM1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jendral Bina Marga
No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. Dari pedoman teknis
tersebut tidak menjelaskan tentang Perencanaan.
Ide- ide Yang Mendasari
Menyadur dari suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional Conferention On Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur, 1998, menceritakan pengalamnya pada waktu membangun gedung Laboratorium Unair Surabaya tingkat 4 (empat) dengan cerucuk bambu berdiameter 12 cm dan panjang 4-5 meter. Sistem pemasangan cerucuk bambu betul- betul terlepas dari struktur pondasi, adapun yang diharapkan adalah peningktan daya dukung tanah lunak yang sangat kecil menjadi lebih besar, yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua kalinya. Dari hasil pengalaman bapak Prof. Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting yang perlu dicatat yaitu :
- Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk bambu tersebut akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat geser tanah secara keseluruhan akan meningkat.
- Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk bambu 40 cm dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25 kg/cm² dapat meningkat sampai 0,50 kg/cm².
- Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara ilmiah bagaimana sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah lunak perlu dikaji lebih lanjut, akan tetapi dalam praktek dengan jarak cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya dukung 2 (dua) kali lipat dari aslinya.
Studi daya dukung tiang cerucuk
pada model skala kecil yang telah dilakukan oleh Abdul Hadi, Tesis S2,
1990 ITB Bandung difokuskan pada daya dukung pondasi telapak bercerucuk
dengan ukuran 20 x 20 cm². Dengan konfigurasi jarak cerucuk dapat
disimpulkan bahwa jarak tiang cerucuk yang lebih dekat/pendek dan jumlah
cerucuk semakin banyak maka akan terjadi peningkatan daya dukung
pondasi telapak yang cukup besar.
Evaluasi hasil percobaan daya dukung pondasi cerucuk ukuran 20x20 cm2, menunjukkan bahwa model cerucuk 2 x 2 jarak 9 d (diameter), model 3 x 3 jarak 4,5d, model 4 x 4 jarak 3 d, model 5 x 5 jarak 2,25 d, model 6 x 6 jarak 1,8 d, tidak menimbulkan keruntuhan blok pondasi, maka daya dukung cerucuk dapat dihitung dengan menggunakan factor effisiensi. Untuk model 7 x 7 jarak 1,5 d, dan model 8x8 jarak 1,25 d, memberikan keruntuhan blok, maka daya dukung cerucuk dapat dihitung sebagai blok tiang.
Yang cukup menarik dalam penelitian tersebut adalah adanya perubahan peningkatan cohesi undrained (CU) pada pengukuran vane shear test yang dilakukan pada tanah dalam box, dengan jarak 7,5 cm dari sisi model pondasi cerucuk dan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. Melihat kondisi ini berarti terdapat pemadatan tanah disekeliling kelompok tiang meskipun peningkatan nilai kohesi undrained (Cu) relative kecil, akan tetapi pengaruh daya dukung tanah pondasi akan besar.
Studi Daya Dukung Tanah dengan Cerucuk Bambu di pantai Utara kota Semarang dilakukan oleh Tim penelitii Universitas Katolik Sugiyapranata Semarang pada tahun 1995 (Ir. Y Daryanto dkk). Penelitian tersebut merupakan lanjutan dari Abdul Hadi dengan skala penuh yang dilakukan di daerah terboyo Semarang. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pondasi cerucuk bambu tidak dapat dikatakan sebagai “Pondasi” tetapi lebih tepat merupakan perbaikan daya dukung tanah pendukung pondasi.
Berikut adalah contoh
desain pondasi cerucuk yang pernah kami kerjakan untuk pembangunan
beberapa Kantor di daerah Kendal dengan jenis tanah lunak.
Materi diatas bersumber dari semnar pondasi cerucuk yang pernah disampaikan oleh Ir Muhrozi, MS (Ketua Labolatorium Mekanika Tanah Undip). Untuk mendapakan uraian yang lebih lengkap tentang pondasi cerucuk, dapat download materi seminar di link berikut ini.
No comments:
Post a Comment