1. Pengertian
Berat
tanah yang terendam air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan
yang terjadi akibat berat tanah efektif di dalam tanah disebut tegangan efektif. Pada tanah granuler, tanah pasir, dan kerikil dikenal dengan tegangan intergranuler. Tegangan efektif merupakan tegangan yang mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.
2. Tegangan Efektif dan Tegangan Netral
Terzaghi (1923) memberikan prisip tegangan efektif yang bekerja pada tanah jenuh air yang dinyatakan dalam persamaan :
|
dimana
σ
= tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah
(tegangan akibat berat tanah total termasuk ruang pori, persatuan luas
yang arahnya tegak lurus)
u = tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah sama besar
σ’ = tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban butiran tanah efektif per satuan bidang luas
|
(1.2)
σz = kedalaman titik di dalam tanah
γsat = berat volume tanah jenuh
Jika
air tidak mengalir maka tekanan air pori pada sembarang kedalaman akan
berupa tekanan hidrostatis. Karena itu pada kedalaman z tekanan pori
(u), dapat didefinisikan :
|
Gambar 1.1 Tegangan efektif
Menurut persamaan (1.1) tegangan vertikal efektif (σz’) pada kedalaman z :
|
(1.4)
dengan γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat tanah terendam air.
|
(1.5)
Gambar 1.2
dengan :
X = parameter yang ditentukan secara ekperimental
uw = tekanan air pori
ua = tekanan udara dalam pori
Untuk tanah jenuh (S = 1) nilai X = 1 untuk tanah kering sempurna (S = 0) maka X = 0
3. Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa Rembesan
Gambar 1.3
Pada
gambar 1.3 menunjukan suatu massa tanah jenuh air di dalam suatu tabung
tanpa adanya rembesan air ke segala arah. Tegangan total di titik A
dapat dihitung dengan cara :
|
dimana
σ = tegangan total pada titik A
γw = berat volume air
γsat = berat volume tanah jenuh air
H = tinggi muka air diukur dari permukaan tanah di dalam bidang
HA = jarak antara titik A dan muka air
Tegangan total (σ) dari persamaan (1.6) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Bagian yang diterima oleh air di dalam ruang pori yang menerus (tegangan ini bekerja ke segala arah sama besar)
b) Sisa dari tegangan total dipikul oleh butiran tanah padat pada titik-titik sentuhnya.
4. Tegangan pada Tanah Jenuh Air dengan Rembesan
Tegangan
efektif pada suatu titik akan mengalami perubahan dikarenakan oleh
adanya rembesan air yang melaluinya. Tegangan efektif ini akan bertambah
besar atau kecil tergantung pada arah rembesan.
a) Rembesan ke Atas
Gambar 1.4
Pada
gambar 1.4 menunjukan suatu lapisan tanah berbutir di dalam silinder
dimana terdapat rembesan air ke atas yang disebabkan adanya penambahan
air melalui saluran pada dasar silinder.
Pada titik A
Tegangan total (σA) = H1γw
Tekaan air pori (uA) = H1γw
Tegangan efektif (σA’)= σA - uA = 0
Pada titik B
Tegangan total (σB) = H1γw + H2γsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + H2 + h) γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
= H2γsat - γw - h γw
b) Rembesan ke Bawah
Gambar 1.5
Keadaan
di mana terdapat rembesan air ke bawah dapat dilihat dalam gambar 1.5.
Ketinggian air di dalam silinder diusahakan tetap, hal ini diatur dengan
cara menambahkan air dari atas dan pengaliran air ke luar melalui dasar
selinder.
Tegangan total (σB) = H1γw + zγsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + z – iz)γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
= (H1γw + zγsat) – (H1 + z – iz) γw
= z γ’ + iz γw (1.7)
5. Penggelembungan pada Tanah yang Disebabkan oleh Rembesan di Sekeliling Turap
Gaya
rembesan per satuan volume tanah dapat dihitung untuk memeriksa
kemungkinan keruntuhan suatu turap di mana rembesan dalam tanah dapat
menyebakan penggelemmbungan (heave) pada daerah hilir sesuai yang
ditunjukan oleh gambar 1.6. Terzaghi (1992) menyimpulkan bahwa
penggelembungan udara pada umumnya terjadi pada daerah sejauh D/2 dari
turap (di mana D adalah kedalaman pemancangan turap).
FS =
Gambar 1.6
Dimana :
FS = faktor keamanan
W’ = berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap
6. Penentuan
Zona Potensi Likuifasi di Kota Maumere dengan Pendekatan Tegangan
Efektif Melalui Metoda Poroelastisitas dan Elemen Hingga
Ketika
pasir lepas jenuh mengalami getaran gempa maka tekanan air pori akan
meningkat. Kenaikan ini akan mengurangi tegangan efektif tanah dan
apabila terus berlanjut maka tegangan efektif akan menjadi nol sehingga
tanah kehilangan kekuatannya. Kondisi ini disebut Likuffaksi. Kerugian
yang diakibatkan likuifaksi sangat besar, oleh karena itu perlu dibuat
suatu peta kerentanan likuifaksi pada daerah tertentu terutama yang
terletak di daerah berpasir yang rawan gempa dan memiliki arti strategis
tertentu. Penentuan zona kerentanan likuifaksi sangat bermanfaat karena
membantu para perancang bangunan-bangunan sipil dalam menentukan lokasi
proyeknya dan menentukan perlakuan-perlakuan apa saja yang diperlukan
untuk menanggulangi fenomena ini.
Penentuan zone potensi likuifaksi yang digunakan adabab dengan analisis tegangan efektif melalui Metoda Karakteristik yang berdasarkan konsep poroelastisitas dan analisis dinamik. Hasil yang didapat menunjukkan rawannya daerah pantai terhadap bahaya likuifaksi yang diindikasikan dengan turunnya tegangan efektif mendekati nol.
Penentuan zone potensi likuifaksi yang digunakan adabab dengan analisis tegangan efektif melalui Metoda Karakteristik yang berdasarkan konsep poroelastisitas dan analisis dinamik. Hasil yang didapat menunjukkan rawannya daerah pantai terhadap bahaya likuifaksi yang diindikasikan dengan turunnya tegangan efektif mendekati nol.
Soal – soal :
1. Hitung tegangan total dan tegangan efektif di A apabila γsat = 10 kN/m3
Jawab :
· Tegangan Total
σA = (1 x 10) + (3 x 9,8)
= 39.43 kN/m2
· Tekanan Air Pori
ua = 4 x 9,8
= 39,2 kN/m2
· Tegangan Efektif
σ’ = σA - ua
σ’ = 39.43 – 39,2
σ’ = 0,23 kN/m2
2. Hitung tegangan efektif di A apabila γsat = 15 kN/m3 dan γb = 10 kN/m3 apabila
a. permukaan air di (a)
b. permukaan air di (b)
Jawab :
a. Tegangan di A
σA = 2 γb
= 20 kN/m2
ua = 0
σ’ = σA - ua
σ’ = 20– 0
σ’ = 20 kN/m2
b. Tegangan di A
σA = 2 γsat + 2 γw
= (2 x 15) + (2 x 9,8)
= 49,6 kN/m2
ua = 4 γw
= 4 x 9.8
= 39,2 kN/m2
σ’ = σA - ua
σ’ = 49.6 – 39.2
σ’ = 10,4 kN/m2
No comments:
Post a Comment