1. Mekanika rekayasa
Mekanika teknik atau
dikenal juga sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur merupakan
bidang ilmu utama yang dipelajari di ilmu teknik sipil. Pokok utama dari
ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang
bekerja padanya. Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan
gaya-gaya (gaya reaksi dan gaya internal).
Dalam mempelajari perilaku struktur maka hal-hal yang banyak dibicarakan adalah:
- Stabilitas
- keseimbangan gaya
- kompatibilitas antara deformasi dan jenis tumpuannnya elastisitas
Dengan
mengetahui gaya-gaya dan lendutan yang terjadi maka selanjutnya
struktur tersebut dapat direncanakan atau diproporsikan dimensinya
berdasarkan material yang digunakan sehingga aman dan nyaman
(lendutannya tidak berlebihan) dalam menerima beban tersebut.
2. Gaya luar
Adalah
muatan dan reaksi yang menciptakan kestabilan atau keseimbangan
konstruksi. Muatan yang membebani suatu kontruksi akan dirambatkan oleh
kontruksi ke dalam tanah melalui pondasi. Gaya-gaya dari tanah yang
memberikan perlawanan terhadap gaya rambat tersebut dinamakan reaksi.
· Muatan
adalah beban yang membebani suatu konstruksi baik berupa berat
kendaraan, kekuatan angin, dan berat
angin.
Muatan-muatan tersebut mempunyai besaran, arah, dan garis kerja, misalnya:
- Angin bekerja tegak lurus bidang yang menentangnya, dan diperhitungkan misalnya 40 kN/m2, arahnya umum mendatar.
- Berat kendaraan, merupakan muatan titik yang mempunyai arh gaya tegak lurus bidang singgung roda, dengan besaran misalnya 5 tN.
- Daya
air, bekerja tegak lurus dinding di mana ada air, besarnya daya air
dihitung secara hidrostatis, makin dalam makin besar dayanya.
Berdasarkan pengertian tersebut muatan-muatan dapat dibedakan atas beberapa kelompok menurut cara kerjanya.
1. Ada muatan yang bekerjanya sementara dan ada pula yang terus-menerus (permanen). Mutan yang dimaksud adalah:
1.1. Muatan mati, yaitu muatan tetap pada konstruksi yang tidak dapat dipindahkan atau tidak habis. Misalnya:
Ø Berat sendiri konstruksi beton misalnya 2200 kN/m3 , dan
Ø Berat tegel pada pelat lantai misalnya 72 kN/m2.
2. Ada muatan yang garis kerjanya dianggap suatu titik, ada yang tersebar. Muatan yang dimaksud adalah:
2.1. Muatan titik atau muatan terpusat. Yaitu muatan yang garis kerjanya dianggap bekerja melalui satu titik, misalnya:
Ø Berat seseorang melalui kaki misalnya 60 kN dan
Ø Berat kolom pada pondasi misalnya 5000 kN;
Muatan terbagi ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ø Muatan terbagi rata, yaitu muatan terbagi yang dianggap sama pada setiap satuan luas.
Ø Muatan terbagi tidak rata teratur, yaitu muatan yang terbagi tidak sama berat untuk setiap satuan luas.
3. Muatan
momen, yaitu muatan momen akibat dari muatan titik pada konstruksi
sandaran. Gaya horizontal pada sandaran menyebabkan momen pada balok.
4. Muatan
puntir, suatu gaya nonkoplanar mungkin bekerja pada suatu balok
sehingga menimbulkan suatu muatan puntir, namun masih pada batas
struktur statik tertentu.
5. Dalam
kehiduypan sehari-hari sering dijumpai muatan yang bekerjanya tidak
langsung pada konstruksi, seperti penutup atap ditumpu oleh gording dan
tidak langsung pada kuda-kuda.
· Perletakan
Perletakan adalah suatu konstruksi direncanakan untuk suatau keperluan tertentu.
Tugas
utama suatu konstruksi adalah mengumpulkan gaya akibat muatan yang
bekerja padanya dan meneruskannya ke bumi. Untuk melaksanakan tugasnya
dengan baik maka konstruksi harus berdiri dengan kokoh. Rosenthal
menyatakan bahwa semua beban diteruskan ke bumi melalui
sesingkat-singkatnya.
Kondisi yang harus dipertimbangkan?
Pertama
yang harus dipertimbangkan adalah stabilitas konstruksi. Suatu
konstruksi akan stabil bila konstruksi diletakkan di atas pondasi yang
baik. Pondasi akan melawan gaya aksi yang diakibatkan oleh muatan yang
diteruskan oleh konstruksi kepada pondasi. Gaya lawan yang ditimbulkan
pada pondasi disebut: Reaksi. Dalam kasus ini pondasi digambarkan sebagai perletakan. Berikut
ini diuraikan tiga jenis perletakan yang merupakan jenis perletakan
yang umum digunakan. Yaitu perletakan yang dapat menahan momen, gaya
vertikal dan gaya horizontal.dan ada maca-macam perletakan yang perlu
dipahami yaitu:
Ø Perletakan
sendi, yaitu perletakan terdiri dari poros dan lubang sendi. Pada
perletakan demikian dianggap sendinya licin sempurna, sehingga gaya
singgung antara poros dan sendi tetap normal terhadap bidang singgung,
dan arah gaya ini akan melalui pusat poros.
Ø Perletakan
geser, yaitu perletakan yang selalu memiliki lubang sendi. Apabila
poros ini licin sempurna maka poros ini hanya dapat meneruskan gaya yang
tegak lurus bidang singgung di mana poros ini diletakkan.
Ø Perletakan pendel, yaitu suatu perletakan yang titik tangkap dan garis kerjanya diketahui.
Ø Perletakan
jepit, perletakan ini seolah-olah dibuat dari balok yang ditanamkan
pada perletakannya, demikian sehingga mampu menahan gaya-gaya maupun
momen dan bahkan dapat menahan torsi.
3. Gaya Dalam
Gaya dalam adalah gaya rambat yang diimbangi oleh gaya yang berasal dari bahan konstruksi, berupa gaya lawan, dari konstruksi.
Analisis hitungan gaya dalam dan urutan hitungan ini dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1. Menetapkan dan menyederhanakan konstruksi menjadi suatu sistem yang memenuhi syarat yang diminta.
2. Menetapkan muatan yang bekerja pada konstruksi ini.
3. Menghitung keseimbangan luar.
4. Menghitung keseimbangan dalam.
5. Memeriksa kembali semua hitungan.
Dengan
syarat demikian konstruksi yang dibahas akan digambarkan sebagai suatu
garis sesuai dengan sumbu konstruksi, yang selanjutnya disebut: Struktur
Misalkan pada sebuah balok dijepit salah satu ujungnya dan dibebani oleh gaya P seperti pada gambar 3.2.
gambar 3.2
maka dapat diketahui dalam konstruksi tersebut timbul gaya dalam.
Apabila konstruksi dalam keadaan seimbang, maka pada suatu titik X sejauh x dari B akan timbul gaya dalam yang mengimbangi P.
Gaya
dalam yang mengimbangi gaya aksi ini tentunya bekerja sepanjang sumbu
batang sama besar dan mengarah berlawanan dengan gaya aksi ini. Gaya
dalam ini disebut Gaya normal (N).
Bila gaya aksi berbalik arah maka berbalik pula arah gaya normalnya. Nilai gaya normal di titik X ini dinyatakan sebagai Nx.
Gambar 3.3
Gambar
3.3 menggambarkan gaya P yang merambat sampai titik X dan menimbulkan
gaya sebesar P’ dan M’. Apabila struktur dalam keadaan seimbang maka
tiap-tiap bagian harus pula dalam keadaan seimbang. Selanjutnya gaya
P’dan M’ harus pula diimbangi oeh suatu gaya dalam yang sama besar dan
berlawanan arah, yaitu gaya dalam Lx dan Mx. Gaya tersebut merupakan
sumbangan dari bagian XA yang mengimbangi P’M’.
Gaya
dalam yang tegak lurus sumbu disebut Gaya lintang, disingkat LX dan
momen yang menahan lentur pada bagian ini disebut Momen Lentur disingkat
MX.
Dari uraian di atas, gaya-gaya dalam dibedakan menjadi tiga :
- Gaya normal (N), yaitu gaya dalam yang bekerja searah sumbu balok.
- Gaya lintang (L), yaitu gaya dalam yang bekerja tegak lurus sumbu balok.
- Momen lentur (F), yaitu gaya dalam yang menahan lemtur sumbu balok
Gaya
dalam bekerja pada titik berat sepanjang garis struktur. Untuk
menghitung gaya dalam ini diperlukan pengertian tanda. Menurut
perjanjian tanda yang lazim digunakan di dalam Mekanika Rekayasa seperti
terlukis pada gambar 4.3.
Gaya
Normal diberi tanda positif (+) apabila gaya itu cenderung menimbulkan
gaya tarik pada batang dan diberi tanda negatif (-) apabila gaya itu
cenderung menimbulkan sifat desak.
Gaya
lintang diberi tanda positif (+) apabila gaya itu cenderung menimbulkan
patah dan putaran jarum jam, dan diberikan tanda negatif (-) apabila
gaya itu cenderung menimbulkan kebalikannya.
Momen
lentur diberi tanda positif (+) apabila gaya itu menyebabkan sumbu
batang cekung ke atas dan diberi tanda negatif (-) apabila gaya itu
menyebabkan sumbu batang cekung ke bawah.
4. Hubungan antara Muatan, Gaya Lintang, dan Momen
Untuk membahas pertanyaan tersebut, harus mempelajari suatu struktur sederhana yang dibebani muatan penuh terbagi rata.
Gaya dalam di m dapat dihitung sebesar:
Mm = Va.x – ½ qx2 =
½ qlx – ½ qx2...................(1.1)
Lm = ½ ql – qx............................(1.2)
Gaya dalam di n dapat dihitung sebesar:
Mn = Va (x + dx) – 1/2q (x + dx)2............(1.4)
Ln = ½ qL – q (x + dx)............................(1.5)
Persamaan (1.4) dan (1.5) tersebut dapat ditulis
Pula sebagai:
Mn = Mm + dM =
Mm + Lm.dx – q.dx.1/2 dx..............(1.6)
Ln = Lm + dL = Lm – q.dx........................(1.7)
Persamaan tersebut setelah diselesaikan didapat:
dM/dx = Lx..............................................(1.8)
dL/dx = - q...............................................(1.9)
Kiranya perlu ditambahkan bahwa perubahan nilai beban ditiap titik adalah tetap, yang berarti dq/dx = 0
Dengan
demikian memang terbukti adanya hubungan antara muatan, gaya lintang
dan momen. Hubungan itu tampak pula pada persamaan-persamaan di atas,
yaitu: gaya lintang merupakan fungsi turunan dari momen , dan beban
merupakan fungsi turunan dari gaya lintang, atau sebaliknya gaya lintang
merupakan jumlah integrasi dari beban, dan momen merupakan jumlah
integrasi dari gaya lintang.
Satuan Konversi untuk Pembebanan
1 mpa = 1000 kpa = 1 ksi
1 mpa = 1 n/mm2 = 10 kg/cm2 = 100t/m2
1 mpa =100t/m2 = 100.000kg/m2
1 kpa = 100kg/m2
1 mpa = 1000 kpa
1 kpa =1kn /m2 1kn =100kg/m2
fc beton ( mutu beton) missal k 225 kg/cm2 dibagi 10 = 22,5 mpa
fy main ( mutu baja pokok ) = 400 mpa = 40.000t/m2
fy sec ( mutu baja sengakang = 240 mpa = 24000t/m)
1 mpa = 1000 kpa = 1 ksi
1 mpa = 1 n/mm2 = 10 kg/cm2 = 100t/m2
1 mpa =100t/m2 = 100.000kg/m2
1 kpa = 100kg/m2
1 mpa = 1000 kpa
1 kpa =1kn /m2 1kn =100kg/m2
fc beton ( mutu beton) missal k 225 kg/cm2 dibagi 10 = 22,5 mpa
fy main ( mutu baja pokok ) = 400 mpa = 40.000t/m2
fy sec ( mutu baja sengakang = 240 mpa = 24000t/m)
Satuan Konversi untuk Gaya
N = 0.001 kN
[KN] = 1 kN
MN = 1000 kN
lb (pon) = 0044482 kN
klb (kilopon) = 4.4482 kN
No comments:
Post a Comment